A Promise - Part II

11.4K 629 36
                                    

☕️☕️☕️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

☕️☕️☕️

Aku menatap jendela kaca besar dari atas ranjang di Apartemen yang ku tinggali sekarang. Segelas teh lemon hangat menemani sore hari ku yang sepi, menatap keriuhan jalanan ibu kota yang padat. Langit sore tampak indah. Matahari perlahan tenggelam dan sinarnya sangat indah.

Aku sepi dan sendirian setelah seharian bekerja keras membenahi kamar ku agar secepatnya bisa ku tinggali. Ku setel instrumen yang membuat ku relax sejenak dari aktifitas hari ini dan juga kepenatan hati ku.

Sudah seminggu aku menghindari pria itu. Aku menahan diri untuk tidak berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. Sungguh. Ini benar-benar berat dan aku nyaris gagal.

Coba kalian bayangkan sendiri. Aku dan dia tinggal satu atap, kamar kami bersebelahan tapi aku tidak diijinkan menampakkan diri di hadapannya. Kalian tahu kan bagaimana rasanya? Aku harus bangun lebih pagi dan pulang harus mengendap-endap masuk ke kamar.

Maka dari itu aku memutuskan untuk pindah ke Apartemen demi menghindarinya dan menghindar dari masalah yang akan kami timbulkan nanti. Aku bisa gila menghindari perasaan ku sendiri, tapi aku bisa apa. Aku tidak mau membuat Mama Widi kecewa untuk kesekian kalinya 😭.

Ya Tuhan... kenapa ini terjadi kepadaku. Kenapa aku harus memiliki perasaan itu?! Bantu aku untuk menghilangkan rasa itu, Tuhan 😩.

Ting...Tong...

Ku dengar suara bel pintu berbunyi. Ku abaikan saja karena berpikiran ada orang iseng atau orang yang salah pencet bel. Lagi pula siapa yang akan datang? Mama Widi lagi jalan-jalan ke Bali dengan teman-temannya, Kak Dira dan Kak Bayu belum tahu kalau aku pindah dari rumah. Avant? Oh sudah jelas dia tidak tahu. Toh aku sangat menghindarinya bagaikan virus mematikan.

Dia memang benar-benar virus mematikan. Rasa cintanya nyaris membunuhku. Jika teringat itu lagi membuat bulu kuduk ku bergidik ngeri.

Lagi-lagi bel rumah ku berbunyi. Karena penasaran aku pun melangkahkan kaki menuju pintu. "Siapa?" tanya ku malas sambil membuka pintu rumah.

Kedua bola mataku mendadak melebar saat melihat sosok pria yang ku rindukan berdiri tepat di depan pintu, tengah menatap ku dengan tatapan yang sulit ku artikan. Mulutku menganga lebar.

Bagaimana bisa ia tahu keberadaan ku disini? Tidak mungkin Mama Widi yang memberitahu keberadaan ku?

"Ka...kamu..."

"Akhirnya kita berjumpa sayang," ucapnya membuat bulu kuduk ku meremang. Tanpa mengalihkan tatapan matanya dari ku, Avant perlahan melangkah mendekat dan otomatis membuat ku melangkah mundur menjauhinya.

Segera ku tutup pintu rumah tapi ia bergerak dengan sangat cepat masuk ke dalam rumah dan berhasil mengunci rumahku. "Pergi! Pergi Avant. Kamu ngga seha....hummmppphh..."

Discovery Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang