8}Bimbang

38.5K 3K 71
                                    

Langit begitu cerah pagi ini, senyuman mentari menghangatkan setiap jiwa yang mencoba peruntungannya hari ini. Namun mengapa tak ada sedikitpun semangat yang dimiliki pria yang sedang membungkus dirinya dengan selimut tebal dan lembut itu. Kamarnya ia biarkan gelap. Tirai yang biasanya ia sibakkan dipagi hari tak jua berpindah dari besi tempatnya bernaung.

Pria itu sebenarnya telah bangun sejak tadi, namun kejadian semalam membuatnya tak bisa tidur sebab otaknya tak dapat berhenti memikirkan hal yang sebenarnya sangat ingin ia hindari.

Helaan nafas panjang disusul dengan gerakan lmban sarat akan rasa malas, pria itu mulai bangun dari tidurnya.

Diraihnya ponsel yang tergeletak diatas nakas yang ia tau sejak tadi menyala tanda banyak notofikasi masuk.

"Bro, si Bos ngajak ke lapangan. Ada proyek amal tahunan dianti asuhan Rahma.  Lo langsung ke TKP oke. Jam sembilan DBL (don't be late)"

Ray menghembuskan nafasnya kesal. Ia benar-benar tidak memiliki mood kerja hari ini. Bahkan semalam ia berniat bolos kerja dengan alasan tak enak badan. Tapi kalau bosnya yang mengajaknya, mana bisa ia menolak.

Proyek amal memang rutin dilakukan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Proyek berupa renovasi ataupun bedah bangunan seperti rumah ibadah, sekolah, panti asuhan maupun lembaga lain. Dan tahun ini panti asuhan Rahma yang terletak tak tauh dari rumah Ray sasarannya.

Tak ada pilihan lain, Ray bergegas mandi setelah meminta bu Sri membuatkan jahe hangat sebagai sarapannya pagi ini sebelum berangkat kerja.

Hanya butuh waktu dua puluh menit saja bagi Ray untuk sampai ke panti asuhan Rahma. Sesampai dipanti Ray tersenyum tipis, panti ini sangat asri. Banyak pohon besar dan bunga yang berwarna warni. Juga halaman yang cukup luas yang digunakan para penghuni panti bermain.

Seorang perempuan peruh baya mempersilahkannya dengan ramah disebuah kursi diteras panti. Ia memperkenalkan diri sebagai pengurus panti tertua disini, bu Hanum, begitu ia menyebut dirinya.

Hanum menceritakan dengan singkat sejarah panti dan menywbutkan jumlah penghuni panti Rahma ini. Tak banyak yang tinggal dipanti ini, hanya dua orang pengurus, seoranga tukang masak, dan dua belas anak yatim piatu dwngan umur mulai dari satu tahun hingga enam belas tahun.

Mendengar penuturan perempuan paruh baya didepannya ini, hati Ray sedikit tersentil. Nasibnya jauh lebih baik dari penghuni panti ini. Harusnya ia bisa lebih menghargai hidupnya. Begitulah kira-kira yang Ray fikirkan.

Tak lama sebuah mobil Hummer hitam masuk ke pelataran panti. Ray hafal benar, itu kendaraan sang dirut perusahaan properti tempatnya bekerja.

Pria paruh baya itu turun dari kendaraannya, matanya mengedarkan pandangan kesekeliling panti lalu berjalan dengan gagahnya menuju kursi tempat Ray duduk.

Ray berdiri dan menyambut orang nomor satu diperusahaannya ini.

Setelah berbincang dengan Hanum sang pengurus panti, sang Bos pamit undur diri. Sedangkan Ray akan mengambil gambar beberapa spot bangunan panti untuk dipelajari, dimusyawarahkan dan nantinya akan dibangun kembali.

Setelah selesai dengan semua urusannya dipanti, Ray segera pamit untuk kembali ke kantor.

"Mau parkir tidak pak?"

Supri mengetuk kaca mobil yang sedari tadi berada ditengah pintu masuk rumah makan. Mobil CRV silver itu tak maju pun tak mundur dari tadi. Ia kesal sekali.

"Tidak jadi pak, maaf"

Selembar uang berwarna ungu diberikan pria berkacamata hitam melalui jendela mobilnya.

Perutnya sudah sangat lapar, tapi entah mengapa ia enggan makan disini. Padahal jelas ia sudah tau persis, hanya makanan rumah makan inilah yang bisa ia konsumsi dengan nyaman selama lima bulan terahir ini.

it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang