08

1.8K 210 24
                                    

"Chenle, maaf ya kamu jadi harus masak satu porsi lebih untukku" ucap Jaemin, penuh rasa bersalah.

Chenle hanya menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum menanggapi ucapan maaf Jaemin.

"Harusnya Jisung yang masakkin, kan kamu yang ngundang dia makan, Ji" ujar Jeno, tidak menyembunyikan ketidaksukaannya kepada Jaemin.



"Aku cuma bisa masak ramyeon, hyung. What do you expect?" Lagi-lagi Jisung dibuat naik pitam sama Jeno, yang sudah bersikap ga sopan sama Jaemin.

"Sudah, sudah. Aku aja yang masak ga protes lho"

Chenle terpaksa melerai keduanya, kecurigaan yang sempat ia rasakan kepada sang kakak kini lenyap—ya, Jeno sudah kembali seperti sediakala.

"Tenang saja—euhm, siapa namanya—? Jaeminnie hyung! Tenang saja, masak 3 porsi ataupun 4 porsi sama saja kok" lanjut Chenle.



Mendengarnya, Jaemin tersenyum dan menganggukkan kepalanya sebagai tanda terima kasih.

Mereka melanjutkan makan dalam diam, sambil sesekali Jisung bertanya kepada Jaemin mengenai kelas apa yang diambil Jaemin.

Rupanya sama dengan Jeno dan dirinya, Jaemin pun mengambil jurusan ilmu komunikasi. Jadi sudah seangkatan dengan Jeno, satu jurusan pula.


Ga heran Jeno hyung julid sama Jaeminnie hyung—mungkin dia ngerasa tersaingi kali sama kepopuleran Jaeminnie hyung.

Batin Jisung dengan polosnya—padahal Jeno sendiri tidak pernah perduli mengenai kepopulerannya.

Berbeda dengan keusilan yang ia tunjukkan di depan Jisung, sejatinya Jeno merupakan sosok serius yang sulit didekati.

Aura serta wibawa Jeno yang tinggi membuat mahasiswa lainnya tidak berani untuk mendekatinya, dan hanya mengagumi Jeno dari jauh.

Ditambah lagi, Jeno selalu berdiam diri sehingga ia terlihat dingin dan misterius.



Hanya Haechan dan Mark—yang sudah berteman dengan Jeno sejak mereka masih SMP, yang selalu setia berada di dekat Jeno.

Berbanding terbalik dengan Jeno, meski sama-sama memiliki visual yang menyejukkan mata, Jaemin yang ramah selalu dikelilingi oleh semua orang—khususnya para mahasiswi.

Ada banyak peristiwa di mana Jisung tengah menyaksikan kepopuleran Jaemin dengan mata kepalanya sendiri.


Muncul keraguan di hati Jisung, akankah perasaannya kepada Jaemin berbalas?

Meski Jaemin selalu memperlakukannya dengan baik, Jisung tidak yakin ia bisa menyaingi mahasiswi-mahasiswi cantik yang selalu mengerumuni Jaemin ke manapun ia pergi.

"Jisung-ah, aku pamit dulu ya. Kamu gapapa kan sendirian malam ini?" Tanya Chenle yang baru saja selesai membersihkan piring kotor sisa makanan mereka.



Sejujurnya Chenle tidak mau pergi meninggalkan Jisung sendirian malam itu, tapi ada tugas kuliah yang harus ia kerjakan di studio pribadinya di rumah—tugas mengkomposisi musik.

"Jisung sendirian? Om dan tante ke mana, Ji?" Jaemin langsung menanggapi pertanyaan Chenle secepat kilat, membuat baik Chenle maupun Jisung mengerjapkan mata mereka karena kaget.

"Oh, itu—oma di Busan lagi sakit, jadi papa dan mama pergi ke Busan. Tapi aku gapapa kok sendirian, demamku juga sudah turun" senyum Jisung sembari menjelaskan keadaannya kepada Jaemin.



"Ga bisa, Ji. Kalau nanti malam kamu demam lagi gimana?" Jaemin menyuarakan kekhawatirannya, dan hati Jisung berdebar kencang karena perhatian yang dicurahkan oleh Jaemin kepadanya.

Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang