"Saya...akan tetap memanjat menara."
Nekat. Lagi lagi bocah bermata emas itu nekat memanjat menara besar ini hanya karena seorang gadis.
"Kau yakin, Bam? Kau masih ingin menjadi tangga untuk Rachel agar gadis itu bisa mencapai puncak menara? Kau pikir itu mudah?" Anju berkata tidak setuju. Puncak menara bukan sekedar impian yang mudah dicapai. Kau harus siap kehilangan segalanya untuk mencapai tempat paling tinggi dari menara ini. Dan Bam, rela melewati semua itu untuk Rachel?
"Saya tidak akan menjadi tangganya." Bam menatap Anju dengan tatapan tegas, "saya akan menjadi kaki nya. Saya lah yang akan memanjat menara untuknya, saya lah yang akan membawanya untuk melihat bintang."
"Dia memanfaatkan mu, Bam. Bukankah Anju sudah menjelaskannya?" Sazha juga berkata tidak setuju. Dia lebih memilih agar Bam berhenti memanjat, dan mengambil kebahagiaannya sendiri tanpa harus membawa bawa nama Rachel.
'Ini demi kamu, Bam. Kami tak ingin membunuhmu.'
"Saya tidak mempermasalahkannya, Nn.Sazha." Ujar Bam dengan yakin.
"Kenapa kau tidak mencari kebahagiaan mu, Bam? Kau tak perlu berkorban begitu banyak hanya karena Rachel. Kau berhak bahagia juga." Timpal Haruko.
Bam menggeleng tegas,
"Kebahagiaan saya adalah Rachel, Nn.Haruko. Impian Rachel adalah impian saya. Saya siap menjadi pijakan untuknya."Khun menghela napas. Rasanya dia ingin menangis sekarang. Dia ingin memanjat bersama Bam, sambil menceritakan dunia menara kepadanya. Tapi Bam memanjat menara, demi impian Rachel yang ingin melihat bintang.
'Di kehidupan mana pun, Rachel tetap cahaya paling besar nya.'
Khun sendiri tidak bisa menolak keinginan Bam untuk tetap memanjat menara.
Dia hanya bisa tersenyum, memegang bahu Bam, berjanji akan tetap memanjat menara bersama Bam, meyakinkan Bam kalau dia bisa membuat Rachel tetap berpartisipasi di ujian berikutnya, meyakinkan Bam untuk menjadi lebih kuat demi Rachel, adu bacot dengan Rak dan Anju, juga hanya bisa tersenyum tipis ke arah Haruko dan Sazha.
'Perjalanan ini tidak akan sehalus pakaian Sazha.'
###
Sazha menepuk bahu Anju berkali kali agar gadis bermata coklat keemasan itu berhenti mengoceh tentang keputusan Bam.
"Aku tidak bisa diam, Sazha! Bocah bodoh itu, kenapa dia begitu terobsesi pada impian Rachel?! Melihat bintang? Apa dia bodoh? Tidak bisa kah dia lihat hal itu adalah sesuatu yang paling mustahil di menara ini? Sialan! Masih ada banyak hal bagus di menara, dan dia hanya terobsesi pada bintang? Dasar manusia gila!!!"
Haruko menghela napas berkali kali. Seharusnya kesempatan ini bisa dia gunakan untuk menghentikan Bam memanjat menara. Dia hanya tidak menyangka Bam tetap memilih untuk memanjat.
"Ini...akan semakin sulit." Gumam gadis bersurai pirang itu.
Sazha sendiri berusaha mati matian menahan emosi nya mengingat keputusan bam 2 jam yang lalu.
'Kebahagiaan ku adalah Rachel.'
Rachel Rachel Rachel Rachel. Selalu Rachel. Sebenarnya seberapa istimewa Rachel itu pada Bam? Kenapa selalu Rachel? Rachel...
"Bagaimana kalau aku mematahkan kepala nya juga?" Pertanyaan yang sungguh menguras emosi Haruko.
"Jangan melakukan hal bodoh, Anju. Rachel juga irreguler. Sekalipun dia menyebalkan, kita tidak boleh sembarangan melukainya."
Anju menghela napas,
"Tapi kita juga irreguler, Haruko! Kita bisa membunuhnya kalau kita mau!""Tidak," Sazha berucap pelan, "tidak semudah itu. Seorang Rachel masih menjadi misteri. Kenapa dia bisa menemukan Bam di dalam goa itu, kenapa dia bisa mengenal Arlene, kenapa dia bisa tau tentang ramalan Arlene, siapakah dia untuk seorang Arlene. Rachel itu...misteri menara."

KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION
Fiksi PenggemarPindah dimensi? Hal hal seperti itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh sekelompok gadis bergelar bangsawan ini. Mereka berpikir hidup itu sederhana, lahir kemudian mati. Tapi apa jadinya jika seseorang(?) yang mengaku sebagai dewa justru berk...