IV. Haruskah meragu?

1K 92 22
                                    

✨Happy Reading✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Reading

Empat hari selepas DIKSAR dilaksanakan, kini Aruna tahu bagaimana beratnya jadi anak alam. Apalagi selama kegiatan itu berlangsung, hidupnya tiba-tiba dibuat tidak tenang. Harus tidur di bivak, melawan dinginnya angin yang berhembus menembus kulit tubuh. Latihan fisik tidak ada hentinya dan parahnya Aruna harus rela kakinya basah sampai berkeriput nyaris membusuk karena terus terkena air.

Ah, belum lagi, selama DIKSAR, aura menyeramkan Aga lagi-lagi terlihat. Harusnya terkesan tegas dan berwibawa, tapi bagi Aruna melihat Aga dengan sisi galaknya adalah sesuatu yang menakutkan, mengingatkan apa yang pernah ia dapatkan dulu.

Pantas saja Abian selalu melarangnya.

Tapi jujur, Aga ketua yang baik. Dia terbaik hanya dengan memastikan anggotanya baik-baik saja atau tidak, memberi saran-saran yang baik kepada juniornya atau bahkan hanya dengan menanyakan apa persediaan airnya habis agar tenggorokan Aruna tidak kering keronta dan dehidrasi. Entah ini bisa disebut pilih kasih atau tidak, yang jelas sikap perhatian itu justru tertutup oleh sikap galaknya ketika ada anggota lain.

"Gak usah dilihatin mulu kali Na, tuh chat gak bakal berubah statusnya cuma karena lo pandangin mulu. Siapa tau gak di bales soalnya dia mau nemuin lo langsung?"

Aruna menegakkan badannya, bukan karena apa yang dikatakan oleh Yuki, melainkan mencari Abian. Laki-laki itu sedang berjalan sembari membawa satu nampan dengan dua mangkuk bakso di atasnya.

"Nih, makan dulu." Abian meletakkan dua mangkuk bakso dan meraih botol saus, sambal dan kecap, "mau pakai saus sama kecap gak?"

Dengan cepat Aruna menggelengkan kepalanya, kemudian meraih garpu dan sendok di hadapannya.

"So sweetnyaaa. Gue mau dong Bian." Ucap Yuki centil.

"Tuang sendiri ya cantik.." kata Bian sembari meletakkan kembali botol itu di atas meja.

Sementara perhatian mahasiswa-mahasiswa yang sedang berada di sana tertuju pada laki-laki dengan kemeja cokelat, seluruh kancing kemejanya dibiarkan terbuka memperlihatkan kaus putih yang dia pakai.

Riuhnya nyaris seperti kedatangan aktor korea. Apa Song Kang datang kemari? Ah tidak, itu Aga. Hampir semua mahasiswa yang berada di kantin menyalurkan bisik-bisik manja atas ketampanan ketua mapala itu. Sayangnya, ada satu hal yang mematahkan mereka.

"Aruna, bisa bicara berdua gak? Sekarang." Ucapnya tanpa basa-basi.

"Ada apa ya senior ganteng?" bukannya Aruna yang bereaksi, tapi Yuki. Gadis itu bahkan tahu kedatangan Aga sejak laki-laki itu nampak berjalan dari kejauhan.

"Lo Aruna bukan?"

Dinginnya mengalahkan kutub utara, pikir Yuki. "Ya lo juga tau kali kak Aruna tuh yang mana. Hehehe."

3726 MDPL [Jung Jaehyun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang