✨Happy Reading✨
Malam ini Aruna dan Yuki tengah berada di ruangan yang sama. Lebih tepatnya Yuki mendatangi rumah Aruna secara tiba-tiba setelah anak-anak menggembor-gemborkan bahwa yang menyebarkan video itu adalah Yuki.
Biasanya, Yuki selalu berbicara dengan lantang sesuai dengan julukannya si cewek cempreng, jarang Yuki terlihat tidak percaya diri. Tapi saat ini ia tengah diam menunduk setelah menjelaskan lirih pada Aruna.
"Gue enggak maksud buat bikin lo takut lagi kok, Aruna."
"Tapi lo dapet rekaman itu dari mana, Yuki? Sedangkan kita aja baru kenal waktu kuliah ini." Aruna tak habis pikir, sejenak ia mengebuskan napasnya dan perlahan meminum air putih di atas meja.
"Gue.. gue dapet itu da—" ucapnya terpotong.
BRAK!
Pintu rumah itu terbanting dengan kencang membuat Aruna dan Yuki terlonjak secara bersamaan. Laki-laki di balik pintu itu kelihatan murka, wajahnya memerah padam dan tangannya mengepal. Sebelum melangkah lebih jauh, laki-laki itu melirik sepintas Yuki yang berada di samping Aruna dan kembali pada objek pertamanya, Aruna.
Aruna berusaha meneguk salivanya ketika laki-laki itu bergerak maju dengan tatapan yang tak biasa. Semakin laki-laki itu mendekat, Aruna semakin menunduk takut. Sebab tidak pernah terpikirkan kedatangan laki-laki itu seperti sekarang.
"Aga," katanya lirih, lantas Aruna menoleh pada Yuki tapi gadis itu sedikit mundur. Aruna melihat Aga menyeringai, seperti menyalurkan kemarahannya melalui raut wajahnya.
"Senior ganteng?" Yuki bergumam, tepat setelah Aruna memanggilnya.
"Kebetulan, dua-duanya ada di sini."
"Wah, gil—" Ucap Yuki terpotong.
"Yuki," Aruna menginterupsi agar Yuki diam, dan beberapa saat setelahnya dia mengangguk mengerti apa yang dimaksud Aruna, gadis itu terdiam.
Merasakan darahnya berdesir, Yuki berniat pamit. "Gue balik duluan ya," ia gagal membalikkan badan ketika Aruna mencekal tangannya, berdiam sebentar sebelum kembali menoleh pada Aruna.
Yuki termenung, tapi sedetik kemudian ia melihat Aruna sudah tergeletak di bawah dan pipinya memerah karena sebuah tamparan.
"Aruna, bangun, Na."
"Diem."
SREEETTT!
Dengan mudah tubuh Yuki diseret pada pilar besar di belakang ruang tamu itu, betisnya terasa panas karena bergesekan dengan ujung-ujung lantai sebab ia memakai celana selutut, mungkin sekarang kakinya sedikit lecet.
"Jangan," pinta Yuki ketika tangannya ditarik ke belakang hendak diikatkan pada pilar itu, tapi seseorang di hadapannya tidak menggubrisnya. Alhasil, kini tubuhnya sudah menempel dengan pilar dan tangannya diikat ke belakang, tapi Yuki sama sekali tidak berniat berteriak apalagi melepaskan diri. Yuki hanya terus menatap pada Aruna.
KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL [Jung Jaehyun]
Romance[Part 7 ke atas sedang direvisi] Saat kalian membaca cerita ini, mungkin kalian akan membenci satu pihak. Tapi percayalah, tidak ada yang mudah ketika menjadi mereka. "Karena setiap perpisahan itu luka. Dan setiap luka butuh obatnya." "Selamat berke...