[Nak Angga bisa bantu Mama tengokin Vania dirumah? Vania lagi sakit Nak. Mama lagi diluar kota ada kerjaan]
Angga yang baru saja tiba di kantor dibuat ketar ketir saat membaca chat dari Mama Iis. Vania sakit dan dirumah tidak ada siapa-siapa.
Entah mengapa Angga langsung teringat tanggalan. Ia memeriksa tanggalan hari ini, dan jika benar hari ini Vania tengah mendapat tamu bulanannya. Tamu bulanan yang sering dirasa Vania selalu nyeri di tambah maagnya pasti kambuh.
Vania pasti sakit karena dua hal itu, pikirnya.
Maka dari itu Angga langsung bergegas ke rumah Vania sepulang dinas. Tidak lupa ia membeli bubur ayam karena pastinya gadis itu belum makan sama sekali.
Benar saja setibanya di rumah, Angga mendapat kabar dari pembantu rumahnya kalau Vania belum keluar kamar sama sekali. Sarapan pun belum disentuh. Angga pamit dan segera menghampiri Vania di kamarnya di lantai dua.
Ia mengetuk pintu kamar Vania tapi tidak ada sahutan dari dalam. Angga pun memberanikan diri masuk ke kamar Vania. Ini kali pertama baginya masuk ke kamar dan tentunya itu membuatnya exciting.
Saat pintu kamar di buka, ia melihat Vania meringkuk di atas ranjang. Sebagian tubuhnya tertutup oleh selimut. Angga berjalan mendekat dan melihat wajah Vania meringis kesakitan. Air matanya mengalir tanpa ia sadari.
"Dek... Mana yang sakit?"
Vania meremas tangan Angga dengan kuat. "Sakit Ma." Isakannya kembali terdengar. Matanya tertutup dan tidak menyadari kedatangan Angga di kamarnya.
"Iya sayang. Abang tahu adek kesakitan. Tunggu sebentar ya. Abang ambilin kompres hangat." Angga mengecup dahi Vania sebelum beranjak ke dapur mencari kompresan. Tak lama ia pun kembali.
Dengan perlahan Angga meletakkan bantal air hangat itu di perut Vania. Ia sedikit menekan bantal itu agar Vania sedikit nyaman. Dan benar saja ringisan kesakitan Vania berangsur-angsur tidak terdengar lagi.
Nafas Vania mulai tenang. Ia kembali tertidur sambil menggenggam tangan Angga. Ia teringat dulu saat mereka masih pacaran, Vania mengalami hal yang sama saat di ajak bertemu orang tuanya. Itu kali pertama Angga panik dan tidak tahu harus berbuat apa.
Untungnya sang mama bertindak cepat dan Vania tertidur setelah perutnya lebih enakan. Angga tersenyum menatap Vania yang mendengkur halus. Ia rindu momen momen bersama Vania.
Angga memeluk Vania dan mengusap punggungnya agar ia tidak terbangun.
"Cepet sembuh sayang. Abang lebih sakit melihat kamu kesakitan kayak gini," bisik Angga membelai wajah Vania yang tampak pucat. Tak lama ia pun ikut terlelap disamping Vania.
Posisi mereka saling berpelukan nyaman, membuat Bibi yang mengantar minuman hangat untuk Vania sungkan untuk masuk ke kamar. Ia membawa lagi minuman hangat itu ke dapur.
Menjelang sore Vania terbangun. Kondisi perutnya sudah jauh lebih nyaman dari sebelumnya. Tidak ada keram lagi yang ia rasa karena ada sesuatu yang hangat menempel di perutnya.
Matanya membelalak saat melihat seseorang dengan masih mengenakan seragam coklatnya dan juga atribut yang menempel di bajunya tengaj tertidur dan memeluknya. Wajah Vania memerah karena malu.
"Abang!!" Pekik Vania membuat Angga terbangun tiba-tiba dan terjatuh dari ranjangnya. Ia mengaduh kesakitan. Pinggulnya membentur lantai kamar cukup keras.
"Maaf Abang. Bikin Abang kaget."
"Gpp dek. Kamu udah enakan?" Angga memegang wajah Vania yang sudah tidak terlihat pucat. Vania mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Discovery Of Love
RomanceKumpulan cerita pendek ONLY 21+ Yang belum cukup umur diharap menjauh!!