✨Happy Reading✨Suara dentingan sendok yang ditabrakkan pada sebuah cangkir mengalihkan atensi Abian dari kopi hitam di hadapannya. Di saat sang ayah tengah kedatangan kakak dari sang ayah, Abian justru lebih memilih mengungsi ke bar kecil miliknya dan menyesap kopi panas itu ketimbang ikut bergabung bersama mereka.
"Well, gimana rasanya hidup dalam bayang-bayang orang lain?"
"Apaan sih Bang baru dateng pertanyaannya absurd."
"Kagak, bagi kopi dikit." Ujarnya bersamaan dengan bunyi cangkir yang terseret dari meja bar itu. Jo meminumnya tidak sabaran dan nyaris membuat lidahnya mati rasa. "Aduh, panas!"
Abian hanya menatap datar ketika Jo mengembalikan secangkir kopi miliknya yang bercampur dengan saliva Jo. Jo memuntahkannya kembali ke cangkir karena terlalu panas, membuat kopi yang seharusnya nikmat itu terkontaminasi zat-zat adiktif yang menjijikkan."Bang,"
Panggilan Abian pada Jo barusan tidak mengalihkan pandangan Jo, laki-laki itu sibuk dengan apa yang dia pikirkan sekarang.
"Bang--" Ucapnya terpotong begitu Jo menyumpal bibir Abian dengan telunjuknya.
"Stop! Gue tau lo mau ngomong apaan. Jangan minta maaf!" Lagaknya dramatis macam di film-film.
"Ngapain gue harus minta maaf?" Tanyanya heran. Sebab bukan itu yang hendak ia bicarakan. Ini tentang masalah lain. Abian sempat menggaruk kepalanya meski tidak gatal, selanjutnya ia hanya mengikuti langkah Jo yang bergerak mendekati area belakang yang nampak lebih gelap.
Jo duduk tenang di dekat sebuah pot, tatapannya seakan mengintimidasi tapi sialnya justru membuat orang yang melihatnya ingin tertawa karena raut wajahnya yang konyol. "Sekarang, silakan mengaku."
"Ngaku apa?"
"Perbuatan jahat lo."
"Yang mana?"
"Jadi banyak?" Jo kontan melotot. Sebab ia tidak berprasangka sebegitunya dan terkejut ketika pertanyaan itu dilontarkan seakan tidak bermasalah.
"Bang, ini kita ngomongin apaan sih?"
Jo menimbang-nimbang, meletakkan tangannya tepat di dagunya dan memiringkan kepalanya menghadap Abian. "Lo yang bikin temen gue bonyok ya?"
"Mending gue nonton Dora The Explorer daripada bonyokin anak orang, kayak gak ada kerjaan abis gue." Abian mendesis, sebab tidak ada alasan kuat untuk menuding dirinya seperti Jo barusan. Setelahnya Abian mengerutkan kening sebentar, tidak sadar Jo sedang memperhatikannya secara intens. Hawanya memang terasa tidak enak.
"Hm, jangan salah. Biasanya, penjahat yang handal tidak perlu mengotori tangannya sendiri untuk menghancurkan musuhnya. Bisa jadi lo punya suruhan, kan? Temen-temen lo misalnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL [Jung Jaehyun]
Romans[Part 7 ke atas sedang direvisi] Saat kalian membaca cerita ini, mungkin kalian akan membenci satu pihak. Tapi percayalah, tidak ada yang mudah ketika menjadi mereka. "Karena setiap perpisahan itu luka. Dan setiap luka butuh obatnya." "Selamat berke...