19

1.2K 153 17
                                    

Masih ada waktu kira-kira 50 menit sebelum pemberkatan pernikahan Sungchan dimulai, namun suamiku belum kunjung tiba di sini.

Ingin rasanya kukeluarkan handphoneku dan meneleponnya, tapi... Gengsiku tidak mengijinkanku untuk menghubunginya terlebih dahulu.

Enak saja, dia yang salah duluan kenapa aku yang harus meminta maaf?

Lagipula selama ini juga selalu dia yang minta maaf duluan dan berusaha menenangkanku yang sedang mengambek, hehehe.


Aku hanya bisa mengayunkan kakiku dengan bosan sembari sesekali pandanganku tertuju ke arah pintu, berharap suamiku muncul dari balik pintu itu.

Kali ini apa yang kira-kira si romantisku akan berikan untuk meredakan rasa kesalku ya? Boneka? Bunga? Surat?

Atau coklat? Tidak sabar aku menanti kejutan apalagi yang ia persiapkan untukku, senyumku mengembang.


"Papi Ji!" Bukannya suamiku, melainkan Sungchan yang muncul dari balik pintu itu dan tersenyum sembari berlari menghampiriku dengan penuh semangat.

"Ada apa, Sungchan-ah? Papa sudah sampai?" Tanyaku, sedikit berdebar jantungku menunggu kedatangan sang suami.

"Bukan, ada om Jaemin!" Seru Sungchan yang gembira karena kedatangan om favoritnya di hari spesialnya ini.


Aku berdiri dan menghampiri pria yang masih terlihat tampan di usianya yang sudah di penghujung kepala empat.

Kupeluk sebentar sebelum tersenyum pada Jaemin yang sempat menjadi sumber kebahagiaan singkatku dulu.

"Aku ambil minum dulu buat om ya" pamit Sungchan yang berusaha untuk memberikan waktu bagiku untuk mengobrol dengan Jaemin.


"Apa kabar hyung? Bagaimana kabar Jihyun di Amerika?" Tanyaku yang excited ingin mendengar kabar Jaeminnie hyung dengan pasangannya di Amerika—habis sudah belasan tahun lamanya aku tidak bertemu dengannya.

"Jihyun sudah tidak sakit lagi, Ji.. Ia sudah bahagia di Surga" seketika itu juga aku tertegun dan memeluk Jaeminnie hyung yang terlihat berkaca-kaca menahan tangis.

"Maafkan aku, hyung"


"Tidak apa, Jisung-ah. Ngomong-ngomong, bagaimana denganmu? Apakah dia memperlakukanmu dengan baik?"

Aku tertawa kecil mendengar suara lembut Jaeminnie hyung yang tidak pernah berubah sejak dulu meski kita tidak lagi bersama—ucapannya tetap sarat akan perhatian.

"Iya hyung, dia sangat sayang kepadaku. Lihat saja berat badanku sampai naik saking bahagianya" ucapku sembari tersenyum tipis.


"Bohong si papi, om. Tadi pagi baru saja ribut lagi sama papa. Malah ributnya di hari pernikahan anak semata wayangnya lagi"

Sungchan mengadu ke om favoritnya—duh anak siapa sih ini bocor banget mulutnya.

"Ji...?"

"Hehehe, engga kok hyung.. ini cuma berantem sayang aja" ucapku sembari tersenyum dengan canggung.

******

Sudah kurang lebih tiga bulan lama berlalu sejak pertama kali Jisung dan Jaemin memulai hubungan mereka.

Meski hari-hari telah mereka lalui dengan membuat kenangan manis, ada kalanya Jisung merasa ada yang Jaemin sembunyikan darinya.

Dan anehnya, makin kemari semakin jarang Jisung bisa pergi berduaan dengan Jaemin. Entah pergi menonton film di bioskop, makan bersama, atau sekedar mengunjungi unit apartment Jaemin.

Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang