"Dindaaa..."
"Hmmm..."
" Sayaaang"
"Hmmmmm apaaaa?"
"Cintakuuuuu"
"Kenapa sih, abaaang???"
"Kamu jauh banget di closet..."
"Apa sih jarak berapa jengkal doang!"
"Mager. Jauh. Hehe."
Dinda memutar matanya malas dan kembali menaruh ponsel di atas display jam tangan milik Jeffrian.
Sedikit unfaedah telepon dengan jarak beberapa jengkal begini. Akal-akalan Jeff buat gangguin yang lagi packing.
Setengah koper sudah terisi dengan toiletries beserta beberapa baju ganti selama di tempat dinasnya nanti.
Sebenarnya Jeff melarang Dinda membawa baju terlampau banyak, karena toh, hanya Surabaya - Jakarta ini.
"Beli aja disana. Jangan kaya orang susah!"
Begitu celetukan kepala keluarga Mandira itu, yang jelas mendapat sentilan di dahi dari ibu negara.
Ngapain harus buang-buang uang buat beli baju kalau di walk in closet mereka ada 4 lemari besar yang khusus diisi pakaian milik Dinda.
"Jahat banget ini suaminya di-grape in di kamar!"
Jeffrian melingkarkan lengannya di pinggang Dinda, mencium leher istrinya posesif sebelum wanita berpiyama hitam itu mendorong mundur suaminya.
"Apa lagi di-grape in? Abang belajar bahasa alien dari mana sih?"
"Dianggurin, Adinda. Grape kan anggur, masa nggak tahu?"
"Astaga.... Abang udah otw jadi bapak-bapak humor whatsapp kaya Ayah...." ujar Dinda dengan wajah prihatin.
"Ck! Nggak lah! Masih muda ya aku! Ini tuh ajaran Adnan suka becanda gitu di kantor. Jadi kebawa deh aku..."
"Oh, pantes dari Abang Adnan. Ckck."
Kembali Dinda memasang wajah prihatin sebelum kembali melanjutkan mengisi koper nya.
Jeff mengambil duduk di salah satu sofa yang kosong sembari menatap lekat-lekat Dinda.
Istrinya pergi ke kiri, mata Jeff ikut ke kiri. Istrinya ke kanan, mata Jeff juga ikut ke kanan. Sampai Dinda gerah sendiri jadinya.
"Abang daripada nggak ada kerjaan, mending bawa baju kotor yang ada di belakang pintu ke tempat cucian deh. Biar besok Bi Mun bisa langsung nyuci, nggak usah pake nyari dulu!"
Jeffrian menggeleng pelan, "Nggak mau. Disini aja pokoknya."
Dinda hanya menggumam sebagai persetujuan dan kembali repot memeriksa isi kopernya.
Di sisi lain, Jeff sudah mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mulai mengambil potret pemandangan di depannya.
"Abang tau nggak sih kalo kamera hp nya abang selalu bunyi tiap ambil foto?" tanya Dinda.
"Hmm. Tau kok. Sengaja emang."
Wanita berkacamata itu membalikkan badan sembari berkacak pinggang.
"Faedahnya apa nih ngefotoin istrinya pas lagi jelek gembel begini, Bapak Jeffrian Ashari Mandira?"
"Istri aku cantik kok! Mau pake piyama kegedean, rambut awut-awutan sama kacamata miring sebelah jug tetep cantik."