Menjadi dewasa itu melelahkan.
Iya, melelahkan.
Disuruh mengalah hanya karena sudah 'dewasa'.
Disuruh menyerah hanya karena sudah 'dewasa'.
Disuruh berhenti berimajinasi hanya karena sudah 'dewasa'.
Disuruh memimpin hanya karena sudah 'dewasa'.
Dilarang berbuat salah hanya karena sudah 'dewasa'.
Dan yang paling menyebalkan,
Disuruh menjadi 'dewasa' saat menghitung 1000-7 pun masih salah.Tolong, orang 'dewasa' itu juga memiliki jalan hidup sendiri.
###
"Selamat pagi, Haruko."
Haruko menoleh ke samping saat melihat seorang lelaki berambut hitam duduk di sampingnya.
"Selamat pagi juga, Hatz." Balas Haruko.
Iya, lelaki itu adalah Hatz. Si Maniak Pedang yang selalu menyebut Khun dengan sebutan 'anting-anting'. Si Maniak Pedang yang akan selalu penasaran pada setiap orang yang bersenjata pedang. Termasuk Haruko tentunya.
"Bagaimana kabar dua sahabatmu itu? Kulihat salah satu dari mereka masuk kelas Wave Controller." Hatz membuka pembicaraan. Tangannya kini sibuk menggosok pedang kesayangannya hingga bersih.
"Maksudmu Sazha? Yah, dia memang cukup hebat dalam mengendalikan Shinsu." Jawab Haruko.
"Tunggu," Hatz mengerutkan kening, "bukannya si Sazha itu ahli dalam tombak? Kenapa dia menjadi seorang wave controller?"
Haruko tertawa pelan,
"Itu kemauannya sendiri." Jelas Haruko."Kalian aneh," ujar si Maniak pedang seraya meletakkan pedangnya di atas meja.
"Kau cukup ahli dalam mengendalikan Shinsu, tapi lebih memilih untuk masuk ke kelas Fisherman. Sazha juga harusnya masuk kelas spear bearer, tapi dia justru menuju kelas Wave Controller. Lalu yang bermulut pedas itu, aku tak yakin dia cukup pintar hingga memasuki kelas Light Bearer. Dia orang yang suka berbicara tanpa menggunakan otak."Haruko menahan tawanya saat Anju dibilang tidak cukup pintar dan sering berbicara tanpa menggunakan otak. Sepertinya citra Anju di tempat ini benar benar buruk.
"Yahh, kami hanya ingin mencari pengalaman baru. Lagian Sazha masuk kelas Wave Controller juga agar dia bisa selalu dekat dengan Bam. Anju sendiri...yah, dia memang menolak saat disuruh masuk kelas Light Bearer, sih."
"Dekat dengan Bam? Sazha menyukai Bam?"
Haruko sedikit terperanjat saat Endorsi tiba tiba muncul di belakangnya.
"Ah, Endorsi. Selamat pagi," sapa Haruko, "bagaimana dengan kakimu?"
Endorsi mendengus kasar sebelum mendudukkan dirinya di samping Haruko,
"Masih sakit. Sialan! Ini semua gara gara keponakan ku yang tidak tau diri itu! Lihat saja, dia tidak akan hidup tenang setelah ini."Haruko hanya bisa tertawa kikuk. Ya, kaki Endorsi terluka gara gara pertarungannya dengan Anaak saat latihan. Tak hanya Endorsi, Anaak juga lumayan cedera. Saat itu, Haruko belum terlalu dekat dengan Endorsi ataupun Anaak, jadi dia tidak bisa apa apa.
"Kalau masih sakit, kenapa keluar dari kamarmu?" Tanya Hatz heran.
"Ahh, aku bosan di dalam kamar," keluh Endorsi, "tidak ada permainan atau seseorang yang bisa diajak bermain. Ini tidak seru."
"Lantas kenapa? Kau ingin bermain petak umpet?" Sindir Hatz.
"Apaan sih? Aku sudah dewasa tau. Itu hanya permainan anak anak."
Haruko terdiam sebentar,
"Memangnya kenapa?"Hatz dan Endorsi menoleh mendengar nada dingin dari Haruko.

KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION
Hayran KurguPindah dimensi? Hal hal seperti itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh sekelompok gadis bergelar bangsawan ini. Mereka berpikir hidup itu sederhana, lahir kemudian mati. Tapi apa jadinya jika seseorang(?) yang mengaku sebagai dewa justru berk...