Hyunsuk duduk dengan gelisah, menatap penuh harap pada ponsel Asahi yang tergeletak di depannya.
"Kok Mama gak nelpon?" ujarnya cemas, ia menggigit ujung jarinya demi mengurangi rasa khawatirnya itu.
"Bentar lagi mungkin? Mama kamu kayaknya gak sempat, dia juga harus pura-pura nyari kamu, 'kan?" Asahi menjawab dengan suara sama dari arah dapur.
"Tapi Mama biasanya nelpon pagi-pagi banget."
Biasanya. Benar, Hyunsuk sudah tujuh hari berada dirumah Asahi. Dan ya, biasanya Hyuna akan menelepon sebelum pukul enam untuk memberitahu Hyunsuk tentang apa saja yang terjadi pada Jihoon.
"Abis sarapan. Kalo abis sarapan tante Hyuna gak nelpon, gue samperin ke rumahnya." Jaehyuk datang dengan membawa satu piring besar sayuran sehat.
"Makan. Kalo lo gak makan, gue gak mau nyamperin kesana." ancaman yang sepertinya sedikit berhasil karena Hyunsuk cemberut dan mulai membalik piring di depannya.
"Udah kayak bapak-bapak aja lo." Haruto sepertinya baru bangun, terlihat dari wajah bantalnya yang bisa dipastikan belum dicuci.
Dicuci, terdengar aneh tapi biarkan saja.
"Emang bentar lagi mau jadi bapak." sang tuan rumah memukul belakang kepala Haruto.
"Berisik! Jaehyuk bawa sisanya cepet." Asahi menyuruh Jaehyuk sambil berjalan menuju meja makan dengan membawa menu sarapan lainnya, meletakkan dengan rapi lalu ia ikut duduk bersama Haruto dan Hyunsuk.
Asahi meletakkan nasi dan lauk lebih banyak pada piring Hyunsuk, "Makan yang banyak adek."
Jaehyuk dan Haruto hanya menatap dengan iri, Asahi seolah memiliki dua kepribadian; dengan Hyunsuk, dia bersikap sangat lembut, manis dan baik. Jika dengan mereka, bak singa kelaparan yang melihat seonggok daging, langsung bringas.
Tidak adil.
'Padahal gue suaminya...'
'Padahal gue sepupunya...'
Gerutu mereka dalam hati. Hm, penakut. Tentu saja takut, Asahi bisa dengan mudah mengusir keduanya jika kalimat itu terdengar oleh sang 'Submisif hamil'
Hyunsuk terlonjok ribut ketika ponsel Asahi bergetar dan muncul nama Hyuna disana.
"Halo?! Mama kok lama? Kenapa?" serobotnya dengan mulut penuh makanan.
"Maaf sayang, tadi Mama harus ikut Papa kamu. Gimana? Adek udah makan?"
"Ini lagi makan, abang gimana? Abang baik-baik aja?" kekehan pelan Hyunsuk dengan dari sebrang telpon,
"Baik. Tadi dia sarapan, terus lanjut nyari kamu. Oh, dia juga gak mandi." Hyuna melaporkan apa yang sekiranya bisa membuat Hyunsuk tenang,
Ia tidak sepenuhnya jujur, Jihoon tidak makan, pria itu hanya minum segelas susu saja.
Hyunsuk bernafas lega. "Ya udah kalo gitu... Um, adek sampe kapan disini? Adek pengen ketemu Mama, abang juga..."
"Papa?"
"Papa narik tangan adek, sampe sakit!" Hyunsuk mengadu—lagi.
Agaknya rasa kesal pada Jiwon belum lenyap sedikitpun, karena Hyunsuk terus saja membahas itu berulang-ulang.
"Dasar," Hyuna menjeda. "Besok ya, besok Mama jemput kamu. Tapi, adek harus janji buat maafin Papa. Adek gak boleh marah sama Papa."
"Kalo Papa gak mukul abang lagi." Hyunsuk mengajukan syaratnya.
"Pasti. Adek tunggu ya sebentar lagi, Mama berjuang dulu buat kalian."