7}Pertemuan

40.6K 3.3K 87
                                    

"Shadaqallahul 'adzim..."

Diciumnya mushaf pink kesayangannya dengan takzim, hadiah dari bunda Ratih saat ia berumur tujuh belas tahun. Tak terasa sudah enam tahun mushaf ini menemaninya.

Alhamdulillah.. baca al quran rutin tiap paginya telah ia tunaikan. Doa serta alfatihah untuk kedua orang tua dan bunda pun telah ia bacakan. Kini waktunya ia bergegas bersiap pergi, dengan penuh semangat menyongsong hari.

Sebuah bros kecil indah Ama sematkan diseblah kanan. Bros kesukaannya hadiah dari Rania putri semata wayang bunda Ratih, ibu angkatnya yang telah tiada. Sebuah bros berbentuk angsa dengan satu mata berkilau dari kristal.

"Minum susunya dulu Ama"

Itu suara Haidar. Ya, setelah kasus pengusiran Ama dari kosan, spontan seluruh staf dan pemilik rumah makan padang heboh dipagi harinya.

Ayodya yang biasa datang diatas jam delapan, pagi itu datang ke rumah makan jam enam pagi dengan tergopoh-gopoh. Hingga Ama yang saat itu baru mengganti pakaiannya dengan baju kerja terkaget mendapati bosnya telah datang padahal hari masih pagi. Ama bisamenebak, pasti sang koki penolongnya lah yang mengabari Ayodya.

Pun dengan Siska dan tiga pelayan lainnya, mereka datang hampir bersamaan lima belas menit setelah sang pemilik rumah makan. Dan Ama harus bisa pasrah untuk apa yang akan terjadi setelahnya.

"Kau hamil berapa bulan nak?" Ayodya menatap janda muda yang tengah hamil lima bulan dihadapannya dengan serius. Namun tak dapat ditampik, ada semburat rasa iba dimatanya yang ia tujukan pada karyawan yang belum lama ia pekerjakan ini.

"Lima bulan ibu.." Ama hanya dapat menunduk dengan matayang berembun. Menjadi janda miskin dengan keadaan hamil terusir tanpa tunjangan apapun tentu bukanlah kemauannya. Namun jika semesta telah berbicara ia bisa apa?

"Apakah suamimu tau bahwa kau tengah mengandung anaknya?"Suara Ayodya pelan namun sarat akan keseriusan. Ayodya telah mengetaui kisah Ama dari Haidar semalam. Sebelum Haidar menjemput Ama dari rumah kostnya, ia terlebih dahulu meminta izin sang pemilik rumah makan. Ia tak ingin terjadi masalah yang akan semakin memperumit masalah yang telah pelik.

Ama hanya dapat menggeleng pelan dengan air mata mengalir deras yang tak mampu lagi ia tahan. Setiap kenangan Ray terlintas dibenaknya, hatinya seolah teriris sembilu, perih.

Kesakitannya selama menjalani rumah tangga selama dua tahun lebih tak semudah itu hilang dari hatinya. Ditambah janin yang telah berumur lima bulan yang tumbuh sehat dirahimnya semakin membuatnya sulit mengenyahkan bayangan Ray.

"Pekerjaan yang kaulakukan berat nak, tak baik untuk kandunganmu"

Ama menggeleng dengan cepat dengan deraian air mata yang semakin deras "Tolong jangan pecat saya. Saya baik-baik saja. Saya akan lebih rajin lagi dan tak akan mengeluh. Kalau saya tidak bekerja, bagaimana nasib kami kedepan"

Ayodya menghela nafas panjang. Ia berfikir keras bagaimana menyelesaikan masalah karyawan barunya yang tengah hamil ini.

Ahirnya Ayodya pun menyetujui tetap mempekerjakan Ama dengan syarat memberinya libur sehari setiap ahir pekan, dan hanya bekerja hingga pukul lima. Namun Ama menolak keras syarat yang kedua, ia beralasan bahwa ia senang bekerja sebagai buruh cuci dan ia merasa badannya kuat dan tak lelah, selain itu ia merasakan kesepian sendiri dikamar kostnya. Ia bahagia berada didapur rumah makan bersama teman kerja yang baik dan ramah.

Dan disinilah Ama pagi ini. Duduk dengan segelas susu khusus ibu hamil dengan rasa stawberi pemberian sang bos yang baik hati. Ditambah Haidar sang koki yang entah karena iba atau kasihan, menjadi sangat perhatian terhadapnya.

it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang