II. Hujan Adalah Saksi

2.1K 130 33
                                    

✨Happy Reading✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading

Sore kala itu jingga di langit sedang tertutup awan mendung. Pak Gun, seorang dosen seni eksperimental di kampus sedang menerawang ke jendela studio lukis yang mengarah ke lapangan kampus. Setelah beberapa kali menatap langit yang semakin gelap, Pak Gun memutuskan untuk mengakhiri kelas tambahan yang sempat tertunda karena urusannya di Bangkok minggu lalu.

"Sepertinya cukup sampai di sini kelas tambahan hari ini, kalau ada yang ingin ditanyakan nanti bisa whatsapp saya."

"Yah Pak! Baru juga mulai kelas empat puluh menit yang lalu," ucap Icha berdusta, padahal di dalam hatinya amat senang, itu artinya Icha dapat pulang lebih cepat karena beberapa hari ini lelah mengurusi RAPBO dan yang lainnya, belum lagi semalam Icha baru saja memulai kembali latihan Taekwondo akibat kesibukannya beberapa minggu terakhir.

"Sebentar lagi hujan, mobil saya baru aja dicuci kemarin. Kalau mau ada tambahan kelas lagi nanti bisa saya atur jadwalnya, saya whatsapp ke ketua aja ya harinya."

Intinya, Pak Gun tidak ingin rugi! Setelah berucap, dosen yang bisa dibilang muda untuk ukuran seorang dosen di kampus itu segera membubarkan kelas dan lebih dulu keluar.

Kalimat terakhir Pak Gun membuat teman-temannya melirik sinis. Beberapa mahasiswa justru menyoraki Icha, padahal gadis itu hanya bercanda.

"Minta di kepret si Icha!"

"Tau! Emang sih guguk anaknya." Sungut mahasiswa lainnya karena ulah Icha.

"Gue cuma bercanda! Pada baper aja lo semua! Paling juga nanti orangnya lupa terus gak jadi kelas tambahannya."

"Semenjak ada kata baper, kata maaf seolah dilupakan begitu saja -Mischa Mahendra." Celetuk salah satu mahasiswa yang lebih sering dipanggil Mahen itu tanpa memedulikan kegaduhan yang sedang terjadi.

Sementara seisi kelas yang gaduh dan beberapa mahasiswa yang tercerai berai, tapi tidak dengan Aga. Lelaki berkulit putih itu tengah sibuk dengan dunianya. Setelah memasukkan beberapa peralatan lukisnya ke dalam ransel, Aga mengeluarkan ponselnya dan menghubungkan earphone-nya melalui bluetooth kemudian memasangkan di kedua telinganya.

Aga menoleh karena melihat Icha mengoceh sendiri, "hm? Lo kenapa?".

Astaga ternyata sejak tadi Aga tidak mendengarkan celotehannya. "Ya Tuhan ngenes banget ya hidup gue, lagi ngomong aja gue gak didengerin.  Nasib jadi teman yang tak dianggap~" Icha berbicara dengan dirinya sendiri tanpa memperhatikan Aga yang kini balik menatapnya.

Sedangkan Aga terkekeh pelan. Tapi laki-laki itu tetap beranjak dari tempat duduknya, meninggalkan Icha yang masih berdiam diri di tempat duduknya dengan beberapa peralatan lukis yang masih bercecer di mana-mana. Sesaat setelah berjalan, saat Aga sampai di depan pintu, lelaki itu justru memutar balik badannya lalu menghadap ke tempat Icha. Sedangkan gadis itu menolehkan wajahnya seketika meskipun Aga belum berbicara apa-apa apalagi memanggilnya.

3726 MDPL [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang