"Abang tahu nggak sih kalo Bang Aldo di Bandung?"
Jeff hampir tersedak kopi panasnya. Saka yang tepat berada di sebelah langsung mengangsurkan air mineral dengan wajah bingung sekaligus panik. Bahkan ia langsung mematikan game di tablet pintarnya.
"H-hah? Gimana? Maaf tadi lagi ambil dasi jadi nggak konsen."
"Ituuuu aku lihat Instagram nya Bang Aldo, dia kayanya lagi di Bandung juga deh. Abang tahu nggak?"
"O-oh Aldo di Bandung?"
Jeffrian melirik Saka yang kini menyilangkan kedua lengan seperti huruf X di depan dada, pertanda ia sama sekali tidak tahu-menahu perkara Aldo dan kegiatannya sampai Dinda bisa tahu laki-laki itu ada di kota yang sama.
"Nggak tahu sih. Abang seharian di kantor nggak sempet buka sosmed. Cuma balesin chat kamu doang, sama chat penting. Emang dia update apa?"
"Cuma post kopi, tapi aku tahu tempatnya itu di Bandung. Dindingnya tuh kaya apa ya, ciri khas tempatnya banget gitu."
"Ooooh, post lama kali ya? Atau dia lagi di Bandung tapi lagi dinas... Nanti deh abang tanyain. Kamu lagi apa, Nda?"
Jeff dan Saka melirik ke Aldo yang baru keluar dari kamar mandi. Baru menyelesaikan ritual pagi alias abis buang hajat sekalian mandi.
Aldo langsung membeliak saat Jeff mengisyaratkan dirinya sedang dalam masalah besar setelah mengarahkan death glare terang-terangan ke lelaki berwajah mirip kelinci itu.
Laki-laki dengan surai hitam pendek itu bergegas membereskan diri sembari mencuri lirik ke Jeff yang masih sibuk menelepon Dinda di seberang sana. Menerka-nerka kesalahan apa yang ia buat kali ini sampai si lesung pipi seolah siap memakannya hidup-hidup.
"Aldo bangsaaaattttt!!!!"
Jeff melempar satu bantal dan mengenai wajah Aldo telak. Saka berpindah ke sofa di ujung kamar. Bertindak sebagai pihak netral dan penengah kalau-kalau pertengkaran anak TK ini berganti ke pertengkaran laki-laki tua nggak inget usia.
"APAAAANNNN???"
"LO BISA NGGAK JANGAN UPDATE INSTAGRAM DULU????"
"EMANG SALAH APA INSTAGRAM GUE????"
"DINDA TAHU LO DI BANDUNG GEGARA POSTINGAN LO SAT!"
Aldo mengerjapkan matanya cepat, mencoba mengingat-ingat apa yang ia unggah ke laman media sosial itu sebelum akhirnya terduduk pasrah.
"Yah..... Maaf nih Jeff.... Keperluan endorse... Sekalian ngasih kabar ke Sese juga..."
Ia memang menaruh unggahan di Instagram tapi dalam mode close friend. Masalahnya, Aldo lupa mengeluarkan Dinda dari lingkaran close friend nya. Jadi patutlah si bungsu itu tahu dan Jeffrian mendadak murka.
Aldo sedang 'naik-naiknya' jadi salah satu jajaran 'boyfriend material goals'. Sosoknya yang masih muda tapi punya karir moncer sebagai pegawai negeri sipil membawanya pada satu laman autobase yang membuat akunnya kini ramai dengan dedek-dedek hingga ibu-ibu pemburu menantu idaman.
Menghargai Sese selaku calon pendamping, Aldo kerap membagikan foto sang pacar yang ia ambil diam-diam atau saat Sese mendapat achievement dari kantor yang membuat keduanya disebut relationship golas oleh netizen.
"Terus... Gimana?"
"Gue bilang itu postingan lama, kalo nggak lo lagi perjalanan dinas ke Bandung. Pokoknya kalo Dinda tanya-tanya ke lo, bilang aja lo udah otw balik ke Surabaya"
Aldo hanya mengangguk pasrah. Menurut saja apa suruhan Jeff karena ia baru saja membahayakan misi gerilya ini.
"Ya udah, kalo udah clear begini mending kita sarapan dulu deh. Lu pada laper makanya tensi tinggi, senggol bacok." saran Saka yang diiyakan kedua kawannya.
Jeffrian sibuk memantau email dari tablet pintar saat Saka mendadak menariknya menjauh dari lift dengan cepat, menyisakan Aldo yang terpaku beberapa detik sebelum menyapa perempuan di dalam sana.
"Anjir ini gimana jadi ketemu bini lu disini???" bisik Saka cemas. Sedang Jeffrian dua kali lebih cemas takut ketahuan tapi lima kali lebih deg-degan karena sudah rindu berat. Tapi misi harus tetap dijalankan hingga akhir.
"Kata Aldo kita nyusul agak ntar deh mereka lagi mau sarapan bareng ama Biru." tambah Saka setelah mendapat pesan singkat dari kawannya.
"Gue juga mau sarapan bareng Dinda..."
Saka melihat Jeff dengan tatapan penuh iba, tapi lebih banyak menyesal juga menuruti Jeffrian jadi mata-mata si bungsu. Kadang ia heran juga apa Dinda pakai pelet sampai membuat laki-laki macam Jeff ini jadi super bucin.
"Makan dulu yuk, lu kalo laper suka bikin prihatin" Saka menepuk Jeff pelan, membimbing si lesung pipi yang kini memanyunkan bibir seperti anak kecil.
***
"Mereka nggak ngapa-ngapain dan nggak ada apa-apa juga, Jeff."
Aldo melempar pandang ke Jeffrian yang memunggunginya, lebih memilih menghadap jendela dengan tablet pintar di tangan. Saka sendiri memilih tidur lagi karena ia termasuk kaum yang susah tidur kalau bukan di kamar sendiri.
"Tapi nggak bohong sih, Biru somehow a little bit suspicious."
Jeff menolehkan kepala sedikit, "Gue bilang juga apa! Biru tuh naksir bini gue!"
"Yaaaa bisa jadi sih ya... Atau mungkin perasaan lain kaya rasa suka kakak ke adek... Sebatas itu"
"Beda, Do. Lo, Saka, Adnan, Ten, gue bisa bedain kalian perhatian dan sayang ke Dinda sama perhatiannya Biru ke Dinda itu beda. Makanya gue nggak tenang banget biarin mereka dinas berdua doang."
"Ck, nggak literally berdua kali! Orang beda kamar sama ditemenin karyawan lain!"
Jeffrian tidak lagi menjawab, membuat Aldo kembali melirik temannya yang sudah meringkuk ganjil. Dengan cepat ia menarik pundak di sampingnya itu dan menyadari Jeff sudah tidak sadarkan diri. Ada peluh memenuhi dahi, suhu badannya kelewat panas dari batas normal dan wajahnya sudah pucat pasi.
"Pak, tolong ke UGD ya!"
Seruan Aldo membuat Saka terbangun. Meski setengah linglung, begitu mendapati Jeff yang sudah lemas di tempat membuatnya sigap menghubungi Dinda. Mau tidak mau, Dinda harus tahu kalau Jeff sedang nggak baik-baik saja.