GOODBYE MY LOVE || 3 END

6.7K 381 23
                                    

*Corrona Virus 19 atau Covid 19 yang berasal dari Wuhan mulai masuk ke Indonesia.*

*Pemerintah Indonesia mulai mengadakan PSBB besar-besaran*

*Protokol kesehatan wajib dilakukan oleh seluruh warga Indonesia tanpa terkecuali.

Dan berita-berita menghebohkan lainnya tentang Covid19 membuat hatiku miris. Bagaimana tidak, ditengah mempersiapkan pernikahan aku harus menghadapi ujian yang cukup berat dari Allah SWT.

Bang Jamal terindikasi Covid19 dan mengharuskannya dirawat di ruang isolasi.

Sebagai tenaga medis yang tengah berjibaku dengan berbagai macam kasus penyakit termasuk Covid19 merasa sedih dan tak kuat melihat banyaknya pasien yang berjatuhan hingga banyak yang meninggal.

Melihat tunangan sendiri terpapar virus mematikan itu membuat ku merasa bersalah. Aku tidak tahu bagaimana Bang Jamal bisa terjangkit virus itu. Setiap kali habis mengunjungi pasien di ruang isolasi khusus, aku selalu membersihkan tubuhku sebersih mungkin.

Mungkin bisa 2-3x mandi setelah selesai bertugas di ruang Covid. Tapi tetap saja ada yang terkena. Tak hanya Bang Jamal yang terserang, keluarganya pun ikut terkena meski tanpa gejala sehingga hanya isolasi mandiri dirumah.

Berbeda dengan Bang Jamal yang merasa sesak dan hilang penciuman, Bang Jamal dijemput oleh pihak rumah sakit untuk di bawa ke ruang isolasi.

"Assalammualaikum, Abi," sapa ku dari balik baju Hazmat saat menjenguknya di ruang isolasi. Kebetulan hari itu aku memang ada jdwal tugas di ruang covid.

"Waalaikumsalam Umi."

Dari balik masker medis, aku bisa melihat ia menyunggingkan senyum. Ku lihat Abang tengah berbaring sembari membaca sebuah al-qur'an yang beberapa hari yang lalu ku bawa untuknya sebagai bahan bacaan.

"Abi udah makan belum? Obatnya udah minum juga kan?" tanya ku melihat beberapa butir bungkus obat yang masih rapi seperti belum tersentuh.

"Belum Mi. Abi lapar tapi makanan ngga bisa masuk. Tenggorokan Abi kayak terganjal sesuatu gitu," keluhnya membuat mataku terasa panas.

"Umi suapin Abi ya. Siapa tahu Abi mau makan kalau Umi yang suapi."

Bang Jamal menganggukkan kepalanya. Ia segera memposisikan tubuhnya duduk tegak sementara aku duduk di pinggir tempat tidur, memegang mangkok bubur untuk Bang Jamal.

Dengan perlahan aku suapi calon suami ku itu tapi seperti yang ia katakan tadi, ia tampak kesusahan untuk menelan bubur ayam. Ku sodorkan segelas air putih untuk membantunya menelan namun yang terjadi malah ia tersedak dan terbatuk.

"Astagfirullah Abang!" Pekik ku saat melihat Bang Jamal muntah dan nafasnya memberat.

Beberapa dokter yang tengah memeriksa pasien di ruangan sebelah berlari menghampiri ku yang berteriak panik.

Dalam waktu singkat, Bang Jamal harus berpindah ruangan dari ruang isolasi biasa ke ruang ICU karena terjadi gagal nafas.

Tentu saja itu membuat ku sangat sedih. Aku yang merasa bersalah tak kuasa menahan air mata yang terus menggenangi googles. Masih dapat ku rasakan remasan tangan Bang Jamal yang seakan tak ingin aku beranjak pergi dari sisinya.

Discovery Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang