Suara tangis bayi diiringi suara gaduh warga rumah yang mulai panik menghiasi pendengaran Ray dan seorang anak yang mulai beranjak dewasa disampingnya.
"Yah, baby Al nangis." Seru Alvaro bergegas melangkah ke sumber suara.
Dia berlari dengan senyuman secerah mentari, seperti cerahnya mentari pagi ini.Sesampai di teras belakang, Ray meletakkan plastik hitam berisikan nasi kuning yang menjadi menu sarapan mereka pagi ini.
Ya. Pagi ini Ray sengaja keluar rumah pagi-pagi sekali untuk membeli sarapan agar Amanda tak kepikiran untuk masuk dapur dan memasak. Sebab Bu Sri izin pulang kemarin sore untuk menghadiri acara di rumah saudaranya yang digelar sore ini.
Meski Amanda meminta Ray untuk membiarkannya memasak makanan simpel untuk sarapan, namun Ray tegas menolaknya. Pasalnya Ray sudah membuat ultimatum bahwa haram hukumnya Amanda mengerjakan pekerjaan rumah berupa apapun hingga dua bulan lamanya. Dan Ray akan menambah satu asisten rumah tangga lagi untuk membantu Bu Sri mengerjakan tugasnya. Sehingga bu Sri akan khusus melayani kebutuhan pribadi Amanda. Dan asisten rumah tangga baru itu akan dibawa Bu Sri setelah acara keluarganya selesai. Ya, sebab asisten baru itu masih kerabat dekat Bu Sri di kampungnya.
"Ini yang karetnya dobel punya Varo." Jelas anak berambut ikal berhidung mancung itu. "Punya Varo spesial pakai oreg tempe dobel. Varo nggak suka sambel tomatnya." Imbuhnya.
"Bian mau pakai sambel. Varo mah Cemen, nggak doyan pedas." Bian mencibir Varo dengan mimik wajah yang dibuat jelek. Dan hal itu hanya mendapat gelengan dari Aditya yang sibuk mengelus-elus pipi baby Al sambil menghirup aroma khas bayi yang bersumber dari tubuh bayi belum genap sebulan itu.
"Udah cium-ciumnya, dit. Nggak akan kamu jadi wangi bayi kayak baby Al. Ntar yang ada malah baby Al ikutan bau jigong kayak kamu." Nana menjitak kepala Aditya pelan dengan bibir dimiringkan tanda mengejek.
"Yeyy... Sirik aja." Adit tak terima. Tetapi tangannya terulur menerima bungkusan nasi kuning dari Nana. "Jangan lupa kerupuk ku. Jangan dikorupsi!" Adit menengadahkan tangannya meminta hak kerupuknya dari Nana.
"Kirain lupa. Gagal deh aku dobel kerupuk." Dan tawapun terdengar ramai di teras belakang rumah yang luas itu.
"Sudah-sudah. Riri, ambil kerupuk di toples hijau. Kemarin sebelum berangkat Bu Sri sudah goreng kerupuk udang banyak. Tau kalau anak-anak pada nggak makan tanpa kerupuk."
"Siap bunda" Setelah hormat ala upacara, gadis berambut panjang itu mengambil makanan pendamping nasi kesukaan mereka.
"Alhamdulillah. Biar Riri dan Nana yang beresin. Ayah bunda berjemur aja sama baby Al." Gadis dengan nama lengkap Riana Ayu itu berinisiatif membagi tugas beberes rumah pagi ini.
"Kalian tidak ingin berenang?" Ray membersihkan kacamatanya menggunakan ujung jilbab kaos yang digunakan Amanda. "Iya, mumpung masih pagi ini." Amanda menimpali, tanpa merasa terganggu dengan kegiatan Ray pada jilbabnya. Hal itu sudah biasa baginya.
Tawaran yang menggiurkan. Bian dan Varo sudah menerbitkan senyumnya dengan alis mata yang dimainkan tanda tertarik dengan tawaran menarik itu. Hampir saja mereka mengangguk hingga...
"Nanti aja. Nunggu si kembar, Abrisam dan Labeeba." Riri menarik tangan Bian. Dan Varo spontan memajukan bibirnya. Gagal main air pagi-pagi, begitu fikirnya.
Tak sepenuhnya benar apa yang difikirkan Varo. Nyatanya kini ia sedang tertawa lepas dengan tubuh basah dan spons penuh dengan busa ditangannya. Sudah bisa dipastikan bahwasanya tugas anak laki-laki kini adalah mencuci berbagai alat transportasi yang berada di rumah itu. Mulai dari mobil, motor, bahkan enam sepeda yang telah menjadi milik masing-masing anak. Jangan lupakan kereta baby Al pun tak luput dari pembersihan pagi ini. Hanya saja, khusus kereta baby Al hanya dibersihkan saja menggunakan mesin blower. Tidak dicuci.
KAMU SEDANG MEMBACA
it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)
RomanceProlog Amanda Wibisono (Ama), seorang anak yatim piatu yang dijodohkan ibu angkatnya Ratih dengan putra bungsunya Rayhan Fadaq (Ray) yang tak mencintainya, bahkan Rai berikrar tak akan pernah mencintainya, ahirnya harus menerima kenyataan pahit dice...