XII. Labirin

478 59 32
                                    

Holla. Gue balik lagi.. Udah tau bakal banyak yang jadi siders doang, sepi, gak mau vote apalagi komen. Tapi ya gak apa-apa, bisa update/ngelanjutin work aja udah jadi kebahagian tersendiri. Selamat membaca. Semoga hari senin kalian menyenangkan🌱

 Semoga hari senin kalian menyenangkan🌱

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Perjalanan turun dari puncak Ijen diisi dengan drama-drama kepanikan seluruh anggota. Semua berawal ketika Icha memanggil Aga yang terus berjalan sembari mengobrol dengan Jo dan Lucas. Gadis bongsor itu, yang tingginya hampir sebatas mata Aga, beberapa kali mengalihkan padangan sang ketua padanya. Tapi laki-laki itu masih sibuk berbicara. Dan entah kenapa, hari itu ia ingin betul-betul mengalihkan Aga.

"Ga, Aga! Sini deh gue mau ngomong sama lo?" Panggilnya lagi, setelah beberapa menit yang lalu Aga tidak menghiraukannya.

Aga spontan menoleh, meski ia terus mendengar celotehan Jo dan Lucas yang saling bersautan. "Penting? Lo butuh sesuatu?" Ia terus menatap Icha yang berjalan tidak terlalu jauh darinya, tapi tidak juga mendekat pada Icha.

Icha berdeham, menyilangkan kedua lengannya di bawah dada. "Ya penting lah! Kalau nggak penting, ngapain gue manggil lo?!" katanya sembari kembali mengibaskan tangannya beberapa kali dengan cepat.

Dan, ya, Aga tetap berjalan tapi mulai mendekat ke arah Icha tanpa menyadari ada batu di bawahnya.

KLEK

Sepertinya hari ini Aga memang betulan sial. Aga mendengar sekaligus melihatnya sendiri. Bagaimana insiden jatuhnya yang kalau ia akan ingat kembali, itu menjadi sebuah slow-mo yang begitu epik, sekaligus mengerikan.

Kakinya terkilir.

Icha dan anggota lain cukup terkejut ketika mendengar suara yang berasal dari pergelangan kaki Aga. Dan beberapa detik kemudian, Aga sudah dalam keadaan tergolek di atas tanah yang berkerikil itu, ekspresi wajahnya kesakitan, meski suaranya tertahan.

"Aga! Lo kenapa?! Eh, tolongin." Icha berteriak begitu mendapati Aga terjatuh. Betul. Ini memang epic. Tapi kalau Icha yang berada di posisi itu, mungkin ia sudah berteriak, menangis bahkan meraung dengan sangat kencang.

"Cepet cepet, jangan malah pada bengong!"

Semuanya sempat mematung sejenak, sebelum akhirnya Icha yang meminta tolong untuk kedua kalinya. Dan yang maju untuk pertama kalinya adalah Jo. Laki-laki jangkung itu nyaris mati ketakutan melihat kawannya tergeletak dengan kaki yang tertekuk.

Jalur pendakian dengan lebar tiga meter itu lantas menjadi saksi kecelakaan kecil yang dialami oleh Aga. Aga kelihatan tenang menghadapinya, tapi nada bicara Jo yang justru terdengar lebih panik.

"Rileks.. rileks.. kita udah minta bantuan kok sama yang di pos." Teguh berbicara dengan tenang, berpengalaman selama lima tahun di jalur pendakian dari yang mudah sampai yang tersulit membuat Teguh dapat menghadapi segala situasi dengan baik.

3726 MDPL [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang