07

1.8K 223 10
                                    

Chenle bangkit berdiri menghampiri Jeno yang sedang membersihkan mulutnya di sink dapur.

Lalu ia menepuk-nepuk punggung Jeno dalam upaya membantu sang kakak mengeluarkan cairan yang sempat salah jalur itu.

"Hyung, gapapa?" Tanya Chenle yang iba melihat kondisi menyedihkan sang kakak; kaus putihnya kini bernoda kecoklatan karena cola yang ia semburkan tadi.

"—gapapa, uhuk!!" Jeno berusaha menjawab Chenle, namun masih tertahan karena batuk-batuk.



Jisung berdiri dalam diam, dan menarik lengan baju Jeno—berharap Jeno mau menatapnya. Namun Jeno yang masih teringat kejadian semalam, tidak bisa bertatapan mata dengan Jisung.

Sehingga Jisung pun menghela nafas panjang, dan berjalan menuju kamarnya. Tidak berapa lama kemudian ia kembali dengan sebuah kaos hitam di tangannya.

"...Jeno hyung mandi gih nanti lengket-lengket duduk di sofa lagi. Siniin kaosnya, biar Ji yang cuci." Ucap Jisung. Mencuci, dengan mesin cuci tentunya. Jisung lagi, mana bisa dia nyuci baju pake tangan?



"Emangnya kamu bisa menggunakan mesin cuci, Ji?" Tanya Chenle, ia tahu banget kalau Jisung itu ga electronic friendly—ga ramah sama barang-barang elektronik alias gaptek. Mengetik saja menggunakan sebelas jari—haha!

"Kan ada kamu, le" Jisung tersenyum usil kepada sang sahabat, tentu tanpa ada maksud lebih dibalik senyumannya.

Chenle hanya bisa pasrah saat melihat senyuman manis Jisung yang diberikan kepadanya.

Sedangkan Jeno, masih terdiam dan mengalihkan pandangannya. Lalu ia mengambil kaos dari tangan Jisung dan bergegas masuk ke kamar mandi.



Satu kata; aneh. Ya, ada yang aneh dengan sikap Jeno hari itu. Bukan hanya Jisung, bahkan Chenle yang terkenal cuek saja bisa merasakan kejanggalan itu.

"Dia kenapa sih?" Jisung bertanya penasaran kepada sang adik, Chenle yang mengangkat bahunya sebagai gestur tidak tahu menahu.

"Jeno hyung memang aneh kok... Tapi kemarin malam lebih aneh lagi sih" jawab Chenle sembari menyentuh dagunya, sedang mengingat-ingat keadaan Jeno semalam.



"Eng? Aneh gimana?" Tanya Jisung yg excited seperti ibu-ibu pkk yang lagi ngumpul buat ngegosipin anak tetangga yang pulang tengah malam.

"Menurutku ya, Jeno hyung itu punya pacar rahasia lho" Chenle berbisik dengan sok misterius, seakan lagi nyeritain rahasia negara.

"Oya? Oya?! Kamu tau dari mana??"



"Semalem itu, Jeno pulang sambil mukanya merah, Ji! Pas aku tanya, dianya gelagapan!!" Ucap Chenle sambil tertawa terbahak-bahak.

"Bentar deh, gimana, gimana? Jadi abis nganterin aku pulang, Jeno ketemu sama gebetannya??"

"...iya juga ya! Semalam Jeno hyung habis nganter kamu pulang ya??" Chenle mengkalkulasi ulang jarak antara apartment Jisung dengan rumah mereka.



Pukul sebelas malam chat Chenle dibalas Jeno dengan "lagi nganter Ji, mabok dia". Lalu Jeno sampai di rumah pukul setengah duabelas malam.

Cuma butuh waktu setengah jam. Ya, memang jarak antara apartment Jisung dengan rumah mereka cuma berjarak setengah jam.

Chenle langsung dilanda firasat tidak enak. Apalagi setelah melihat betapa awkwardnya Jeno saat berada di dekat Jisung.



Jeno yang rutinitasnya adalah menggoda Jisung, bisa tiba-tiba diam seribu bahasa? Kayaknya benar ada yang tidak beres sama kakaknya.

Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang