Revan menarik nafas panjang. Pasalnya hari ini adalah hari pertamanya kembali ke sekolah, dan hari ini pula ia harus mengikuti ujian akhir.
"Kamu yakin mau ikut ujian di sekolah?"
Pertanyaan dari Dafa membuat Revan menoleh lalu tersenyum kearah kakaknya tersebut, "Revan yakin. Gak bisa kan Revan terus berlarut-larut dalam kesedihan. Revan gak perduli apa kata orang, karena Revan udah punya orang-orang yang akan selalu mendukung Revan bagaimanapun keadaan Revan."
Dafa tersenyum lalu mengusak puncak kepala Revan lembut, "Good luck boy! Kalau kamu berhasil lulus dengan semua nilai di atas 85, Kakak janji bakal ajak kamu jalan-jalan ke Korea."
Revan tersenyum manis sampai dimple di kedua pipinya terbit, "Okay, aku pegang janji Kak Dafa. Yaudah aku turun dulu, Kakak hati-hati nyetirnya."
Dafa mengangguk paham. Revan membuka pintu lalu melambaikan tangannya saat mobil Dafa mulai menjauhi sekolah.
"REVANNN!!!!"
Revan terkejut bukan main ketika mendengar teriakan nyaring dan tak lama tubuhnya di peluk erat oleh para sahabatnya.
"Lo baik-baik aja, kan? Lo gak kenapa-napa kan?"
Revan menggeleng menjawab pertanyaan dari Kinan tersebut, "Gue baik-baik aja, kok."
Tata memegang kedua pipinya, "Lo jadi kurus banget begini. Pokoknya ntar setelah ujian selesai kita harus makan yang banyak. Lo gak boleh nolak."
Kinan mengangguk setuju dengan perkataan Tata barusan, "Mana pipi tembem Revan yang gue suka uyel-uyel? Jelek banget sih Lo kalo gak ada pipi nya?"
Revan terkekeh pelan, "Udah ah, ayo masuk. Malu dilihatin yang lain."
***
Alya menatap Revan yang tengah makan bersama para sahabatnya. Tak sadar senyuman terbit di bibir Alya. Rafa yang duduk disebelah sepupunya itu ikut tersenyum, "Lo bahagia liat Revan bahagia?"
Alya mengangguk tanpa menoleh, "Gue bahagia banget bisa lihat senyuman Revan yang selebar itu. Dia tampak lebih bersinar dan gak tertekan lagi."
Rafa mengusap punggung Alya, "Udah cukup elo ngerasa bersalah ke Revan, Al. Dia aja pasti udah maafin elo kok. Revan itu bukan orang yang pendendam."
Alya menggeleng, "Gak bisa, Raf. Gue rasa gue udah gak bakal bisa lepas dari rasa bersalah ini. Gue udah bikin Revan menderita, dan bahkan waktu itu Revan kecelakaan karena gue, Raf. Gue jahat banget, kan?"
Rafa hanya bisa terdiam ketika menatap sepupunya yang masih saja merasa bersalah pada Revan. Jujur Rafa pun juga tak kalah merasa bersalah pada Revan. Pasalnya ia hanya terus menyalahkan Revan tanpa tahu bagaimana posisi pemuda tersebut.
Rafa menyadari bahwa perilakunya sudah sangat keterlaluan dan ia pun juga tak kalah merasa bersalah nya pada Revan.
Rafa harap, di masa depan hubungan semuanya akan bisa membaik dan kembali seperti semula.
***
Dita duduk di kantin bersama dengan Elvan dan Adit. Dalam beberapa bulan ini, Adit menjadi dekat dengan Elvan. Dita jadi gemas dengan dua pemuda itu yang terkadang tampak saling malu-malu.
"Gue seneng Revan udah bisa balik sekolah lagi. Kayak yang ngerasa Revan itu pantes banget bahagia tau gak."
Ucapan Elvan membuat Dita mengangguk, "Gue juga ngerasa jahat udah bikin Revan semakin terpuruk. Makanya ketika Revan dan yang lain ngejauh dari gue, ya gue sadar diri aja kalau gue salah makanya mereka menjauh dari gue."
Elvan melipat bibirnya, "Gue juga ngerasa bersalah. Tapi entah kenapa setelah Revan maafin kita tuh rasanya malah semakin gak enak sama Revan. Karena setelah apa yang kita lakuin ke dia, dengan gampangnya dia maafin kita."
Dita mengangguk setuju, "Kita tuh jahat banget sih sama Revan. Terlebih lagi gue. Cuma karena dendam yang gak jelas itu gue malah nyakitin temen dan sahabat gue sendiri."
Adit menatap Elvan dan Dita bergantian, "Gue paham kalian ngerasa bersalah, tapi setiap orang itu punya kesalahan dan keburukannya masing-masing. Jadi selama kalian udah menyesal dan belajar dari kesalahan itu, kalian gak perlu ngerasa bersalah lagi karena Revan aja udah maafin kalian."
Dita menatap Adit dengan wajah mengejeknya, "Dih, sok bener banget nih anak. Perjelas dulu tuh hubungan Lo sama Elvan. Saling suka aja kok gak ada yang berani maju. Laki bukan Lo berdua?"
Adit memukul lengan Dita pelan, "Apasih! Gak enak sama Elvan tau."
***
Kriingggg.....
Suara bel menggelegar memenuhi sekolah tanda ujian akhir benar-benar telah selesai.
Setelah bertarung dengan kertas soal dan lembar jawaban selama 5 hari, akhirnya mereka terbebas dari semuanya dan tinggal menunggu hasil akhir mereka.
Revan keluar bersama Tata dan Okta. Kebetulan karena pembagian ruangan ujian berdasarkan abjad, mereka bertiga jadi satu ruangan.
Revan merentangkan tangannya lega, "Gue lega banget. Tapi ada satu hal yang pengen gue lakuin."
Tata menatap Revan, "Apa?"
"Ayo kumpulin semua temen-temen kita di kantin. Gue pengen memperbaiki semua ini. Gue gak pengen kita lulus dan pisah dengan keadaan yang masih gak baik-baik aja kayak gini."
***
Semua berkumpul di kantin seperti yang diinginkan Revan. Ada sebelas orang disana, Revan, Nita, Alya, Rafa, Tata, Okta, Kinan, Vito, Dita, Elvan dan Adit.
Revan menatap semua teman-teman dihadapannya, "Disini gue cuma mau memperbaiki hubungan kita aja. Gue gak mau kita semua lulus dan pisah dalam keadaan masih gak baik-baik aja. Gue mau semua clear dan kita bisa temenan kayak sebelumnya."
Elvan menatap Revan dalam, "Gue minta maaf Rev kalau selama ini gue suka sama Lo dan gue diem-diem bantu Dita buat ngehancurin elo. Tapi gue jujur kalau gue sayang dan gue gak mau Lo kenapa-napa. Dan untungnya sekarang perasaan gue udah berubah, dan gue udah nemuin seseorang yang bisa nerima gue apa adanya."
Revan tersenyum, "Jujur aja gue gak keberatan soal perasaan Lo ke gue. Yang gue permasalahin adalah kenapa elo gak jujur aja ke gue biar gue bisa ngasih pengertian ke elo soal perasaan gue. Secara gak langsung, gue nyakitin elo juga kan? Jadi gue minta maaf soal itu."
Alya menatap Revan dan yang lain, "Gue sendiri juga minta maaf sedalam-dalamnya atas semua yang gue lakuin selama ini. Gue gak bermaksud begitu, tapi mau gimanapun gue tetep salah. Jadi gue minta maaf."
Tata menatap Alya dengan senyuman, "Gue tau kok Al kalau elo juga sayang sama Revan. Tapi gue rasa hal itu udah gak perlu dibahas lagi karena itu udah berlalu."
Dita menatap semua temannya, "Gue yang seharusnya minta maaf bener-bener ke kalian. Gue yang menyebabkan semua kekacauan disini. Gue yang bikin Alya pacaran sama Revan, gue yang bikin Elvan ikutan dalam rencana gue dan gue juga yang bikin Revan makin drop setelah tau Kak Dafa masuk rumah sakit karena gue. Gue minta maaf dan semoga kita bisa temenan lagi. Gue bakal berusaha belajar dari kesalahan dan gak akan mengulangi kesalahan gue lagi."
Kinan menepuk pundak Dita, "Gue paham kalau Lo juga pasti merasa marah saat gak tau yang sebenarnya soal Ayah Lo. Dan gue pun pasti bakal ngelakuin hal yang sama kalau gue di posisi kayak Lo. Jadi Lo gak perlu lagi merasa bersalah. Karena gue yakin kalau Revan pun udah maafin elo."
***
Selesainya masalah diantara mereka menandakan apa? Ending semakin dekat 😀 aku mengucapkan terimakasih atas dukungan vote dan juga komen kalian. Dan untuk para silent readers, aku juga berterimakasih atas sumbangan jumlah pembaca nya. Aku harap dilain waktu kalian bakal bisa lebih menghargai author dengan memberikan vote.
Jum'at, 19 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanita [GunJane] ✔️
RomancePernahkah kau membayangkan bagaimana jika kau jatuh cinta pada musuh bebuyutan mu?? Atau kau pernah membayangkan bagaimana rasanya hanya menjadi mainan oleh pacarmu? Atau kau pernah membayangkan bagaimana jika kau diputuskan hanya karena kau menyuka...