“SIALAN!”
Ketiga orang tersebut menoleh kearah pintu dan menemukan Revan tengah menatap dengan penuh amarah.
Gadis itu hanya terkekeh, “Kenapa Rev? Gak nyangka sama apa yang gue lakuin? Eh, kejutan gue belum selesai.”
Revan terdiam saat ponselnya bergetar dan menampilkan Bunda sebagai penelfon. Dengan cekatan ia mengangkat telfon tersebut, “Halo Bun.”
“Revan! Kak Dafa kecelakaan! Kata polisi ada orang yang sengaja motong rem mobil! Cepet kamu ke rumah sakit!”
Revan mematung. Matanya memanas menahan air matanya. Mendadak dadanya terasa diremas kuat, matanya memicing menatap gadis dihadapannya dengan tatapan lain yang tak pernah ia keluarkan pada siapapun.
“Sudah selesai main-mainnya DITA?”
Mendadak suasana menjadi mencekam saat Revan mengeluarkan suaranya yang terdengar dingin, datar dan menusuk. Bahkan gadis itu –Dita—mendadak menelan ludahnya kasar. Revan tampak sangat menakutkan sekarang.
Revan berjalan mendekat kearah Dita yang sudah menatap penuh ketakutan. Revan mengeluarkan cutter dari kantung celana nya. Semua terdiam tak mau bergerak karena takut dengan apa yang akan Revan lakukan dengan cutter tersebut.
Revan berdiri dihadapan Dita yang sudah mematung. Revan mendekatkan wajahnya ketelinga Dita, “Lo salah udah main-main sama gue. Lo bisa ngelakuin semua ini, tapi gue bisa ngelakuin hal yang lebih dari yang lo fikir. Jangan fikir gue cuma anak lemah yang gak bisa ngapa-ngapain, gue bahkan bisa bunuh semua keluarga lo kalau gue mau.”
Dita merinding, tangannya bergetar mendengar ungkapan Revan yang amat sangat dingin dan datar namun penuh ancaman. Tanpa sadar, Revan dengan cekatan langsung menggoreskan cutter tersebut ke pipi Dita hingga membuat darah mengucur deras dari pipinya.
Dita jatuh tersungkur memegangi pipinya. Revan berjongkok dan menekan pipi Dita kencang, “Akhirnya gue tau siapa anak dari sosok pria yang suka melakukan pelecehan seksual terhadap pegawai wanita di kantor Ayah dan juga melakukan korupsi sebesar 2 triliun yang digelapkan untuk memuaskan hasrat dan keegoisannya sendiri.”
Dita terdiam. Revan tersenyum lebar, “Baru tau sekarang apa alasan Papa lo masuk penjara?”
Semua yang ada diruangan terdiam. Mereka masih mencerna apa yang terjadi. Sampai sebuah perkataan dari Revan yang membuat semuanya tercengang, “Dan asal lo tau aja. Ayah lo hampir memperkosa Bunda gue yang waktu itu berkunjung ke kantor Ayah. Bahkan Mama lo sampai sujud didepan Ayah dan Bunda gue buat minta gak ikut terseret ke masalah Papa lo. Tapi ternyata, anaknya malah membuat kekacauan kayak gini? Dan pasti elo juga kan yang ngerencanain pembunuhan ke Kak Dafa dengan motong rem mobil dia?”
Dita terdiam masih mencerna perkataan Revan. Sampai sebuah suara pilu terdengar, “Jangan penjarakan Dita Nak Revan. Dia satu-satunya yang saya punya sekarang.”
Dita menoleh dan menemukan Mamanya yang tampak berantakan. Mama nya mendekat dan langsung memeluk Dita, “Semua yang dibilang Revan bener, Dit. Makanya Mama gak pernah mau cerita alasan Papa di penjara itu apa ke kamu.”
Hati Dita mencelos mendengar penuturan Mamanya, “Mama sama Papa itu nikah karena perjodohan. Bahkan sejak awal menikah Papa kamu suka sekali main perempuan, Nak. Dia sering sekali bawa perempuan lain kerumah buat berhubungan. Dan Mama cuma bisa diam tanpa bisa marah ataupun nolak. Sampai akhirnya kelakuan bejat Papa ketahuan sama orang lain dan dilaporkan ke polisi. Dan kalau kamu tau, selama ini kita hidup di bantu sama keluarga Revan, Nak. Bunda nya yang bantu Mama mendirikan restoran.”
Dita semakin menangis ketika mendengar kebenaran yang selama ini ia cari. Ia menangis sesegukan lalu menatap Revan yang masih tampak dingin tersebut. Cutter yang ia pegang jatuh ke lantai menimbulkan suara nyaring, “Gue gak akan diem aja kalau sampai lo ngelakuin hal kayak gini lagi.”
***
Okta tersenyum saat rencana untuk membongkar kebusukan Dita berhasil. Namun jauh diluar ekspektasinya, ternyata Revan datang dan melukai Dita menggunakan cutter.
Okta masih bertarung dengan fikirannya. Kini ia tengah dirumah sakit bersama teman-temannya untuk menemani Revan.
Namun tak lama, Revan pergi ke toilet untuk buang air kecil. Bunda yang melihat raut wajah Revan pun langsung duduk di sebelah Nita dan bertanya, “Ada apa Nit sama Revan?”
Nita menghela nafas, “Ternyata yang merencanakan semua hal ini Dita, Bun. Dia yang bikin Alya pacaran pura-pura sama Revan, dia yang bikin Rafa benci sama Nita, dan dia juga yang bikin Kak Dafa kecelakaan. Makanya tadi Revan marah banget sampe ngegores pipi Dita pakai cutter.”
Bunda menatap sendu kedepan. Ia menoleh kearah Nita, “Ini yang Bunda maksud Nit. Revan itu memiliki trauma yang sangat buruk di masa kecilnya. Dia terlalu sering menderita sampai ketika perasaan sakitnya sudah melampaui batas, dia bakal berubah jadi orang lain. Dan gak jarang dia bakal melukai dirinya sendiri, Nit.”
Hati Nita mencelos mendengar pengakuan dari Bunda, “Bahkan dulu pas SMP dia pernah nusuk preman yang mau nyakitin dia pakai pulpen.”
Nita semakin terdiam. Rasanya semakin ia mengetahui berbagai hal tentang Revan, seakan ia semakin hancur. Mentalnya terasa hancur dan rusak begitu saja saat tahu berbagai hal buruk yang sudah dilalui Revan.
Dan setelah berbagai hal buruk tersebut, Revan tetaplah sosok yang amat baik dan perduli dengan sekitar. Dia sosok hangat yang mampu membuat nyaman siapa saja.
“Bunda minta Nita jangan tinggalin Revan, ya? Baru kali ini Bunda bisa ngelihat senyum tulus Revan setelah bertahun-tahun.”
Nita menatap Bunda lalu mengangguk, “Nita bakal selalu ada buat Revan, Bun.”
***
Revan mendudukkan dirinya diatas kloset. Air matanya tumpah, hatinya sakit dan perasaannya seperti sesak ditimpa batu. Kepalanya serasa terbalik memikirkan segala hal yang terjadi beberapa minggu terakhir ini adalah kelakuan dari Dita.
Sosok gadis cantik dan baik yang Revan tahu amat sangat baik dan ramah. Revan merasa kembali dimasa-masa hidupnya hancur berkeping-keping.
Dimasa itu Revan sangat ketergantungan dengan obat-obatan dan juga Dafa. Sosok kakak yang selalu bisa Revan percaya dan selalu melindunginya. Dan setelah beberapa bulan pengobatan Revan membaik dan mulai kembali bersekolah.
Dan saat ini ia merasa akan gila jika Dafa tak sadar. Sosok yang selama ini menjadi tumpuan dan kekuatannya tengah terbaring lemah dengan berbagai alat yang menempel ditubuhnya.
Revan menangis pilu didalam toilet, sedangkan Okta yang sedari tadi mengikuti Revan pun ikut sedih mendengar tangisan pilu Revan. Rasanya seperti dihujam ribuan panah yang menusuk jantungnya. Membuatnya memegangi dadanya yang terasa sesak.
Entah mengapa ketika Revan dalam kondisi buruk, ia pasti seakan merasakan kesakitan yang dirasakan Revan. Bahkan ia seakan tahu seberapa hancur Revan.
Okta mengusap air matanya dan memilih untuk pergi dari toilet untuk menenangkan diri.
***
Halo guys!! Gimana update nya?? Terjawab sudah siapa pelaku nya....
Mau ngehujat? Dipersilahkan hehe....
Ada yang nebak kalau pelaku nya Dita?? Jujur aja ide tentang pelaku nya Dita itu tiba-tiba terlintas gitu aja.
Let's meet again in Friday!
Selasa, 24 November 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanita [GunJane] ✔️
RomancePernahkah kau membayangkan bagaimana jika kau jatuh cinta pada musuh bebuyutan mu?? Atau kau pernah membayangkan bagaimana rasanya hanya menjadi mainan oleh pacarmu? Atau kau pernah membayangkan bagaimana jika kau diputuskan hanya karena kau menyuka...