17}Keras Kepala

24.3K 1.9K 19
                                    

Assalamu'alaikum...

Akhirnya aku up lagi..

Maafkan ketidak konsistenanku untuk up 2 hari sekali 🙏

Akan ada pemeriksaan pimpinan di tempat kerja. Jadi ikut rempooooonggg 🤯

Ramaikan vote dan komen yes.. 😉

Aku janji pasti kuusahakan cepat up..

Kan aku padamu 😘

Pokoknya senggol bintang nya ⭐

loveu ❤️
Im

............................

*Amanda*

Aku dan kak Rania mempercepat langkah menuju ruang rawat milik Ray yang sudah dipesan sebelumnya. Tampaknya perusahaan tempat Ray bekerja telah mengurus semua administrasi Ray selama di rumah sakit.

Hal itu sangat wajar. Ray kecelakaan kerja. Meskipun aku belum tau persis bagaimana kronologinya Ray mendapatkan luka parah hingga diamputasi. Bagaimanapun itu kronologinya, yang terpenting sekarang Ray telah sadar, dan tugasku sebagai pendampingnya adalah menemaninya hingga ia pulih seperti sedia kala.

Aku bergegas membuka pintu bercat abu-abu dengan kaca persegi panjang di bagian atas yang bertuliskan 'Lotus A2' dengan degup jantung kencang dan rasa tak sabar.

Aku melebarkan senyumku menyambut ayah anak-anak siuman setelah tidur panjangnya akibat anestesi saat operasi dan.... amputasi. Aku menghela nafas panjang dan berat. Aku. Harus. Kuat.

Tampak Ray tengah duduk diatas brankar pasien dengan kedua tangan menangkap menutupi wajahnya. Terdengar isak pilu. Hatiku serasa tersayat sembilu. Apakah ia telah mengetahui perihal kakinya?

Kulangkahkan kakiku pelan untuk mendekat padanya. Kuulurkan tanganku, aku ingin menggenggam tangannya dan memeluknya seraya berkata 'Tak apa, ada aku, kita hadapi ini bersama'

"KELUAR! PERGI!"

Kakiku membeku, tak mampu ku gerakan. Tatapan Ray tajam menghunus sanubariku. Menggetarkan dadaku. Tangannya menunjuk ke arah pintu. Aku tau, dia mengusirku. Matanya merah, rambutnya berantakan, aura wajahnya sarat akan keputusan asaan.

Selangkah, aku mendekat kepadanya.

"SAYA  BILANG PERGI!"

Selangkah, aku semakin MENDEKAT kepadanya.

"APA KAMU TULI? PERGI!"

Aku melihat butiran air mata yang jatuh dari pelupuk Matanya. Sebegitu hancur dan rapuh kah ia kini? Allah.. Kuatkan Ray-ku. Sungguh, akupun hancur melihatnya begini.

"Alhamdulillah, abang sudah sadar. Abang mau minum? Ama ambilkan ya."

Aku coba abai dengan penolakannya. Ray sedang tak baik-baik saja. Aku maklum sikapnya.

Aku  bergegas mendekat dan mencoba meraih gelas yang berisi air putih diatas nakas. Aku tersentak kala tangan Ray menampik gelas yang ku pegang hingga bunyi pecahan gelas kaca itu memenuhi ruangan.

"SAYA TIDAK BUTUH KAMU. PERGIII!"

"RAY" Kak Rania dan bang Reza menegur Ray. Tampaknya mereka tak bisa lagi bersabar melihat kasarnya penolakan Ray terhadapku.

Melihat Ray saat ini, aku seperti kembali ke masa dua tahun lalu. Saat itu, aku membuat sup dengan campuran ayam dan jamur kuping hitam. Ray yang mungkin tak pernah mengkonsumsi jamur jenis itu merasa aneh bahkan jijik melihat sup ayam yang biasanya bercampur kol, wortel, kentang, daun bawang dan seledri, menjadi bercampur jamur berwarna hitam yang mungkin tampak aneh dimatanya. Alhasil, semangkuk sup hangat itu harus berantakan dilantai dengan kondisi mangkuk yang sudah pasti Pecah, seperti hatiku saat itu.

it's okey, Allah Maha Baik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang