17

1.3K 181 14
                                    

"Ji, sini piringnya—refill dagingnya sini!" Ucap Lucas yang sedang sibuk-sibuknya membakar daging sapi dengan saus barbeque andalannya.

Jisung memberikan piringnya sembari tersenyum dan berterima kasih, lalu kembali ke tempat duduknya dengan piring yang dipenuhi daging.

Dengan lahap, Jisung memasukkan wrap daging yang ia buat ke dalam mulutnya.


Ia pun bersenandung ceria seraya mengacungkan jempolnya—memuji betapa lezatnya daging yang dimasak oleh Lucas.

Lucas dan Winwin tertawa melihat pipi gembul Jisung yang penuh dengan makanan, membuatnya terlihat menggemaskan seperti seekor hamster.

Doyoung menepuk pundak anaknya karena merasa tidak sopan, sedangkan Jaehyun mencubit pipi Jisung yang menggemaskan—untung anak sendiri jadi bebas nyubitnya.


Sedangkan kedua kakak beradik, Jeno dan Chenle duduk dalam diam—sore itu keduanya tidak terlalu banyak berbicara maupun tertawa.

Hanya sesekali dan seperlunya saja. Aneh, tapi Jisung tidak terlalu ingin mempertanyakannya—terutama pada yang lebih tua, Jeno.

Setelah selesai makan, para orangtua berkumpul dan minum wine di bawah cahaya purnama. Sedangkan Jeno, Chenle dan Jisung sedang makan semangka di pelataran rumah.



"...congrats Ji. Aku sudah dengar dari mama Doy" Chenle menjadi yang pertama kali buka suara memberi selamat atas kabar jadian dari sang sahabat—ralat, crushnya.

"Langgeng terus ya" Chenle memaksakan senyumnya, namun Jisung terlalu tidak peka untuk menyadari ada yang aneh dari suara Chenle yang terdengar sedikit lesu.

"Makasih, Chenle" Jisung malah mengucapkan terima kasih dengan senyum yang sangat lebar. Nyesek.



"A—aku masuk dulu ya mau ambil minum. Kamu mau cola?" Tawar Chenle, yang dibalas dengan gelengan pelan oleh Jisung.

Setelah Chenle pergi, barulah Jisung tersadar bahwa yang tersisa di pelataran rumah kini hanyalah dirinya dengan Jeno. Seketika atmosfir terasa lebih berat dari sebelumnya.

"—Ji, apa kamu bahagia?" Tanya Jeno tiba-tiba. Jisung tertegun, terdiam dibuatnya. Semangka yang sedari tadi ia gigiti kini tergeletak pasrah di telapak tangannya dengan canggung.



"I-iyalah! Jaeminnie hyung sangat baik kepadaku—selalu memikirkanku, dan ga pernah usil kaya Jeno hyung!" Dalam paniknya, Jisung melontarkan apapun yang ada di ujung lidahnya.

Jeno menoleh, dan Jisung kembali memakan semangkanya—tidak bisa bertatapan mata dengan yang lebih tua.

"Sorry ya kalau selama ini aku terkesan selalu jahilin kamu" tutur Jeno, akhirnya sedikit lebih dewasa ya, sudah mau jujur minta maaf atas kejahilannya.

"Anyway, congrats, Jisung-ah. Langgeng terus"

Jisung pikir ia akan gembira saat mendengar banyak orang mengucapkan selamat atas hubungannya dengan Jaemin.

Namun ternyata kenyataannya tidak selalu begitu. Saat Jeno menyelamatinya, hatinya terasa seperti ditekan. Ia tidak ingin mengakuinya, namun dada Jisung terasa sesak saat mendengarnya.

"...Thanks" Jisung memaksakan senyumnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, dan keluarga Jaedo beserta anaknya, Jisung berpamitan kepada sang pemilik rumah.

Setelah mengantar mereka keluar rumah, Jeno memasuki kamar yang ia bagi dengan sang adik dan mendapati Chenle sedang meringkuk di pojokan kamar.

Selimut berwarna coklat gelap tebal menggulung dirinya, sehingga dari belakang Chenle terlihat menggemaskan seperti seekor beruang madu.


Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang