Seorang gadis manis tengah menonton siaran televisi, mendengar suara deru mesin mobil Ayahnya masuk ke garasi.
"Tumben Papa udah pulang jam segini?" gumam Anneth sembari melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 16.45 wib. "Pulang cepet kali ya," ucapnya lagi.
Anneth segera berjalan menuju pintu rumah, bermaksud membukakan pintu untuk Ayahnya. Langkahnya tiba-tiba terhenti. Ayahnya tengah mengobrol dengan seseorang.
"Nah, ini dia rumah Mas. Yuk masuk," ucap Prama Subianto sang Ayah. Anneth mengintip dari balik gorden dan terperanjat melihat Ayahnya menggandeng mesra seorang wanita cantik.
Keduanya berjalan menuju rumah. Anneth mengerjapkan matanya, mencoba memastikan jika yang dilihatnya bukanlah mimpi. "Si Papa bawa siapa tuh?!" Anneth geram karena sang Ayah tidak mengatakan apapun tentang wanita yang tengah dekat dengannya.
Anneth kembali duduk di ruang TV dan menunggu Ayahnya masuk ke rumah. Terdengar suara pintu di buka. Bisa di pastikan sang Ayah terlihat begitu bahagia membawa wanitanya masuk.
"Siapa dia Papa?" seru Anneth mengagetkan Rama. Jari telunjuknya mengarah ke wanita cantik yang kini sudah melepas genggaman tangannya karena terkejut.
"Loh... Neth, kok kamu ada dirumah? Kamu ngga pergi les, nak?" ucap Prama gugup.
"Papa lupa kalo hari ini hari sabtu dan jadwal les ku dari senin sampai jumat. Terus Papa sendiri pergi kemana seharian? Papa kan ngga kerja di hari sabtu? Papa juga ngga jawab pertanyaan aku tadi. Dia siapa Papa?!"
Anneth menatap tajam wanita disamping ayahnya, yang kini tengah mencoba senyum ke arahnya.
Cih!! Gue ngga mempan elo senyumin. Sorry ya gue bukan tipe cewek yang gampang lunak cuma di senyumin doang!!
"Emm... begini sayang. Kenalin dia Tante Bunga. Calon isteri baru Papa," ucap Prama memperkenalkan wanita cantik itu.
"WHATTT!!"
"Sayang, Papa udah lama mau mengatakan ini sama kamu tapi Papa belum nemu waktu yang pas."
"Papa sengaja kali ngga mau aku tahu kalo Papa mau nikah lagi, iya kan?!" Serobot Anneth memotong ucapan Ayahnya.
"Ngga sayang, bukan begitu..."
"Bukan begitu gimana? Nyatanya kalo aku ngga mergokin Papa, mungkin Papa ngga akan bilang apapun sama aku. Entar tahu-tahu Papa udah nikah aja. Gitu kan maksudnya?!"
Bola mata Anneth mulai berkaca-kaca. Prama mencoba memeluk putrinya tapi Anneth menepis tangannya.
"Papa jahat! Aku ngga mau punya ibu tiri. Kalau Papa nekat nikahin dia, berarti Papa udah ngga sayang aku lagi."
"Anneth! Anneth tunggu dulu sayang. Dengerin Papa dulu, nak."
Prama mengejar putrinya yang berlari masuk ke dalam kamar. Anneth mengunci pintu kamarnya dari dalam. Ia menangis sedih. Prama menggedor pintu kamar putrinya dan berharap putrinya mau keluar dan mendengarkannya terlebih dahulu.
***
"Lebih baik aku pulang, Mas," ucap Bunga Winanta. Prama meremas tangan calon isterinya.
"Maaf ya. Kamu jadi melihat semuanya. Tapi ini murni kesalahan aku. Harusnya dari lama aku obrolin tentang kamu ke Anneth biar dia ngga syok. Mas benar-benar minta maaf, sayang."
Bunga tersenyum. "Ini semua bukan sepenuhnya salah Mas. Aku juga ikut bersalah. Aku merebut pria satu-satunya dalam hidup Anneth."
"Sebenarnya Anneth anak yang baik dan pengertian. Dia memang sedikit bar bar dengan orang baru, apalagi dengan orang yang dekat dengan Ayahnya. Tapi Mas yakin perlahan kamu bisa diterima oleh Anneth."
"Iya Mas."
Prama mengelus pipi merona Bunga. "Aku pulang ya Mas." Bunga beranjak dari sofa diikuti Prama. "Ayo, Mas anterin kamu pulang."
Prama merogoh kunci mobilnya di saku celana. "Ngga usah, Mas. Aku pesen gojek online aja ya. Mas dirumah aja, baikan sama Anneth. Saat ini Anneth pasti butuh Papanya."
"Mas anter kamu, yank. Tadi Mas jemput kamu, masa sekarang kamu pulang sendiri? Ngga. Mas ngga mau ambil resiko."
"Aku gpp Mas. Lebih baik Mas dirumah aja. Anneth makin marah kalau tahu Ayahnya anterin aku pulang. Udah gpp toh taksi yg aku pesan udah di depan. Mas cukup anterin aku sampai depan gerbang aja ya."
"Kamu udah pesen? Kapan?"
"Tadi Pas Mas lagi bujuk Anneth. Aku pulang ya Mas."
Prama tampak enggan melepas kekasihnya pulang seorang diri. Keduanya bergandengan menuju pintu. Prama menarik Bunga ke dalam pelukannya dan segera menyecap bibir manis yang menjadi candunya selama ini.
Bunga melingkarkan tangannya dileher sang kekasih. Prama mendorong tubuh Bunga menjauh dari pintu dan mengurungnya. "I love you,sayang" ucap Prama dengan terengah.
"I love you too, Mas."
Prama kembali mengecup bibir manis itu dan mengantar sang kekasih masuk ke dalam taksi. "Kabari Mas kalau udah sampe rumah ya."
"Iya Mas."
Taksi itu pun segera pergi meninggalkan rumah mewah Prama. Duda satu orang anak itu masuk ke dalam rumah. Ia menghela nafas berat. Prama harus berhasil bicara dengan putrinya.
***
• TO BE CONTINUE •
KAMU SEDANG MEMBACA
Discovery Of Love
RomanceKumpulan cerita pendek ONLY 21+ Yang belum cukup umur diharap menjauh!!