Helaan nafas lemah terdengar dari bibir tipis Jihoon. Sudah cukup, ia tidak bisa terpuruk terlalu lama, ada Hyunsuk yang harus ia kuatkan.
Untuk itu Jihoon bangkit lalu berjalan menghampiri Hyunsuk, ingin segera meraih tangan halus itu dan mengusapnya penuh kasih.
Tapi Jihoon tak kunjung sampai padahal jarak antara dirinya dan ranjang tidaklah jauh. Jihoon justru merasa ia semakin menjauh dari tubuh Hyunsuk,
Seolah ia ditarik secara paksa tanpa bisa menolak, lalu sedetik kemudian semuanya berubah menjadi putih.
Jihoon merasa tubuhnya melayang dan terhempas dalam satu waktu yang sama, tiba-tiba ia merasa punggungnya sakit, lalu matanya terbuka lebar.
Dingin, Jihoon merasakan hawa dingin yang muncul dari lantai keramik yang ia tiduri.
Jihoon segera meloncat bangun untuk memastikan apa yang terjadi, dan dugaannya benar, ia bermimpi, karena sekarang jelas-jelas ia berada di dalam kamarnya.
Rasanya tadi ia tidur di atas ranjang, lalu kenapa sekarang ia sudah berada dilantai, ia terjatuh atau apa?
Kemudian Jihoon tersentak ketika ia mengingat isi mimpinya, Hyunsuk, Hyunsuk.
Kali ini Jihoon berlari menerjang pintu kamarnya lalu mendobrak pintu kamar Hyunsuk secara kasar,
Padahal pintu itu tidak dikunci, dan bisa dengan mudah dibuka, tapi Jihoon malah menubruknya hingga pintu tak bersalah itu melonggar dari engselnya.
Setelah membuka paksa pintu itu, Jihoon langsung menarik Hyunsuk ke pelukkannya meski Hyunsuk masih tertidur.
"Adek! Adek baik-baik aja sayang?" Jihoon menjauhkan tubuh Hyunsuk dari tubuhnya. Mengguncang bahu kecil itu dengan panik,
Sementara Hyunsuk yang masih setengah sadar hanya berkedip tak mengerti, nyawanya masih diantah berantah.
"Dek," Jihoon kembali menarik Hyunsuk kedalam pelukannya, mengecupi puncak kepala Hyunsuk dengan puluhan kecupan ringan.
"Please sayang please, jangan pernah pergi sendirian. Jangan pernah sendirian." Jihoon berucap dengan khawatir, ia memejamkan matanya, meresapi aroma Hyunsuk.
Merasa Hyunsuk tidak meresponnya sedikitpun, Jihoon kembali menjauhkan Hyunsuk lalu menatap wajah Hyunsuk yang terlihat takut.
"Dek? Adek baik-baik aja, abang gak bakal biarin adek kenapa-napa." Jihoon mencium kening Hyunsuk lama, lalu ciuman itu turun menuju mata dan hidung, berakhir pada bibir Hyunsuk,
Jihoon mencium bibir Hyunsuk dengan mesra, hingga suara seseorang memanggilnya.
"Abang?" Jihoon kembali merasakan perasaan yang ada di dalam mimpinya, dunianya seperti benar-benar terbalik,
Beku, Jihoon membeku ditempat ketika irisnya melihat Hyuna tengah duduk di belakang Hyunsuk, menutup mulutnya karena terkejut melihat apa yang barusan terjadi.
Jarum jam berdetik seolah menertawakan Jihoon, apa yang ia lakukan selama ini sia-sia.
Mati-matian Jihoon meminta Hyunsuk untuk menjaga sikapnya dan tetap merahasikan hubungan mereka, lalu sekarang ia sendiri yang membeberkan hubungannya dan Hyunsuk.
Bodoh. Sialan. Jihoon memaki dirinya sendiri, apa yang sudah ia lakukan, dasar ceroboh.
Makian itu terhenti ketika Jihoon ditarik secara paksa kemudian sebuah pukulan kencang mengenai tulang pipinya.
Ayahnya, dengan air muka marah memukul Jihoon berkali-kali hingga Jihoon babak belur.
"Apa yang kalian lakuin?! Apa yang udah kalian lakuin?!" Jiwon berteriak kesetanan di depan Jihoon dan Hyunsuk, membuat Hyunsuk bergetar takut,
