Seorang wanita berlari melewati trotoar dengan tergesa-gesa. Ia selalu melirik jam mungil berwarna biru donker yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Sesekali ia mengusap peluh yang membasahi dahinya. Tujuannya hanya satu, sebuah butik yang saat ini sedang ramai digandrungi para remaja putri. Butik yang tengah naik daun saat ini. Dengan populeritasnya membuat siempunya menyarankan seluruh pegawainya bisa bekerja sama untuk memuaskan pelanggan. Butik yang terdiri dari tiga lantai dengan setiap lantai berisi ratusan macam model dan bentuk yang selalu membuat seseorang kagum.
Maha karya seorang Simon Aryatama lah yang mampu membuat trobosan terbaru dalam bentuk desainnya. Dengan memadukan beberapa mutiara dengan sehelai kain dan terciptalah sebuah karya yang memiliki nilai jual tinggi. Tidak hanya para remaja saja yang mulai menggandrungi karyanya tetapi sebagian para wanita karir bahkan artis pun turut memakai karyanya. Butik yang terlihat megah didalam maupun diluar membuat para pelanggan menginjakkan kaki mereka disana.
Wanita itu kembali berlari dan menaiki sebuah jembatan penyebrangan yang ada didekat trotoar tersebut. Dengan kakinya yang jenjang ia mulai menaiki anak demi anak tangga. Begitu sampai disebrang ia kembali melangkahkan kakinya dengan sedikit berlari. Sebuah bangunan yang terlihat begitu elegan pun sudah tampak didepan mata. Ia mencoba menormalkan deru nafasnya yang masih memburu. Sebuah pintu kaca yang menampilkan kemegahan didalam ruangan pun menyambut mereka yang hanya sekedar melewatinya.
"Istirahat dulu Eve. Kamu pasti lelah kan" ucap salah seorang yang menyadari kedatangan Evelyn
Seorang lelaki dengan busana yang super nyentrik setiap ia berada dibutik tersebut. Dia adalah Simon Aryatama sang pemilik butik yang sedang naik daun tersebut. Ia memang menspesialkan Evelyn yang bekerja sebagai pegawainya dibutik. Karena Simon tahu siapa Evelyn dan keluarganya.
"Iya kak. Tapi Eve langsung kerja saja sepertinya lagi banyak pengunjung" tolak Evelyn dengan halus
Evelyn sudah menganggap Simon seperti kakaknya sendiri. Kakak yang selalu mendukungnya dan orang yang memberikannya nasehat yang berguna baginya. Evelyn merasa tidak enak hati dengan pegawai lainnya yang selalu mengatakan jika Simon memperlakukan Evelyn layaknya anak emasnya. Evelyn tidak pernah dimarahi walaupun sering telat, bahkan Evelyn sering diberinya waktu istirahat yang lebih.
Evelyn melanjutkan langkahnya menuju keruang ganti. Ia mengganti pakaiannya dengan seragam yang sudah ditentukan dibutik tersebut. Seseorang masuk kedalam ruangan itu dan membuat Evelyn sedikit terkejut.
"Baru datang Eve??"tanyanya dan membuka salah satu loker dihadapannya
"Iya. Tadi ada jam tambahan jadi telat sedikit. Aku duluan ya.."
Evelyn keluar dari ruang ganti dan mulai menyapa para pelanggan yang baru saja datang. Dengan senyum yang lebar dan keramahan yang selalu Evelyn berikan membuat sebagian pelanggan sedikit tersanjung. Dan tak sedikit dari mereka yang membeli pakaian yang ditawarkan oleh Evelyn. Simon selalu mengawasi semua kinerja pegawainya dan ia bangga karena Evelyn bisa dengan mudah menarik perhatian pelanggan dan pasti pelanggan pun membeli pakaian yang sedang didemontrasikan oleh Evelyn.
Pukul sudah menunjukkan waktu makan malam. Evelyn yang telah berganti pakaian kuliahannya pun melangkahkan kaki keluar dari butik. Dan dijam seginilah Evelyn selalu keluar dari butik dan itu adalah peraturan yang dibuat oleh Simon khusus dirinya saja. Dengan berjalan kaki Evelyn menikmati perjalanan pulangnya. Biasanya ia akan sampai dirumah saat jam makan malam dan ia akan makan malam bersama keluarganya. Namun untuk malam ini akan berbeda karena Evelyn sangat telat sampai rumah. Untung saja ia mengirimkan pesan kepada mamanya.
Seluruh keluarganya tidak ada yang tahu jika Evelyn tengah bekerja paruh waktu sepulang kuliah. Kedua orang tuanya hanya tahu jika dirinya pulang sore dari kampus. Evelyn hanya ingin menabungkan uang gajinya untuk membeli sesuatu yang akan berguna untuk masa depannya. Bukan berarti kedua orang tuanya tidak pernah memberikan apa yang ia perlukan. Bahkan orang tuanya sudah menyiapkannya sebuah mobil keluaran terbaru namun Evelyn menolaknya. Ia lebih senang berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum. Kedua orang tua Evelyn pun tidak memaksa Evelyn untuk menerima semua pemberian mereka. Bahkan mereka berdua sangat percaya dengan Evelyn yang tidak pernah bertingkah.
Evelyn membuka pintu rumahnya dengan perlahan. Saat ia masuk kedalam ruang tengah ia berpapasan dengan seseorang yang hampir tujuh belas tahun menjadi kakaknya ini. Wajahnya sejak enam tahun belakangan ini berubah menjadi datar dan dingin. Bahkan Evelyn tak pernah lagi mengenali kakaknya yang dulu sangat dekat dengannya. Dan entah karena apa Randi menjauhi Evelyn dan bersikap dingin kepadanya. Dan enam tahun belakangan ini Randi selalu datar tak pernah menampakkan ekspresi selain itu dan membuat Evelyn semakin sedih karena merasa kehilangan sosok seorang kakak yang dulu selalu menjaganya.
"Malam kak. Kakak mau pergi??"tanyanya yang membuat langkah Randi berhenti
Randi menatap Evelyn dengan tajam ia tidak berminat membalas pertanyaan Evelyn. Ia kemudian melanjutkan kembali langkahnya dan Evelyn terlonjak kaget saat mendengar pintu ruang tamu yang terbanting cukup keras.
Evelyn hanya mengusap dadanya dan melafaskan satu kata yang selalu ia ucapkan. Sabar.
Yee... Akhirnya ada cerita yang baru lagi nih🤭🤭
Gimana nih, prolognya??
Baru pertama udah kena semburan es babang Randi ya...hihihihiiii😁
Yuks..kita semangatin Eve biar tahan sama sikap dingin kakaknya. Kira-kira kenapa ya sama sikapnya Randi🙄🙄
Ya udah jangan menerka-nerka, kalian langsung lanjut ke part selanjutnya ya👍👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Evelyn Abriana (ketika cinta harus saling menyakiti) On Going
RomanceEvelyn, tidak pernah menyangka jika kehidupannya akan berubah menjadi penuh tangis dan derita. Masa kecil sampai ia beranjak dewasa membuatnya lupa apa itu kesedihan, karena rasa sayang yang diberikan oleh orang tuanya begitu melimpah. Meskipun ia h...