23} Pelukan Amanda

22.2K 1.5K 15
                                    

Assalamualaikum..

Yuks.. ramaikan dulu sebelum baca..

Vote dan komen..⭐

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

'pov Reyhan'

'Tiit'

Samar aku mendengar suara yang berasal dari remote kontrol pendingin ruangan. Tak lama aku mendengar lagi seperti suara gorden yang disibakkan, kemudian suara jendela kamar yang dibuka.

Aku masih enggan bangun dan membuka mataku. Jatah pagiku tak boleh terlewat.

Cup

Benar kan kataku?

Satu kecupan kurasakan di keningku. Tapi aku masih enggan bangun. Sengaja. Aku mau dobel jatah pagi ini.

"Abang.. bangun. Katanya mau keluar sama anak-anak." Sapa Amanda lembut sembari menepuk pipiku pelan.

'Enghh....'

Hanya itu responku. Sudah kubilang aku mau jatah lebih. Sebab semalam aku pulang dan mendapatinya telah terlelap. Oke. Itupun sebenarnya kesalahanku. Aku terlalu lama berkumpul bersama sahabatku di kafe. Ada hal penting yang harus dibahas.

"Abang.. bangun. Anak-anak sudah menunggu di meja makan. Mereka malahan sudah pada rapih." Dia mengelus kepalaku. Nyaman sekali rasanya.

"Cium dong.." kataku dengan suara serak khas orang bangun tidur. Pandai kan aktingku? Haha

"Kan udah tadi" katanya sambil mengelus bahuku. Membuatku ingin membawanya ke pelukanku. Kalau saja tak ingat ia berperut buncit, pasti sudah kugulingkan ia dan ku dekap erat. Ah, aku harus sabar.

"Nggak kerasa. Cium.." aku masih memejamkan mataku, dan sedikit memajukan bibirku. Menunggu jatah pagiku yang, dobel.

Helaan nafas ku dengar dari terkasihku. Dan..

Cup

"YES" Aku memekik kegirangan. Dan ketika kulihat wajah Amanda. Ups, dia memasang wajah marah yang aku tau itu hanya pura-pura saja. Mana ada orang matang tapi pipinya bersemu merah? Haha..

Dia membantuku bangun dengan pelan. Hal yang menjadi kebiasaannya sekarang. Dia masih saja mengkhawatirkan ku. Kalau-kalau aku limbung dan terjatuh saat berdiri setelah bangun tidur seperti saat itu.

Hal itu menjadikanku bahagia sekaligus sedih. Bagaimana tidak? Perhatiannya yang besar membuatku merasa sangat dicintai olehnya. Dan belum pernah aku melihat cinta sebesar itu yang utuh hanya untukku. Setelah Tuhan tentunya.

Dan hal itupun tak ayal membuatku sangat sedih, sebab disaat perutnya yang semakin membesar seharusnya akulah yang merawat dan menjaganya. Bukan sebaliknya. Tapi kala hal itu kuungkapkan padanya saat pillow talk kami, maka ia dengan lembut meyakinkanku bahwa ia wanita kuat. Dan dalam pernikahan kami harus saling menguatkan. Bukan hanya bergantung padaku saja. Aku pria beruntung bukan?

"Pilih buku yang kalian perlukan untuk ujian Ahir dan ujian untuk masuk perguruan tinggi. Juga alat tulis yang diperlukan. Ayah bunda mau ke toko keperluan bayi. Kalau sudah nanti calling saja, oke."

Anggukan serentak dengan mata berbinar bahagia menghiasi penglihatanku. Juga Amanda, kurasa. Sungguh, pemandangan yang menghangatkan hati. Melihat mata yang selama ini selalu memancarkan kedukaan disebabkan ketidak beruntungan hidup sebagai penghuni panti asuhan, menjadi berbinar bahagia sebab sedikit perhatian yang kuberikan. Bahagia memang sesederhana itu.

"Kok semua warnanya biru bang? Emang nggak pengen warna lainnya? Ntar dikira nggak ganti baju, lho Dede bayinya"

Amanda memandangku dengan tatapan bertanya dan sedikit bingung. Pasalnya memang semua pakaian dan  semua aksesoris serta mainan bayi yang ia ambil berwarna biru. Warna identik bayi laki-laki.

it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang