Bagian 8

6.7K 619 83
                                    

Bohong, Jihoon berbohong ketika mengatakan ia baik-baik saja. Nyatanya sekarang Jihoon tumbang dan meringkuk kedinginan di atas kasur.

Tadi pagi Hyunsuk bangun dengan keheranan karena Jihoon tak membangunkannya meski sudah pukul sembilan, padahal ini masih hari sekolah.

Saat Hyunsuk melihat ke kamar Jihoon, ternyata Jihoon sedang tak berdaya menggigil di bawah selimut.

Dengan panik Hyunsuk memeriksa keadaan Jihoon, mengguncang tubuh proporsional itu dengan perasaan khawatir, yang hanya dibalas oleh gumaman tidak jelas dari Jihoon.

Hyunsuk panik, jadi ia tidak bisa berfikir dengan rasional, bukannya memanggil dokter, Hyunsuk malah menelepon Junkyu yang sudah jelas tidak bisa merawat orang sakit.

"Ya ampun lo ada-ada aja," Junkyu mengotak-atok ponsel Jihoon, mencari nomer dokter keluarga Park. "Gue mana ngerti ngurus orang sakit."

Junkyu menempelkan ponsel Jihoon pada telingnya, menunggu panggilan itu tersambung.

Sementara Hyunsuk mengusap peluh yang terus bercucuran dari kening Jihoon. Terisak khawatir, Jihoon terlihat sangat lemah, ia bahkan tidak merespon panggil Hyunsuk.

Hyunsuk khawatir sekali. Selama ini Jihoon tidak pernah sakit bahkan demam sekalipun, jadi ini pertama kalinya Hyunsuk melihat Jihoon terbaring tak berdaya.

"Gue udah suruh dokternya kesini. Tenang, Jihoon pasti baik-baik aja." Junkyu menepuk pundak Hyunsuk, memberikan ketenangan yang tidak Hyunsuk anggap.

Hyunsuk malah mendekat ke arah Jihoon, meletakkan kepalanya di atas dada Jihoon, mendengarkan detak jantung Jihoon yang sangat cepat.

"Kak, ini jantungnya cepet banget." Hyunsuk menghentikan kalimatnya, mengusap ingus yang hampir keluar karena terlalu banyak menangis.

"Abang gak jantungan, 'kan?" binar Hyunsuk menatap penuh tanda tanya pada Junkyu.

"Aelah lo," Junkyu berkaca pinggang sambil memutar bola matanya, tidak menyangka jika Hyunsuk yang terkenal pintar ini bisa menjadi sangat bodoh jika menyangkut keadaan Jihoon

"Demam itu dia," ujar Junkyu agak sensi.

"Tapi detak jantungnya cepet banget!" Hyunsuk masih kukuh dengan kekhawatirannya.

"Ya mana gue tau!" pemuda kelahiran sembilan September itu mulai naik darah, ia memukul pelan kepala Hyunsuk dengan maksud membuat otak Hyunsuk kembali berfungsi.

"Sakit!" protes Hyunsuk mendelik tajam.

"Ya lo bikin emosi aja. Tunggu disini yang anteng, gue mau nunggu dokter di bawah." Junkyu pun pergi dengan santai.

Hyunsuk merengut tak suka, irisnya kembali fokus pada Jihoon.

"Abang?" panggilnya untuk yang kesekian kali, dan responnya masih sama seperti sebelumnya.

***

Junkyu kembali dengan seorang pria yang mengenakan jas putih khas dokter, di tangan pria itu ada sebuah tas hitam yang sepertinya alat-alat untuk memeriksa orang sakit.

"Minggir," Junkyu menarik Hyunsuk secara paksa agar memberikan akses pada sang dokter.

Hyunsuk menurut saja, lebih cepat Jihoon diperiksa, lebih cepat ia tahu apa yang terjadi pada Jihoon.

Selang beberapa menit akhirnya dokter yang datang tadi selesai memeriksa Jihoon.

"Abang sakit apa?" Hyunsuk langsung bertanya saat dokter yang memeriksa Jihoon melepaskan stetoskopnya.

Abang [✓] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang