Kinan menatap buku tabungan di tangannya. Itu adalah buku tabungan yang diberikan ayahnya seminggu sebelum ayahnya bangkrut. Dan selama ini yang itu belum pernah Kinan sentuh sama sekali. Malah ia tambah dari gaji part time nya selama ini.
Kinan sedikit terkejut saan melihat nominal ratusan juta tersebut. Padahal sebelumnya hanya ada 75 juta, berarti ia berhasil mendapatkan 25 juta lebih hingga nominal di tabungan tersebut menjadi ratusan juta.
Sebenarnya Kinan masih bimbang akan keputusan untuk kuliah atau membuka usaha. Sejujurnya Kinan sedikit malas untuk lanjut kuliah, pasalnya memang Kinan adalah salah seorang dari banyak nya siswa yang malas belajar.
Kinan termasuk siswa yang berprinsip sekolah hanya untuk mendapat ijazah agar bisa mendaftar kerja.
Namun sepertinya ia lebih baik mencoba mendaftar bekerja saja dahulu atau lanjut kerja part time ketimbang kuliah. Karena jelas ia harus menghidupi dirinya sendiri karena ia tak mau ikut campur dengan keluarga baru Ibunya.
Kinan memandangi foto Ayah dan Kakaknya. Itu foto ketika mereka berempat liburan ke pantai bersama-sama. Dan bisa dibilang itu adalah momen terakhir kebersamaan mereka sebelum Ayahnya bangkrut dan kejadian pembunuhan waktu itu.
"Ayah.... Mungkin sudah terlambat kalau Kinan bilang kalau Kinan menyesal atas apa yang udah Kinan lakuin ke Ayah dan Kakak. Tapi jujur aja Kinan bener-bener nyesel dan gak nyangka kalau ternyata Ayah dan Kakak gak salah apa-apa. Tapi Kinan janji, Kinan bakal sukses walaupun Kinan hidup sendirian. Kinan harap Ayah dan Kakak bahagia diatas sana."
****
"Okta, kamu serius mau langsung kerja di kantor Om Rian?"
Okta mengangguk, "Iya, Bun. Okta kayaknya mau langsung kerja aja. Lagian kan Okta udah sempat belajar waktu itu, jadi Okta cuma minta ditempatkan ditempat yang biasa aja dulu, karena Okta mau coba dari kecil dulu biar Okta tau gimana rasanya berjuang."
Rian menatap keponakannya dengan tatapan sayangnya, "Ya sudah kalau keputusan kamu begitu. Om pasti bakal bimbing kamu juga. Tapi ingat, Om gak akan membantu soal kerjaan dan juga tanggungan kamu nantinya, Om cuma akan terus mengecek kinerja kamu di kantor."
Okta mengangguk mantap, "Okta siap. Karena Okta berfikir bahwa Okta gak pengen menghabiskan uang untuk kuliah, ketika prioritas Okta itu Tata. Okta cuma pengen cepet mapan dan bisa ngajak Tata nikah."
Revan menoyor kepala kembarannya, "Yeuuu.... Nikah doang yang ada di otak Lo. Awas aja kalo Lo nikah sama Tata tapi gak Lo kasih nafkah. Gue botakin kepala Lo ntar."
Yang lain hanya tertawa melihat interaksi antara Revan dan Okta.
***
Alya dan Rafa sebenarnya sudah mulai mempersiapkan diri untuk berangkat berkuliah. Alya akan pergi kuliah ke New York, sedangkan Rafa akan kuliah di Jogja. Keduanya sama-sama ingin menggapai cita-cita mereka. Alya sebagai fashion designer, dan Rafa sebagai arsitek.
"Raf, gue lega semua masalah sudah clear sebelum gue berangkat ke sana. Gue bener-bener ngerasa bahagia karena permasalahan itu gak bikin kita semua jadi renggang. Kita masih bisa saling memaafkan dan mencoba menjadi lebih baik."
Rafa mengusap rambut Alya, "Kita semua itu cuma terjebak di situasi yang gak menguntungkan. Di satu sisi kita gak mau berbuat jahat, tapi di sisi lain kita juga perlu mempertahankan keinginan kita. Dan gue harap kita semua bakal ketemu lagi suatu saat di masa depan, saat kita semua sukses dan bisa bangga dengan kesuksesan yang kita usahakan."
Alya mengangguk lalu memeluk Rafa erat, "Good luck my cousin."
Rafa membalas pelukkan Alya, "You too."
***
Hari kelulusan adalah hari dimana semua bersorak gembira dan bangga karena telah menyelesaikan masa sekolah dengan baik.
Semua tampak bahagia, namun di hati juga menyimpan sejuta kegundahan dan ke galauan akan masa depan yang akan menanti mereka.
Dan saat-saat itulah juga yang menjadi tempat bertemu untuk terakhir kalinya sampai entah kapan lagi mereka dapat bertemu satu sama lain.
Pengukuhan adalah momen paling mengharukan ketika para guru melepas para siswa yang mereka ajari dengan tulus dan ikhlas untuk lulus dari sekolah.
Tampaklah berbagai peristiwa masa lalu berseliweran di hati hingga muncul menjadi sebuah khayalan indah yang tak akan terlupakan.
Momen ketika masih menjadi siswa siswi baru, momen ketika masa orientasi, hingga momen saat ini. Momen penutup manis di ujung masa Sekolah Menengah Atas mereka.
Suka duka dan juga canda tawa yang mereka lalui bersama mendadak menjadi sebuah ingatan yang sedih untuk diingat karena mengetahui bahwa momen itu tak akan bisa terjadi sesering saat mereka masih menjadi siswa dan siswi.
Mereka semua akan melanjutkan hidup mereka ke jenjang yang lebih tinggi atau memulai perjalanan sebagai seorang pekerja.
Para guru pun merasa sesak saat melihat para siswanya sudah harus meninggalkan sekolah. Mereka pun sadar bahwa mereka belum bisa menjadi yang terbaik untuk para siswanya.
Kepingan-kepingan ingatan terus memenuhi dada membuat suasana haru semakin kental di aula, tempat di adakannya acara kelulusan.
Para adik kelas menatap kakak kelas mereka yang akan segera lulus dan pergi dari sekolah dalam hitungan jam.
Mereka pun tak sanggup menahan tangisan ketika momen-momen kebersamaan dengan para kakak kelas hadir dalam ingatan.
Saat ini adalah acara pengumuman siswa-siswi terbaik.
"Siswa terbaik pertama, di raih oleh Revan Alfianto! Selamat kepada Nak Revan. Di harapkan bisa naik ke atas panggung memberikan sambutan."
Revan maju dengan bangga. Dadanya bergemuruh ketika naik ke panggung dan disaksikan oleh ratusan siswa-siswi dan juga orang tua wali murid.
"Selamat Pagi, saya ucapkan terima kasih atas waktu yang diberikan kepada saya untuk memberikan sambutan. Jujur saja saya sangat bangga bisa berdiri di sini sebagai siswa terbaik pertama se angkatan. Saya mengucapkan terimakasih banyak pada bapak dan ibu guru atas ilmu dan bimbingannya selama tiga tahun ini. Dan juga saya ingin mengucapkan terimakasih pada Bunda Delia, Bunda Rani, Ayah Rian, Ayah Arka, Kak Dafa dan juga semua sahabat-sahabat saya karena telah memberikan saya kekuatan untuk terus bertahan. Namun ucapan terimakasih juga tidak lupa saya ucapkan kepada Anita Rafenia, pacar saya, pendamping saya dan penguat saya. Terimakasih atas semua kekuatan yang kamu kasih ke aku. Dan aku harap, kita akan terus bersama sampai nanti maut memisahkan. Demikian sambutan yang dapat saya sampaikan, terimakasih."
Suara riuh tepuk tangan dan juga sorakan memenuhi aula. Revan turun dengan sebuket bunga dan juga piala di tangan kanan nya. Tampak Nita tengah duduk sembari menatapnya dalam. Revan tersenyum lalu berkata dalam diam, "I Love You."
Nita tersipu, namun gadis itu segera menjawabnya tanpa suara juga, "I love you too."
***
Hello guys!! Meet again with me. Chapter depan adalah chapter terakhir dari cerita ini. Dan setelah chapter depan cuma bakal ada epilog.
Maaf kalau selama aku ngetik cerita ini, ada kesalahan dan juga kekurangan. Apalagi aku sering ngaret update nya.
Setelah cerita ini selesai, aku bakal Hiatus 2 Minggu, setelah itu aku bakal update oneshot² aja ya... After nanti aku keterima kuliah, semoga keterima. Aku bakal publish 2 cerita baru.
See you again guys!
Selasa, 23 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanita [GunJane] ✔️
RomancePernahkah kau membayangkan bagaimana jika kau jatuh cinta pada musuh bebuyutan mu?? Atau kau pernah membayangkan bagaimana rasanya hanya menjadi mainan oleh pacarmu? Atau kau pernah membayangkan bagaimana jika kau diputuskan hanya karena kau menyuka...