BERTEMAN

360 55 14
                                    

"Hei, kalian." Haruko tersentak kaget saat mendengar suara tegas itu 'menyapa' mereka. Tampak seorang lelaki berambut biru dengan mata Kobalt nya datang menghampiri.

"Ke-kenapa?" Tanya Haruko sedikit ragu. Well, dia tahu. Dia tak boleh meremehkan pemuda cantik di hadapannya ini. Bagaimanapun, pemuda cantik ini adalah salah satu tokoh utama dan tokoh yang paling dekat dengan sang monster.

"Bukankah itu pertanyaanku?" Mata kobaltnya semakin menajam, "kenapa kalian mengawasi kami sejak di ujian tahap pertama?"

Haruko tersentak, bagaimana dia tahu?
"Apa maksudmu? Kapan aku mengawasimu?" Tanya Haruko masih dengan wajah dinginnya.

Pemuda cantik tadi tampak tertawa kecil,
"Mungkin bukan kamu, tapi dua temanmu itu." Ujarnya seraya menunjuk Sazha dan Anju yang baru kembali setelah membeli minum.

"Hah? Apa kau menunjuk nunjuk kami? Menantang bertarung, hah?" Tanya Anju to the point. Suaranya yang cukup keras itu menarik perhatian beberapa tim.

"Hei, kenapa itu?"

"Sepertinya pemuda berambut biru itu mencari masalah?"

"Tunggu, bukankah mereka bertiga gadis monster itu?"

"Hah?! Gadis monster apa?"

"Kamu tidak lihat? Waktu dua diantara mereka itu membunuh banyak orang? Sayang sekali. Itu pemandangan yang bagus."

"Sepertinya pemuda biru itu tidak paham situasi ya?"

"Huh, dari wajahnya saja sudah kelihatan sangat angkuh."

"Aku tahu, dari rambutnya, dia keturunan Khun Edahn, bukan?"

"Oh, pantas saja."

Pemuda yang disebut keturunan Khun Edahn itu hanya bisa diam mengabaikan. Well, dia sudah biasa. Dan kalau sudah seperti ini, semua orang akan sama---

"TIDAK BISAKAH KALIAN DIAM?!" Suara keras itu segera mengheningkan ruang tunggu ujian tahap ke tiga.

"INI URUSAN ANTARA KAMI DAN PEMUDA CANTIK INI!! MULUT BUAYA KALIAN ITU SEBAIKNYA DIJAGA BAIK SEBELUM AKU MENCABUTNYA, SIALAN!! KALAU KALIAN HANYA BISA BICARA, DIAM SAJA BRENGSEK!"

Sunyi. Siapa pun yang mendengar suara Anju terdiam.

"Dan juga, tolong jangan menilai seseorang hanya lewat keturunan saja. Itu tidak baik." Lanjut Sazha sembari menunjukkan senyum manisnya. Well, dia tahu rasanya dinilai karena keturunan. Dan dia sudah cukup paham jika itu terjadi di dunia ini. Tentu saja dengan adanya struktur seorang Raja dan 10 Keluarga Agung, status sosial disini benar benar jadi perhitungan.

"Hei, Anju. Bukankah kamu sudah disuruh untuk menjaga mulutmu? Jangan berteriak sekeras itu." Ucap Haruko memperingati.

Anju mendengus sebal,
"Menyebalkan sih. Rasanya ingin kubunuh mereka." Balasnya.

Haruko hanya bisa menggelengkan kepala, lantas menoleh menatap si pemuda biru,
"Maaf atas kelakuan sahabatku ini. Mereka melihat kalian karena kagum. Terlebih lagi, kalian memiliki bocah bersurai coklat itu."

Sazha menggeleng tak setuju,
"Hei, apa mak---"

"Tn. Khun!"

Belum sempat Sazha menyelesaikan ucapannya, seorang bocah 'monster' dan buaya (?) berjalan menghampiri.

"Tn. Khun, kenapa kamu menghilang begitu saja?" Tanya bocah 'monster'.

"Hei kura-kura biru, mana chocobar ku?!" Bentak sang buaya.

Pemuda biru yang dipanggil Khun itu segera melirik 3 gadis di hadapannya.

"Mereka mengawasi kita sejak tadi. Jadi aku menegurnya." Jawab Khun, "dan untukku kau, buaya. Berhenti meminta chocobar ku!"

Bocah monster itu menatap tiga gadis di di depannya. Anju sudah bersiap memegang senapan sekiranya bocah itu berniat menyerang. Tapi Anju salah. Bocah itu justru mengulurkan tangannya,

"Namaku Bam. Ayo kita berteman."

Jangankan Haruko dkk, Khun saja berseru tidak terima,
"Hei, Bam. Bagaimana kalau mereka hanya ingin mengambil keuntungan dari mu?! Kenapa kau bisa percaya pada mereka secepat itu?" Protes Khun.

Bam tersenyum manis,
"Tapi mereka sudah membela mu, Tn. Khun. Bukankah itu artinya mereka baik?"

Khun terdiam. No, dia sama sekali tidak menganggap yang tadi sebagai pembelaan. Itu jelas karena Anju sendiri yang ingin melawannya. Anju tak ingin ada yang ikut campur.

"Tapi, Bam..."

Sebelum Khun sempat protes lagi, sebuah tangan menyambut uluran Bam,
"Namaku Sazha. Mari berteman baik." Ujarnya.

Bam berbinar cerah, dan jika sudah seperti itu, Khun tidak pernah bisa menolak keinginan Bam.

"Cih, ini karena Bam. Jadi jangan salah paham." Khun mengusap wajah putihnya, "namaku Khun Aguero Agnis."

Anju tersenyum miring,
"Well, senang berkenalan denganmu, Tuan Muda Khun. Namaku Anju, panggil saja begitu."

Khun hanya bisa berdecak sebal.

"Namaku Rak Wraithraiser. Aku lah Sang Pemimpin." Ujar Si buaya sambil mengangkat tombaknya.

Haruko tertawa kecil,
"Namaku Haruko. Senang bertemu kalian." Ucap nya.

Khun menatap Haruko dengan kamar, "sepertinya kau pemimpin mereka." Ujar Khun.

Haruko menggeleng,
"Bukan, tidak ada pemimpin di antara kami. Kami bertiga sahabat." Sahutnya.

Khun hanya ber-oh ria. Dia segera mengajak dua rekannya untuk kembali ke tempat. Dia berbalik sebentar untuk menatap tiga gadis yang kini sudah menjadi 'teman dari temannya'.

"Aku bukan orang selembut Bam. Jadi aku takkan mempercayai kalian semudah itu." Ucapnya, lantas menghilang dibalik punggung orang lain.

"Cih, manusia sombong." Ujar Anju kesal.

Sazha tersenyum kecil seraya menatap telapak tangannya sendiri,
"Teman, ya?" Gumamnya pelan.

"Ah, bicara tentang teman, apa kalian tahu sesuatu?" Tanya Sazha.

Anju dan Haruko menatapnya bingung,
"Apa maksudmu?"

Sazha tersenyum kecil seraya menatap kembali tangannya,
"Well, kalian tidak ingat ya?" Lirihnya.

Haruko segera bangkit dari duduknya saat mendengar suara Sazha yang memelan,
"Hei, ada apa? Beritahu kami. Tak boleh ada rahasia diantara kita, kau ingat?"

Sazha hanya tersenyum,
"Tidak seru jika aku memberi tahu kalian. Ingat sendiri oke?"

Anju hanya bisa bergumam.
###

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang