"Kenapa harus Light Bearer? Aku ini bukan orang yang suka menjungkir balikkan otak cuma buat duduk diam di dalam kotak. Aku lebih suka bertarung. Kenapa tidak jadi Fisherman, atau setidaknya Scout?" Anju mengeluhkan pembagian kelasnya. Dia tak pernah bersusah payah menguras otak hanya untuk berperang. Prinsipnya, 'Bunuh'.
Haruko menatap sahabat surai cokelatnya itu, lantas menarik selimut hingga menutupi dadanya,
"Kau harus menjadi Light Bearer, Anju. Dengan begitu, kita bisa mengawasi Khun Aguero dengan lebih jelas." Ujar nya santai."Kalau begitu, kenapa tidak Sazha saja? Dia jauh jauh lebih pintar daripada aku."
Sazha mendelik menatap Anju sedikit tidak suka. Entah kenapa, pujian dari Anju itu tidak pernah menjadi pujian untuknya.
"Sazha hebat dalam mengendalikan Shinsu, Anju. Terlalu sia sia membiarkan orang dengan kemampuan sehebat itu hanya untuk duduk diam. Sesekali, kau harus menggunakan otak mu juga, Anju." Ucap Haruko.
Anju cemberut,
"Huh, terserah."###
Sazha menggosok matanya berkali kali untuk menghilangkan kantuk. Semalam, dia dan Anju sibuk berdebat dengan pembagian kelompok. Dia bahkan nyaris tak tidur karena keluhan Anju terus menerus.
"Anda baik baik saja, Nona Sazha?" Bam menatap teman perempuannya itu dengan sedikit khawatir. Sazha hanya bisa membalas dengan senyum sedikit canggung.
"Ah, aku baik. Hanya kurang tidur semalam." Jawabnya sambil tersenyum.
Bam menatapnya dengan khawatir lagi. Benar benar tatapan yang membuat Sazha luluh dgn sendirinya.
"Kalau anda merasa kurang sehat, sebaiknya istirahat saja." Ucapnya.
Sazha tertawa kecil,
"Tidak mungkin, Bam. Aku tidak boleh bolos kelas pertama kita ini. Lagipula, bukankah kau yang harus istirahat? Bagaimana dengan lukamu?"Bam tersenyum ramah,
"Tn. Khun merawat saya dengan baik. Saya tak lagi merasa sakit sekarang."Sazha sedikit kesal mendengar nama Khun keluar dari mulut kecil Bam. Entah apa yang membuatnya kesal.
"Oh."
Bam dan Sazha kembali diliputi keheningan. Sebelum akhirnya, pelatih mereka yg bertubuh seperti domba itu memperkenalkan diri sebagai Yuga.
Bam dan Sazha mendengar dengan baik penjelasan Yuga tentang para Wave Controller. Sazha tersenyum sedikit sinis saat mendengar perkataan Yuga yang mengatakan bisa membunuh mereka semua dalam 5 detik. Terdengar seperti omong kosong untuknya.
"Berhubung hanya Tuan Lauroe yang sudah membuat perjanjian dengan penguasa lantai, tolong para Wave Controller juga mengikuti petunjuk saya untuk menemui penguasa lantai."
Sazha yang sudah paham mengenai menara tak perlu lagi menanyakan tentang penguasa lantai. Dia sudah cukup paham.
Gadis bersurai biru muda itu mulai memejamkan mata, berharap sang penguasa lantai itu tidak menyeramkan.
"Hei, manusia, kita bertemu lagi."
Sazha menghela napas lelah saat mendengar suara imut cempreng itu. Siapa lagi kalau bukan si dewa cebol.
"Kenapa kamu yang ada dia alam bawah sadar ku, sih? Apa kau adalah penguasa lantai?" Ucap Sazha dengan kesal.
Dewa kecil itu tertawa kecil melihat gadis utusannya,
"Santai saja oke? Tidak mungkin aku membiarkanmu menemui penguasa lantai yang asli. Dia akan langsung tahu identitas mu." Ujar Dewa itu.Sazha mendecakkan lidah,
"Lalu, apa yang kau inginkan?"Dewa itu tersenyum,
"Tak ada, aku hanya bingung kenapa kau lebih memilih Wave Controller daripada Spear Bearer. Setahuku, kau sangat menyukai tombak."
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION
FanfictionPindah dimensi? Hal hal seperti itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh sekelompok gadis bergelar bangsawan ini. Mereka berpikir hidup itu sederhana, lahir kemudian mati. Tapi apa jadinya jika seseorang(?) yang mengaku sebagai dewa justru berk...