Sazha membuka matanya yang terasa berat demi melihat langit biru terang yang terhempar luas.
"Kau sudah bangun, Sazha?"
Sazha menoleh mendapati Haruko yang sibuk memandang pedang di tangannya.
"He? Pedang dari mana itu?" Tanya Sazha.Haruko menggeleng kecil,
"Aku tak tahu. Saat bangun, pedang ini sudah ada di tanganku dan kita sudah berada di tempat yang disebut lantai pertama ini." Ucapnya."Apa kau tidak kesulitan untuk membawanya nanti? Kau tak punya sarung pedang, kan?" Tanya Sazha lagi.
Haruko tersenyum lebar,
"Ya, dan itulah keistimewaan pedang ini." Ucapnya seraya berdiri memamerkan pedang itu. Lihat saja, dalam sekejap pedang itu menghilang tanpa bekas. "Kupikir inilah yang namanya Shinsu. Aku bisa menciptakan pedang dari Shinsu. Kau tahu Shinsu, kan?"Sazha hanya mengangguk. Meski ini pertama kalinya pindah ke dimensi lain, Si Dewa itu mungkin memberinya beberapa pengetahuan, jadi tak perlu bersusah payah mempelajari dunia ini lagi.
"Ngomong ngomong, dimana Anju?"
Haruko tersenyum kecil, menunjuk ke arah seorang perempuan bersurai cokelat yang sibuk membantai orang orang dengan senapan di tangannya,
"Anju sudah gila duluan. Karena terlalu senang bisa mendapat senapan, dia menggunakan alat itu untuk mengurangi peserta ujian." Jawab Haruko.Tunggu sebentar, ada sebuah keanehan disini.
"Hei, apa aku tak mendapat senjata apapun?" Tanya Sazha sedikit kecewa.
Haruko tertawa,
"Dewa itu sepetinya cukup baik. Dia memberi senjata kesukaan mu itu." Ucapnya sambil menunjuk ke arah tombak panjang di sampingnya.Sazha berbinar binar senang,
"Wah, entah kenapa aku jadi lebih bersemangat." Ujarnya.Haruko hanya tersenyum. Tiba tiba dia teringat ucapan terakhir Si Dewa. Well, belum saatnya Anju dan Sazha tahu.
'Mungkin nanti saja.'"Hei, Haruko. Tumben kau diam begini. Biasanya kau yang paling bersemangat kalau soal bertarung." Ucap Sazha.
Haruko tertawa,
"Memang siapa bilang aku tidak bertarung?" Haruko menunjuk tumpukan mayat di sekitar mereka, "aku hanya bosan melawan orang lemah." Jawabnya.Oke, Sazha tak perlu terkaget kan? Dia tahu betul betapa kejamnya Haruko di Medan pertarungan.
"Hei, kalian ingin berdiam diri di sini?" Anju datang menghampiri mereka dengan wajah belum puas.
"Aku ingin melampiaskan amarahku karena Si Dewa cebol itu. Aku butuh lebih banyak korban."Sazha hanya bisa menggeleng melihat penampilan Anju yang sedikit kacau.
"Tentu, ayo pergi." Ajak Haruko.
Sazha meraih tombak miliknya dari atas tanah.
"Aku tak perlu bertarung, kan?" Tanyanya.Anju tersenyum,
"Ya, untuk sekarang tak perlu mengotori tangan mulusmu."Sazha tersenyum kecil. Jangan berpikir Anju mengejeknya. Anju hanya tahu kalau bakat Sazha hanya akan terbuang sia sia jika melawan orang orang lemah ini. Yah, kalian tahu seperti apa mulut Anju itu.
"Yaudah, ayo pergi." Ajak Haruko.
Sayang sekali keinginan Anju untuk melampiaskan amarah harus sia sia karena semua reguler yang di sekitar mereka menjauh. Well, meski mereka orang terpilih, siapa yang tidak takut dengan seorang perempuan yang baru saja membantai habis banyak orang dan seorang wanita yang membunuh 10 orang dalam sekali tebas. Terlebih lagi dengan tambahan seorang gadis anggun yang tampak dilindungi oleh dua gadis tadi. Berani menyerang? Ayolah, mereka masih ingin hidup.

KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION
FanfictionPindah dimensi? Hal hal seperti itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh sekelompok gadis bergelar bangsawan ini. Mereka berpikir hidup itu sederhana, lahir kemudian mati. Tapi apa jadinya jika seseorang(?) yang mengaku sebagai dewa justru berk...