✨Happy Reading✨
Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang mau memendam apapun sendirian. Tapi memberitahu orang lain artinya juga melibatkan orang itu. Siapapun tidak berhak terjerumus ke dalam suatu lubang kecuali dirinya yang merupakan sumber. Aga adalah pihak utama di sini. Karena itu, Aga lebih banyak diam pada Jo. Mereka tetap berkomunikasi seperti biasa, tanpa memedulikan acara Jo yang merajuk hanya karena kejadian beberapa hari yang lalu. Kata Aga, masih untung cuma digigit nyamuk, bukan buaya.
Aga menatap kakinya sebentar, kapan kakinya bisa terbebas dari perban dan leluasa beraktivitas lagi?
"Masih sakit tuh kaki?" Icha tiba-tiba masuk ke kontrakan Jo yang memang bisa diakses siapa saja, gadis itu mengambil duduk tepat di samping Aga lantas menyalakan api pada sebatang rokok di tangannya.
Aga mengangguk tanpa memperhatikan.
Kepulan asap itu membuat Aga sedikit memundurkan kepalanya. Siapa bilang kebanyakan laki-laki suka nyebat? Oh tidak dengan Aga. Meski kebanyakan kawan-kawannya di pecinta alam suka dengan benda yang terbuat dari tembakau itu, tapi pengecualian untuk Aga.
Aga berdecih. "Kurang-kurangin ngerokok. Lo tuh perempuan. Ya meskipun ngerokok gak harus dilihat dari jenis kelamin, tapi lo inget-inget kalau paru-paru lo lebih penting."
Icha tertawa kosong, "siap bos!" Katanya seraya memberi gerakan hormat. "Eh ngomong-ngomong lo ke sini sama siapa? Tuh vespa lo ada di depan. Gak mungkin kan kaki lo yang lemah dan terbalut perban ini sanggup mengendarai vespa?" Tanya Icha diselingi tawa yang khas di akhir kalimatnya.
"Sama Jo." Laki-laki itu menjawab singkat, sebelum matanya mulai tertuju pada ponsel di tangannya yang tiba-tiba bergetar tanda muncul pesan di sana.
Icha hanya membulatkan mulutnya. Tidak ada lagi pembahasan yang muncul di benaknya. Apa lagi yang bisa dia lakukan selalu beralih ke pantry, menyeduh kopi ABC hitam lantas menyeruputnya diselingi dengan hisapan rokok kedua hari ini. Sungguh kombinasi yang nikmat!
SHRUUHHHRRP!
"Ah, mantap!" Gumam Icha ketika menyeruput kopinya.
Di saat yang bersamaan Tedi dan Uus baru saja datang. Tedi meletakkan jaketnya ke sembarang arah, lantas berjalan ke tempat yang sama seperti Icha sebelumnya. Sepertinya yang datang ke kontrakan Jo ini, sembilan puluh sembilan persen suka menyeduh kopi dan nyebat, ya kecuali satu orang.
"Bagi, Cha." Hampir saja Uus berhasil menyahut secangkir kopi itu, tapi kecepatan tangan Icha lebih hebat dari dirinya.
"Bikin lah! Nyeduh kopi gak sesusah kuliah di jurusan lo ini. Jangan males!"
"Ah, WAE!?" Uus berlagak-lagak berbahasa korea dengan logat yang dibuat-buat.
Sungguh, Kenzie Gustavio alias Uus itu sangat dramatis, tapi siapa sangka mimik wajah yang sengaja diimut-imutkan itu justru berhasil membuat Aga tertawa kecil. Memang bukan apa-apa, kadang lucu sekaligus heran melihat tingkah Uus si mahasiswa teknik mesin.
KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL [Jung Jaehyun]
Romance[Part 7 ke atas sedang direvisi] Saat kalian membaca cerita ini, mungkin kalian akan membenci satu pihak. Tapi percayalah, tidak ada yang mudah ketika menjadi mereka. "Karena setiap perpisahan itu luka. Dan setiap luka butuh obatnya." "Selamat berke...