Jiwon mulai menyibukkan Jihoon dengan urusan perusahaan, membuatnya semakin hari semakin tidak memiliki waktu untuk Hyunsuk. Berangkat pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari benar-benar bersinar,
Lalu pulang malam seolah Jihoon adalah seorang karyawan yang tengah dikejar target dan harus lembur sana sini.
Padahal Jihoon baru saja memulai, tapi Jiwon dengan tegangnya memperlakukan Jihoon seperti itu, Hyunsuk jadi sedikit kesal dan benci pada Ayah tirinya itu.
Dan pagi ini berjalan sama seperti pagi sebelumnya, Jihoon bangun lalu sarapan secara terburu-buru, ia bahkan tidak sempat memberikan Hyunsuk kecupan diam-diam ataupun kata-kata penyemangat yang bisa membuat hari Hyunsuk lebih baik.
Itu semua gara-gara sejuta dokumen tidak penting yang diberikan Jiwon pada Jihoon, jika terus seperti ini, Hyunsuk mungkin akan melakukan apa yang selama ini otaknya pikirkan.
Bercinta di depan mata kepala Jiwon.
Hyunsuk benar-benar gila, tidak waras dan sinting jika melakukan itu, sia-sia saja perjuangan Jihoon selama ini andai Hyunsuk sungguh melakukannya.
Tentu saja Hyunsuk tidak ingin itu terjadi, karenanya Hyunsuk mengalah lagi pagi ini, ia terpaksa berangkat ke sekolah dengan sopir pribadinya,
Ia juga tidak meributkan Jihoon yang tidak sempat melakukan kebiasaannya, tak apa jika hanya sekali, Hyunsuk akan bersabar.
Sialan.
***
Hyunsuk seharusnya sudah pulang sejak satu jam yang lalu, tapi sopirnya terlambat menjemput karena terjebak macet.
Jadilah Hyunsuk yang menunggu kebosanan di depan gerbang. Jika diingat-ingat, Hyunsuk sering sekali menunggu akhir-akhir ini,
Karena itu Hyunsuk memutuskan untuk pergi, lagi pula tidak ada salahnya mencoba naik bis seorang diri, ia harus belajar mandiri.
Namun ternyata itu kesalahan besar, Hyunsuk tidak tahu kemana jalan menuju halte bis terdekat, dan sekarang ia sedang bingung harus belok menuju gang kiri atau kanan,
Kedua gang itu terlihat mengerikan, dengan suasana hening dan terlihat gelap. Rasa ragu mulai hinggap pada rongga dada Hyunsuk.
Cukup lama Hyunsuk menimbang-nimbang apakah ia harus melanjutkan perjalanan atau kembali saja ke depan gerbang sekolah.
Hingga akhirnya Hyunsuk memutuskan untuk melewati gang sebelah kanan saja, kiri terkadang adalah jalur sesat jadi Hyunsuk memilih aman.
Setidaknya itulah yang Hyunsuk pikiran sebelum ia dicegat oleh tiga orang preman yang terlihat mengerikan dengan puluhan tattoo menghiasi tubuh mereka.
Perasaannya mulai tidak enak, sesuatu dalam dirinya memerintahkan untuk segera berbalik dan pergi menjauh dari sana, tapi otaknya jadi lamban memproses sesuatu karena Hyunsuk sedang ketakutan.
"Hai, manis." salah satu dari ketiga orang itu mulai mendekat dan mencolek dagu Hyunsuk.
"Mau kemana nih sendirian?" yang lainnya ikut mendekat, sedangkan Hyunsuk masih diam di tempat seperti orang bodoh.
Ia baru sadar sepenuhnya ketika tangannya ditarik paksa menuju bagian paling gelap gang itu, "Lepasin!" Hyunsuk berontak, mencoba menarik tangannya dari cekalan orang-orang menakutkan itu.