Perpecahan

136 16 4
                                    

                          Warning!
Chap ini bakal lebih menonjol ke kisah romance para tokoh. Bagi yang ngga nyaman, boleh dilewati. Saya tidak menerima protes atas ke-OOC-an para karakter.

Sekali lagi, buat yg ga suka, silahkan skip aja, pintu keluar di sebelah sana (☞゚ヮ゚)☞

###

Sazha-Bam

'Kenapa jadi seperti ini?'

Sazha mengacak rambutnya dengan frustasi. Pikirannya kembali melayang saat dia dan Haruko yang berdebat hanya karena misi bodoh dari dewa cebol itu. Dia pikir itu bukan masalah besar, tapi kenapa mereka jadi saling menjauh sekarang? Kenapa mereka jadi seperti tidak mengenal satu sama lain sekarang?  Kenapa mereka seperti tidak pernah menjalani suka-duka bersama sekarang?

"Kenapa harus seperti ini? Sialan..." Lirih nya pelan.

Dia benar benar bingung. Pertengkaran ini terjadi antara dia dan Haruko, tapi bisa saja Anju juga akan terkena imbas. Atau bisa saja, tidak hanya Anju yang terkena imbas pertengkaran mereka.
"Ahh...aku rindu Mama." Gumam Sazha.

Gadis itu kembali mendongak menatap langit. Mata emas nya sedikit berkilat indah, menjadi fatamorgana tersendiri untuk alam. Dia bisa melihat bintang (buatan) disini, meski tetap saja tidak seindah senja kesukaannya.

"Kau bisa melihat bintang itu disini, Rachel. Kenapa harus melibatkan Bam dalam mimpi omong kosong mu?" Gumam Sazha sendirian lagi.

Gadis itu benar benar tenggelam dalam pikirannya, hingga tidak menyadari kehadiran seorang bocah bermata emas lainnya.

"Nn.Sazha? Apa anda baik baik saja?"

Sazha sedikit tersentak mendengar suara sopan itu melewati gendang telinganya. Sebelum akhirnya mengangguk kaku,

"Uhm, aku baik, Bam. Jangan khawatir." Jawab Sazha.

Bam tersenyum lembut sambil berjalan menghampiri Sazha. Mata Bam yang tidak berbeda jauh dengan warna mata Sazha itu menatap dalam ke langit malam.

"Itu...yang namanya bintang kan, Nn.Sazha?"

Sazha mengangguk kecil,
"Hm, itu adalah bintang." Jawabnya.

Bam mengetuk ngetuk pagar balkon dengan jari putihnya, tersenyum lebih lembut,
"Rachel bilang, bintang di puncak menara jauh lebih indah daripada yang disini. Apa itu benar?"

Sazha mengangguk lagi,
"Aku tidak begitu tahu, tapi mungkin memang lebih indah."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana hening. Tidak ada yang berbicara. Semua tenggelam dalam pikiran masing masing.

"Saya ingin melihat bintang."

Sazha menoleh menatap Bam,
"Ya, kau akan."

"Tapi saya tidak akan bisa melakukannya tanpa kalian."

"Kenapa?"

"Saya lemah," Bam menundukkan kepala, "saya tidak bisa melindungi Rachel dengan baik.  Saya bahkan bisa ada sampai sini berkat bantuan Tn.Khun dan Tn.Rak. Saya merasa tidak berdaya untuk melihat sesuatu bernama bintang itu."

Sazha menatap Bam sambil tersenyum,
"Kau kuat. Sangat kuat. Kau hanya belum menemukan seseorang yang akan membangkitkan kemampuanmu."
Sazha mengacak rambut coklat Bam dengan gemas,
"Kalau kau segitu nya ingin melihat bintang, kita bisa berjuang bersama untuk melihat nya."

Bam tersenyum cerah,
"Sungguh? Kau akan memanjat bersama menara bersama saya?"

Sazha hanya bisa mengangguk setuju. Apa sih yang tidak akan dia lakukan demi seorang Bam?

MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang