10

1.8K 195 22
                                    

Jeno menatap kedua sosok yang meninggalkannya sendirian di apartemen kemarin sore.

Jisung sedang duduk berdekatan dengan Jaemin di lapangan kampus, dan Jeno dapat memperhatikan seluruh gerak-gerik keduanya dari jendela kelasnya.

Semalam, keduanya kembali ke apartemen dengan suasana aneh di antara mereka. Seakan ada sesuatu hal yang spesial, yang terjalin di antara Jisung dan Jaemin.

Jeno... tidak menyukainya. Entah Jaemin, entah kedekatan antara Jisung dan Jaemin. Yang pasti, Jeno merasa kesal melihat keduanya berdekat-dekatan.



Jisung, kamu ga lihat itu tatapan Jaemin seperti binatang buas yang ingin menerkammu? Batin Jeno, geram saat melihat mata Jaemin yang tertuju kepada Jisung.

Padahal itu semua hanya imajinasi seorang Jeno—selama ini Jaemin memandang Jisung dengan tatapan penuh kasih sayang, kok.

Eh, eh. Ngapain itu dekat-dekat?

Jaemin mendekatkan dirinya pada Jisung, dan merangkulnya dari belakang. Lalu yang mengagetkan Jeno, dengan lantangnya Jaemin mengecup pipi Jisung secara tiba-tiba!



Wah nyari mati nih si Jaemin!

Tanpa sadar, Jeno menggebrak mejanya dengan keras. Bertepatan dengan gebrakan Jeno, pak dosen Kun menggeplak kepala Jeno dari belakang.

Hal itu mengundang tawa dari para mahasiswa seisi kelas, dan Jeno malu setengah mati dibuatnya.

"Jeno-ssi, kuperhatikan sedaritadi kau tidak begitu tertarik dengan kelasku.. Mungkin ada yang ingin kau bagikan dengan seisi kelas?" Tanya Kun sambil tersenyum, namun suaranya terdengar gusar.




"Eng-enggak pak" Jeno menunduk malu, ia berusaha menyembunyikan wajahnya sebisa mungkin.

Bel tanda kelas berakhir menyelamatkan Jeno dari omelan Kun yang kalau tidak diberhentikan, bisa memperpanjang-lebarkan masalah.

Bisa-bisa Jeno harus merelakan waktu istirahatnya untuk mendengarkan ceramah dari sang dosen.



Setelah Kun keluar dari ruangan kelas, Jeno menghela nafasnya lega.

Ia buru-buru menengok ke lapangan tempat Jaemin dan Jisung berada, namun hatinya mencelos saat melihat keduanya sudah tidak lagi berada di sana.

"Hoi, ngelamunin apa Jen sampai ditegur sama pak Kun seperti itu?" Tegur Mark dengan tawa lantangnya.

"Apaan—"



"Pake nanya lagi, Jeno itu ngelamunin si Jisung lah" celetuk Haechan tanpa pikir panjang, mengundang delikan tajam dari Jeno.

"Jisung??" Tanya Mark dengan wajah polosnya.

"Iyaa Jisung yang kemaren ini dianterin pulang sama Jeno itu lho" goda Haechan, melirik Jeno yang terdiam seribu bahasa sambil bertopang dagu.



"Yang dianterin pulang sama Jeno??" Beo Mark dengan lugunya—jelas dia tidak mengingat sosok Jisung.

"Ituuu lho yang dulu pas SMP coklatnya pernah ditolak sama Jenoo" dengan penuh kesabaran Haechan berusaha untuk mengingatkan Mark mengenai Jisung.

Mark berpikir sejenak sebelum akhirnya menyadari sosok Jisung yang muncul di sudut kecil benaknya. Bibirnya membentuk huruf 'O' kecil, lalu ia mendelik kepada sang sahabat yang masih bertopang dagu.



"Tega banget Jen, nolak coklat yang dikasih sama Jisung" Tutur Mark, ekspresi wajahnya sedikit masam.

"Tsk! Mark, kau tahu kan Jeno itu tsundere akut?!" Haechan mendecakkan lidahnya tanda tidak setuju dengan Mark.

Reply Me, Park Jisung! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang