18}Rendah Diri

25.7K 1.8K 10
                                    

Hei..hei..hei...
Daku up lagi nee...🤗

Kasih support aku dengan vote dan komen yes..

Bismillah dulu....🤲

Senggol bintang dulu..⭐

Cuzz baca...

Loveu💟
Im

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

*Rayhan*

Kucoba memindahkan kepala Amanda pelan agar ia tak terbangun sebab terganggu oleh gerakanku. Ouch.. tanganku kesemutan dan kebas.

Kuusap perut buncitnya, hal yang selalu dapat menerbitkan senyumku. Selalu ada buncahan bahagia kala teringat betapa lucunya putraku kelak. Namun, bersamaan kurasakan sedih tak terperi atas keadaanku kini.

Aku benar-benar mendapatkan karma atas dosa-dosa ku padanya dulu. Dulu aku mengusirnya tanpa perasaan, tanpa uang tunjangan, hingga hidupnya dan calon buah hatiku terlunta-lunta. Sekejam itulah aku dulu. Jika teringat hal itu, rasanya jika kedua kakiku bahkan kedua tanganku sekalian terputus pun tak dapat menghapus semua dosa ku. Astaghfirullah...

Kini aku merasa, Tuhan sendiri yang mengusirku dari hidup Amanda dan putraku. Kondisi cacatku tak kan mungkin bisa mereka terima dengan lapang dada.

Namun buruk sangka yang selalu menyelimutiku ternyata tak benar. Sudah hampir seminggu wanita pendiam yang bertransformasi menjadi istri manja dan keras kepala ini selalu menempeliku, bahkan ia ngeyel minta tidur seranjang, tanpa mau peduli dengan sempitnya ranjang pasien yang ku tempati ini. Dengan alibi anakku yang memintanya dia semaunya sendiri. Menggemaskan sekali.

Berbagai penolakan telah ku berikan padanya. Tapi bukan rasa takut yang menjadi responnya seperti dulu, melainkan sifatnya yang semakin keras kepala, ngeyel, dan maunya menang sendiri. Ingin rasanya aku menggigit bibirnya yang kini suka mengerucut kala berdebat denganku. Tapi bukan tempatnya, kan?

Parahnya setiap aku dan dia berdebat, kedua kakak ku akan selalu membelanya. Aku sampai bingung, kerjasama macam apa yang sedang mereka lakukan. Aneh sekali. Tapi sungguh aku suka.

Beberapa kali dokter dan staf perawat yang melakukan cek rutin berkala menegurku, agar membangunkannya kala mereka mendapati Amanda tidur dalam pelukanku dimalam hari, mereka khawatir jika tanpa sengaja Amanda mengenai kakiku, yang akan berakibat memperparah bekas amputasi ku, namun aku selalu berkilah bahwa istri lucuku itu sedang ngidam. Selain itu, Amanda Hanya tidur di ranjang pasien di malam hari saja. Sebab siangnya ia akan berbaring di ranjang keluarga pasien yang masih berada satu ruangan denganku kala ia lelah, kandungannya yang semakin membesarlah yang membuatnya cepat lelah. Kasihan sekali istriku.

Meski ruang rawat inap ini berfasilitas lengkap, dengan ditanggung oleh perusahaan. Sebab aku mengalami kecelakaan kerja. Namun kemewahan ini, sama sekali tak membuatku merasa senang.

Mengingat sore naas itu, rasanya aku masih belum rela kehilangan sebelah kakiku. Saat aku sadar pasca operasi, aku merasakan rasa sakit yang amat sangat pada kaki kiriku. Aku edarkan pandanganku, hanya ada kak Reza yang sedang tertidur di sofa. Sepertinya ia sangat kelelahan.

Saat aku melihat sumber rasa sakit yang ku rasakan, betapa terkejutnya aku tak melihat telapak kakiku. Kaki kiriku hanya sepanjang mata kaki dengan perban tebal yang melilit kencang. Ku kerjapkan mataku berkali-kali, salah-salah mataku sedang berhalusinasi. Tapi nihil. Mataku baik-baik saja, dan kakiku memang diamputasi. Aku hancur.

Kalian tau? Aku langsung histeris. Duniaku serasa berantakan. Aku merasa telah kehilangan segalanya. Rangkaian kata-kata pengat kak Reza tak satupun yang bisa kucerna. Aku cacat. Itu yang ku tau saat itu.

it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang