02

2.7K 289 30
                                    

"Jeno Hyung! Awas nanti jatoh!!" protes Jisung dari belakang Jeno, yang mengemudikan sepedanya dengan cepat melawan angin.

Setelah sampai di kompleks apartment, Jisung buru-buru melompat turun dari sepeda Jeno dan berjalan menuju lobby apartment.

"Halah gini aja takut, Ji" ucap Jeno sambil menertawakan Jisung, ia berjalan mengikuti Jisung dari belakang.


"Kalo aku sampe takut, berarti hyung ga becus nyetir sepedanya!" Balas Jisung ketus.

"Ga bilang thank you nih udah dianterin?" Goda Jeno yang tersenyum iseng, kedua matanya membentuk bulan sabit.

"...thanks" ucap Jisung dengan suara kecil, tanpa berbalik untuk menghadap Jeno. Meski ia sebal dengan Jeno, Jisung bukanlah pemuda yang tidak tahu rasa terima kasih.



"Apa? Ga kedengeran" Jeno berbohong untuk menggoda Jisung, padahal ia mendengar ucapan terima kasih Jisung dengan sangat jelas.

"THANK Y—!" Jisung membalikkan badannya tiba-tiba, membuat kedua kakinya kehilangan keseimbangan.

"Eits" Jeno menangkap tubuh Jisung tepat waktu, sebelum yang lebih muda terjatuh. Tangan kekar Jeno memeluk tubuh ramping Jisung.



Mata Jisung terbelalak, wajahnya kini berada sangat dekat dengan wajah Jeno. Dari dekat, ia bisa melihat betapa panjang dan lentiknya bulu mata Jeno.

Sebenarnya Jeno juga merupakan pemuda yang tampan, tidak kalah tampan jika dibandingkan dengan Jaemin. Kalau saja Jeno tidak terlalu sering mengisengi Jisung—

"Ehm..permisi" Jaemin melonggokkan kepalanya dari belakang badan Jeno.



Jisung buru-buru berdiri dan mendorong Jeno menjauh. "So-sore Jaemin hyung!"

"Oh, Jisungie rupanya. Sore juga" Jaemin membalas sapaan Jisung dengan senyumnya. Ia lalu mengamati sosok keduanya—Jisung yang tersipu malu, dan Jeno yang berdiri di sampingnya dalam diam.

"...aku naik duluan ya" Ada sedikit jeda aneh sebelum Jaemin berpamitan kepada Jisung. Sorot mata Jaemin terus tertuju pada sosok Jeno, mengamatinya dengan pandangan yang misterius.



"Heheh, iya hyung" balas Jisung dengan polos.

Ia hanya menatap sosok Jaemin yang menghilang di balik pintu elevator, mengagumi sosok Jaemin yang indah seperti karya seni.

Memang wajah Jaeminnie hyung adalah yang terbaik!  Batin Jisung.



"Heh, bengong saja. Ngelamunin siapa kamu, Ji?" Suara Jeno memecah fantasi Jisung, dan yang lebih muda mendecak sebal.

"Hus, hus sana! Ngapain Jeno hyung ikut-ikutan kemari sih? Katanya mau ke GS" usir Jisung, berusaha mengalihkan topik pembicaraan.

"Yee gitu aja ngambek. Ooh, kamu ngelamunin pemuda yang barusan lewat ya Ji?" Goda Jeno.



"Iya, aku suka sama dia, weeek" Jisung menjulurkan lidahnya kepada Jeno, lalu berlari memasuki elevator.

Meninggalkan Jeno sendirian, yang terus mengamati sosok Jisung dengan tatapan sendu. Senyumnya luntur, digantikan ekspresi wajah yang sedih.

Sejak kapan hubungan keduanya dipenuhi dengan pertengkaran seperti sekarang ini? Padahal kalau Jeno ingat-ingat, sedari kecil Jisung selalu mengagumi dirinya.



Jisung kecil bahkan selalu membuntuti Jeno ke manapun ia pergi—macam anak ayam yang selalu mengikuti induknya.

Jeno menghela nafasnya sebelum mengenakan kembali helm sepedanya. Ia tidak mampir ke GS, dan segera mengemudikan sepedanya kembali ke rumahnya.

Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang