Hyunsuk mulai menyerah memukul kaca mobil ketika Jihoon sudah tidak terlihat, Hyunsuk mulai pasrah ketika hal terakhir yang ia lihat adalah Jihoon yang terjatuh dan bersimbah darah,
Hyunsuk mulai menyumpah dalam hati, membenci dan memaki Ayah tirinya.
Lalu rasa khawatir mulai mendominasi kembali ketika mengingat Ayah tirinya itu, Jiwon mungkin akan melukai Jihoon lagi.
"Pak, ini kita puter balik, bapak gak kasian sama Hyunsuk sama abang? Tadi abang jatoh terus kepalanya berdarah. Please, pak." Hyunsuk memohon dengan sungguh-sungguh.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa."
Cih. Orang ini tidak tahu apa yang bisa Hyunsuk lakukan jika tidak ada Jihoon.
Si manis meraih kerah sang supir dan langsung menonjok rahang keras itu sekuat tenaga, membuat mobil yang mereka tumpangi kehilangan kendali dan melaju tak tentu arah.
Percayalah, Hyunsuk bisa jika hanya memukul satu orang, Hyunsuk bisa melindungi dirinya; tapi itu terjadi jika Jihoon tidak ada disampingnya,
Hyunsuk akan lemah jika Jihoon berada disisinya, menangis dan berlindung adalah hal yang Hyunsuk lakukan jika ada Jihoon.
Itu hukum alam. Hyunsuk lemah di depan sang dominan.
Mobil itu akhirnya berhenti setelah Hyunsuk memukuli sang sopir hingga setengah sadar. "Ini sakit kalo bapak mau tau!" seru Hyunsuk sambil memijat pergelangan tangannya sendiri.
Ia menarik sopir itu agar pindah ke kursi penumpang, kemudian ia sekarang duduk dengan gugup dikursi pengemudi.
Sembilan puluh persen Hyunsuk mungkin akan mati dalam perjalanan karena ini pengalaman pertamanya mengemudi.
Terserah, lebih baik ia mati berjuang daripada mengikuti perintah Ayahnya itu.
"Oke!" tangannya menyentuh setir, memegang setir itu erat lalu satu tangannya menyentuh gear shift dan menggesernya menjadi posisi netral.
Hyunsuk mengingat-ingat kembali apa yang Jihoon katakan tempo hari ketika ia belajar mengendarai mobil.
Ia melirik kebawah, ada tiga pedal. Benar, ia lupa mana kopling, mana gas dan mana rem.
"Pak! Ini gas sama kopling yang mana?" Hyunsuk bertanya pada sopir yang hampir pingsan.
"Jawab atau aku pukul lagi!" Hyunsuk membuat gerakan meninju.
"Ki-kiri kopling, tengah rem te-shh terus gas" akhirnya sang sopir menjawab meski penuh perjuangan untuk mengatakannya.
Bagus. Ini saatnya. Hyunsuk mengikuti arahan Jihoon, ia menginjak gas dan mengangkat kaki dari kopling, tapi ia melakukan kesalahan dengan menginjakkan dan mengangkat kedua kakinya secara cepat, membuat mobil itu tersendat cukup keras.
Ini ternyata tidak mudah.
Hyunsuk kaget, ia berdebar lalu menarik nafas dan melakukan hal yang sama, hanya saja kali ini ia menginjak gas dan mengangkat kopling secara perlahan, benar-benar sesuai instruksi dari Jihoon.
"Adek dateng, tunggu adek!"
Lalu tiba-tiba ia merasakan benturan.
"U-uh" Hyunsuk meringis, mengusap jidatnya yang terbentur cukup keras pada setir.
Rasa terkejut dan pening itu bahkan belum mereda sedikitpun, tapi kini tubuh Hyunsuk sudah dipaksa kembali untuk mengikuti dua orang bertubuh tinggi dengan topi dan masker hitam yang menghalangi wajah mereka.
Hyunsuk menatap mereka, ada raut terkejut dari salah satu orang itu ketika melihat sopirnya tak sadarkan diri.
"Siapa kalian?" panik Hyunsuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/257004993-288-k986063.jpg)