V. Dia dan Rindu

870 89 11
                                    

✨Happy Reading✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Happy Reading

Bolehkah Aga sesekali menyalahkan keadaan? Pernah terpikir, kalau saja Bapak tidak melakukan hal yang dapat meruntuhkan kehidupan keluarganya, ia tidak perlu melewati hari-hari sulit. Bisakah Aga memilih manis tanpa merasakan pahit di hidupnya?

Di detik-detik itu terbayang di kepala Aga bagaimana seseorang mengucap janji tanpa memberi bukti. Bagaimana perempuan-perempuan berharga di hidupnya ditinggal begitu saja hanya karena sebuah kemewahan. Apa makna sebuah kemewahan yang sesungguhnya? Kenapa semua orang begitu memuja dan mendambakan?

"Bapak yang akan cari uangnya. Anak-anak Bapak cuma boleh duduk di rumah, belajar yang pinter."

"Tapi Bapak janji kan, kalau bakal cari uang buat Anne operasi?"

Laki-laki itu tersenyum menatap Aga yang waktu itu umurnya baru menginjak enam belas tahun tahun. "Iya, pasti. Anne kan anak Bapak, kamu juga. Apapun Bapak lakukan demi melihat anak-anak Bapak bahagia dan sejahtera. Anne pasti bisa melihat lagi."

Tapi Apa yang didapatkan? Setelah berbulan-bulan tidak pulang. Laki-laki itu justru kembali dengan berita kepulangan yang cukup membuat Aga kecewa. Dan yang paling parahnya, Aga tidak bisa memberontak apalagi mencegah keputusan itu. Keputusan yang membuat Aga menjadi pribadi seperti yang sekarang.

"Bapak sama Ibu mau bercerai. Bapak harap, kalian anak-anak Bapak, bisa mengerti dan menghormati keputusan kami." Itu hanya keputusan sepihak Bapak, Ibu tidak memprotes sekalipun.

Ibu hanya bisa diam ketika Bapak mengatakan bahwa laki-laki itu akan menikahi perempuan kaya raya. Bukan kelakuan Bapak yang membuat Aga sakit hati, tapi melihat Ibu tidak bisa apa-apa yang membuat Aga terdiam. Karena ketika seseorang mengalami kekecewaan terparah, marahpun tidak menghilangkan kekecewaan mereka.

"Bapak kan nikah sama dia supaya kebutuhan anak-anak Bapak terpenuhi. Calon istri Bapak bisa mencukupi kebutuhan untuk Anne operasi. Katanya mau melihat lagi, kan?" Laki-laki itu berkata tanpa rasa bersalah, mudah sekali mulutnya berbicara seakan tidak menyakiti hati Ibu.

"Anne gak mau operasi kalau uangnya dapat dengan cara seperti itu, Pak."

"Dengerin Bapak, nanti kalau Bapak sudah masuk ke perusahaannya dan jadi petinggi di sana, Bapak dapat gaji, dan dari gaji itulah Bapak akan menebus hutang Bapak, kami bisa bercerai nantinya. Bapak nggak akan jadi penipu. Bapak janji."

Aga tidak pernah suka dengan kata janji. Karena semua orang dapat berucap janji, tapi tidak semuanya mampu menepati.

"Arggh." Aga mengerang merasakan perih yang mendera di sekitar pelipisnya ketika kapas di tangan Jo menyentuh lapisan kulitnya yang lebam. Kulitnya membiru bekas tonjokan dari seseorang. Rasanya begitu nyeri ketika Jo sedikit menekannya.

"Lo kan udah janji sama gue bakal cerita apapun masalah lo."

"Kapan gue pernah janji begitu?" Aga menimbang-nimbang, tidak pernah sekalipun keluar dari mulutnya kata janji pada siapapun, apalagi Jo.

3726 MDPL [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang