"KAU PASTI BERCANDA!!"
BRAK.
Anju menendang meja panjang di sampingnya dengan emosi. Tangannya segera menarik kerah Rachel dengan sangat kuat, membuat gadis berbintik itu meringis saat luka di kaki nya tergores kursi roda.
"Anju, tenanglah." Shibisu berusaha keras menarik lengan Anju dari pakaian Rachel. Yang justru dibalas dengan tatapan sinis nan tajam dari si pemilik lengan.
"Kau menyuruhku tenang? Kau menyuruhku tenang saat gadis ini sudah membunuh Bam dan sahabat ku?!"
Wajah Anju memerah marah. Tangannya dengan kuat segera menepis tangan Shibisu, matanya bersinar garang, dia benar benar marah.
"S-saya tidak membunuh mereka, Nona Anju. Mereka yang mengorbankan diri untuk melindungi saya." Ujar Rachel gugup setengah mati. Dia gemetar melihat Anju yang begitu marah sekarang.
"Mengorbankan diri? Kau kira Haruko sebaik itu sampai mengorbankan diri untuk mu? Kau pikir kau orang penting, hah?!" Anju berteriak marah lagi. Tangannya merusak semua benda yang ada di sekitarnya. Membuat para peserta yang lelah mengikuti ujian terakhir ini kembali merasa was was.
Leroro yang melihat itu tidak bisa melerai untuk saat ini. Anju jelas marah. Siapa yang tidak marah saat kembali setelah ujian, dia mendengar berita Bam dan Haruko yang terjatuh ke dasar lantai, dengan tubuh tidak ditemukan, dan dinyatakan mati. Leroro sendiri bingung dengan kenyataan itu.
'Bam dan Haruko bukan orang lemah.'
"Sekarang apa? Kau pikir kita akan membawa mu menuju bintang omong kosong yang selalu kau bicarakan itu? Kau ingin kita melayani mu seperti tuan putri karena kau adalah orang berharga untuk Bam? Dasar gila!"
Anju mendorong Rachel dengan kuat hingga terjatuh. Tangannya hendak memukul gadis itu sebelum sebuah tangan lainnya menahan.
"Sudah cukup, Anju. Ayo kita dengarkan penjelasannya." Ujar Sazha, dengan nada amat sangat dingin. Wajah gadis biru itu tidak lagi ramah seperti biasanya. Mata emasnya meredup, tidak ada cahaya di sana. Hanya ada kemarahan yang tidak bisa dijelaskan.
Sazha berjongkok di hadapan Rachel, memegang bahu Rachel dengan pelan,
"Jelaskan dengan singkat, Rachel. Jangan bertele tele, jangan bicara omong kosong. Jelaskan dengan jujur.""I-itu," Rachel mengalihkan matanya lantaran takut dengan tatapan dingin Sazha.
"Saya tidak begitu paham. Tapi...tapi mereka jatuh setelah berusaha menyelamatkan saya. Itu saja."Sazha tersenyum datar,
"Bukan kau yang mendorong Bam?"Pertanyaan yang singkat, dan berhasil membuat Rachel kaget dan berkeringat dingin.
"T-tentu saja tidak! Saya tidak akan melakukan hal seperti itu pada Bam!"
Sazha hanya menghela napas sambil menepuk pundak Rachel dua kali. Kemudian segera berdiri menghampiri Anju.
Sazha melihat dengan jelas betapa murka nya Anju saat ini. Tangan gadis bersurai coklat itu mengepal kuat, hingga tak sadar kuku panjang nya sudah merobek kulit telapak tangannya yang putih.
"Anju," Sazha meraih tangan sahabatnya, "tenanglah."
Anju menatap Sazha, lantas menarik napas dengan dalam.
"Hm, terima kasih."Setelah merasa pertengkaran sudah reda, Shibisu segera membantu Rachel untuk duduk kembali di kursi rodanya. Matanya sempat melirik Hatz yang memasang ekspresi datar. Tapi Shibisu tidak sebodoh itu. Matanya cukup tajam untuk melihat mata Hatz yang berkaca kaca.
'Peristiwa ini...benar benar tidak bisa dipercaya.'
Leroro menatap para peserta yang masih melirik was was ke arah Anju dan Haruko. Memasang pelindung masing masing seandainya dua gadis itu benar benar mengamuk.
![](https://img.wattpad.com/cover/236629636-288-k224981.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MISSION
FanfictionPindah dimensi? Hal hal seperti itu sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh sekelompok gadis bergelar bangsawan ini. Mereka berpikir hidup itu sederhana, lahir kemudian mati. Tapi apa jadinya jika seseorang(?) yang mengaku sebagai dewa justru berk...