Cinta Pertama - 03

6.3K 308 29
                                    

Haloo... Kisah Cinta Pertama Season 1, udah bisa Open Order ya ke nomor WA 087835282243.
MANGGA DI ORDER PDFnya.
Harga 25K saja ☺️
Langsung isi sesuai format yang tertera. Pembayaran bisa melalui DANA/OVO/GOPAY ke No 081394802406 (JGN WA KE NO INI YA). Atau transfer ke bank BCA/NISP

SS hasil transferannya dan pdf akan dikirim setelah aku edit nama pembelinya. Di urut dari chat paling bawah dan setelah pulang dinas ya 🙏🏻

Oh iya ada satu info lagi. Cinta Pertama aku bikin dua season. Yang besok kalian orden baru Season 1. Season 2 menyusul di bikin (otw nyicil malam ini sambil nyicil apdetan di Innovel)

Happy reading ya 😍😍

🌸🌸🌸

Mungkin ingin bertemu masih ada. Ingin memeluk masih ada
Sayang kini tak bisa, kau telah memilihnya...

(Arsi Widianto ft Brisia Jodie-Rindu Dalam Hati)

•••

Sejak kejadian itu, aku sudah jarang bertemu lagi dengan Inggit. Gadis itu selalu menghindar tiap kali aku mendatangi rumahnya. Seolah dia tak ingin melihat ku lagi. Inggit juga menunaikan janjinya dengan mentransfer sejumlah uang ke dalam rekeningku. Tentu saja aku marah. Aku tulus membantu biaya pengobatan ibunya tapi ia menolak.

"Inggit, gue sudah bilang gue ikhlas bantu Ibu. Kenapa elo balikin semua uangnya?" tanya ku melalui sambungan telepon. Setelah sekian lama ia menolak panggilan telepon ku, akhirnya ia mengangkatnya juga.

"Gue bilang ngga usah. Anaknya Ibu itu gue, jadi yang harus tanggung jawab dengan semua biaya Ibu ya gue. Bukan elo."

Ck...Dasar keras kepala!!

"Oke... tapi dari mana elo bisa dapat uang sebanyak itu buat balikinnya?"

"Elo tenang saja. Itu duit halal kok. Bukan dapat nyolong, nodong atau pesugihan. Gue bekerja keras buat dapatinnya," ucapnya tersinggung.

"Ya Allah, Inggit. Maaf bukan itu maksud gue. Gue tahu kalo..."

"It's oke Anggi. Gue ngga kesinggung kok. Elo tenang saja karena bukan saatnya gue harus tersinggung sama omongan orang. Yang gue pikirin saat ini adalah kondisi Ibu."

"Tapi... wajar sih elo tanya kayak begitu. Secara dari segi finansial saja gue ngga punya uang sebanyak itu. Gue bisa pastiin kalau itu uang yang halal," ucapnya lagi.

"Iya gue percaya sama elo. Tapi maksud gue kenapa harus buru-buru balikin, Inggit. Gue tahu elo pasti lagi butuh biaya yang besar untuk kesembuhan Ibu. Di balikinnya nanti saja setelah Ibu sembuh, bisa kan."

"Lebih cepat lebih baik. Gue ngga mau ada yang salah paham karena ini."

"Astagfirullah Inggit..."

"Sudah dulu ya. Gue mau kerja. Bye..."

Tuuut...tuuuut....

Inggit buru-buru mematikan sambungan teleponnya. Kelihatan banget kalau dia menghindariku. Aku hanya bisa menghela nafas.

🍒🍒🍒

"Gue merasa ada hal aneh terjadi sama Inggit," ucapku kepada Doni Alamsyah, teman ku dan Inggit semasa di SMA. Hingga sekarang kami masih suka bertemu dan berkomunikasi dengan baik.

"Aneh? Aneh gimana?"

"Gimana ya ngomongnya. Gue merasa akhir-akhir ini dia perlahan menjauh. Gue masih belum paham kenapa dia menjauh. Rasanya aneh saja begitu."

"Perasaan elo saja kali."

"Awalnya gue rasa kayak begitu. Tapi makin kesini dia semakin nunjukin kalau dia berusaha banget buat menghindar dari gue."

Dahi Doni mengerut. "Elo bikin salah apa sama si Inggit? Coba deh lo inget-inget. Siapa tahu ada omongan atau tingkah elo yang bikin dia kesel makanya dia jauhin lo."

"Apa iya ya? Duh gue makin merasa bersalah ini. Ngga biasanya loh Inggit bersikap kayak gini."

"Itulah cewek. Susah banget ditebak."

"Lo tahu kan sehafal apa gue sama semua sifat dan sikapnya Inggit. Dia itu ngga pernah marah yang bener-bener marah sama gue selama ini. Tapi ini tuh dia dalam fase marah semarah-marahnya sama gue."

Doni menepuk pundak ku. "Coba kalian ketemu dan bicara berdua dari hati ke hati. Habis itu lo minta maaf sama dia dan jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama seperti ini lagi."

"Gimana mau ketemu. Orang gue datang ke rumah dia ngerem di kamar. Telpon dan whatsapp dari gue saja dikacangin."

Doni tertawa puas. "Lucu ya lo. Sekalinya si Inggit marah, elo sampai ketar ketir kayak gini. Memang kalo si Kania marah, lo ketat ketir kayak gini juga?"

Deg.

"Sudah bisa gue tebak. Pasti elo biasa saja kan kalo si Kania marah."

"Tahu ah! Pusing gue!"

"Urusan Inggit di tunda dulu. Sekarang elo harus fokus sama acara pertunangan besok."

"Cabut yuk. Bini gue bisa ngamuk kalo gue pulang telat ke rumah," ucap Doni yang sudah siap-siap mau pulang.

"Thanks ya sudah dengerin curhatan gue. Gue bingung mau cerita sama siapa."

"Santai saja, Bro. Lo bisa cerita apa saja sama gue." Aku hanya bisa tersenyum.

Kami berdua pun pergi dari Cafe tersebut dan berpisah pulang ke rumah masing-masing.

•••

Lanjutannya ada di PDF ya 😘
Yg order PDF ku semoga makin murah rejeki. Aamiin 🙏🏻🙏🏻
Harga 25K

 Aamiin 🙏🏻🙏🏻Harga 25K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Discovery Of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang