IBA (III)

15.1K 536 21
                                    

Di sebuah kedai kopi.

"Tumben Anneth ngajak tante Bunga ketemuan. Mau ngobrolin apa, Neth?" ucap Bunga girang karena calon anak tirinya tiba-tiba mengajaknya ketemu

Anneth tersenyum miris. Ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ngga usah basa basi busuk," ucap Anneth dingin. Gadis itu menatap Bunga dengan tajam.

"Lebih baik kamu putus sama Papa," ucap Anneth to the point membuat Bunga terkejut.

"A...apa? Kenapa Anneth? Saya sangat mencintai Papa kamu. Kenapa saya harus putus?" Bunga di buat bertanya-tanya.

"Karena aku ngga mau punya ibu tiri apalagi ayah tiri. Pasti gara-gara kamu kan Papa dan Mama aku bercerai! Iya kan?!"

"Apa?! Ngga Neth. Tante ngga tahu apa-apa soal perceraian kedua orang tua kamu."

"Alah! Jangan belaga bego ya depan gue. Gue  tahu elo mantan terindah bokap gue. Elo pasti seneng kan bokap ama nyokap cerai. Biar apa? Biar elo bisa dinikahin bokap gue, iya kan. Ngaku aja lo!!" Anneth mulai jengah.

"Anneth kamu keterlaluan. Memang benar saya mantan papa kamu, tapi dari awal saya ngga ada maksud buat deketin Papa kamu. Dan soal perceraian orang tua kamu, saya ngga tahu menahu soal itu. Saya dan papa kamu bertemu setelah mereka bercerai dan itu juga papa mu yang cerita!"

Bunga mulai terpancing emosi oleh ucapan Anneth. Ia berusaha menahan emosinya untuk tidak meledak. Ia tahu Anneth tidak segampang itu menerima kehadirannya dalam kehidupan mereka.

"Ngga usah banyak pembelaan lah. Sekali pelakor tetap pelakor!"

"ANNETH!! CUKUP!"

Bunga tak tahan lagi dengan penghinaan yang ditudingkan kepadanya. Ia memejamkan mata, mencoba menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Tetes air mata mulai membasahi wajahnya.

"Ape lo!! Ngga usah pamer air mata buaya depan gue. Mungkin depan bokap, elo bisa menipu pake air mata lo itu. Jangan harap elo bisa nipu gue!"

Tanpa banyak bicara, Bunga memilih pergi meninggalkan cafe. Anneth yang melihatnya pergi terus memakinya dengan kasar dan meneriakinya. Bunga menghentikan sebuah taksi dan kembali pulang ke rumahnya.

"Ck... Dasar lonte!" maki Anneth melihat kepergin Bunga.

***

Sudah satu minggu ini Bunga menghindarinya. Tak hanya menghindar, ia juga menolak mengangkat telepon, video call bahkan chatnya tak pernah dibaca. Prama dibuat kelimpungan dengan sikap kekasihnya itu.

Prama jadi menduga-duga hal yang tidak-tidak. Memang sebelumnya Prama mendadak pergi urusan bisnis dari kantornya tanpa memberitahu Bunga tentang kepergiannya. Semuanya mendadak dan ia baru memberi tahunya setelah dua hari dinas luar.

Bunga sangat kesal waktu itu tapi Prama tak menyangka kemarahan kekasihnya akan selama ini.

"Kamu kemana sih sayang?" ucap Prama gusar. Berkali-kali teleponnya tidak dijawab oleh Bunga.

Anneth yang melihat sang ayah kalut hanya bisa tersenyum senang. Berarti tugasnya menjauhkan Bunga dari Ayahnya mulai membuahkan hasil.

Prama uring-uringan ngga jelas akhir-akhir ini, dan ngga perlu diragukan lagi kalau sang ayah ada masalah dengan pacarnya. "Ih Papa! Sibuk ngapain sih? Aku ngomong ampe berbusa dari tadi di cuekin," gerutu Anneth.

"Eh apa nak?"

"Tuh kan! Papa nyebelin ah!"

"Papa lagi bingung ini. Kenapa Bunga ngga bisa di hubungi sih? Masa semarah itu sih sama Papa." Prama terus mencoba menghubungi Bunga dan itu membuat Anneth kesal.

Discovery Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang