Sekedar mengingatkan, vote dan komen adalah bagian dari menghargai karya seseorang. Tararengkyuuu
✨Happy Reading✨
"Aruna berangkat sama gue."
"Enak aja. Ya sama gue lah." Jawaban yang dilontarkan oleh Abian Daniswara tidak kalah dinginnya dari kalimat yang keluar dari bibir Jeffryaga Abimana.
Abian menompa tubuhnya pada kap mobil menggunakan sebelah tangannya. Ini bukan kali pertama Abian berhadapan seperti ini dengan Aga. Seperti sebelum-sebelumnya, Abian masih menatap Aga penuh dengan ketidaksukaan. Bahkan kalau bisa, ia ingin membawa Aruna pergi jauh-jauh dari laki-laki itu di hadapannya.Tapi sayangnya, sejauh apapun ia membawa Aruna langkah kakinya justru akan kembali lagi.
Bagi Abian, Aga itu seperti duri pada setangkai bunga mawar. Sedangkan Aruna secara tidak sadar terus memilih untuk menggenggamnya.
Sama halnya seperti cahaya matahari yang kelihatan semakin tegas. Abian terlihat sangat yakin bahwa yang dilakukan demi kebaikan Aruna. Ia merasa bertanggung jawab atas Aruna saat ini. Bahwa setiap jalan yang dipilih Aruna, maka Abian ikut berjalan di belakangnya, bahkan jika Aruna jatuh, mungkin dirinya yang akan lebih dulu terjatuh karen berusaha menangkap Aruna.
"Mundur." Singkat Abian saat menatap halaman yang kosong, menanti dengan harap-harap cemas bahwa ia yang akan di pilih, setidaknya untuk hari ini.
"Diem, lo bukan kang parkir."
Di tempat yang sama, pagi hari yang seharusnya tenang, Nathan justru harus rela menjalani pagi ini dengan mengikuti arahan bocah tengik si Janu. Yang seharusnya pagi ini ia berencana pergi ke PIK untuk bersepeda, atau paling tidak meski berakhir goleran di rumah, ia bisa sembari melakukan editing pada gambar-gambar yang ia ambil saat pergi ke Kota Tua beberapa hari yang lalu.
Begitu juga dengan Juna, agenda mencuci boneka moomin yang semalam tidak sengaja ketumpahan indomie kari ayam harus ia tinggalkan hanya karena Janu yang tiba-tiba menyeretnya menuju mobil pagi ini.
"Ayo! Cepetan adu jotos lah sekalian!"
"Kita ngapain sih di sini? Malah ngelihatin orang lagi perang dingin!" Juna sudah berkacak pinggang sedari tadi. Geleng-geleng kepala saja sudah tidak mampu menggambarkan keheranannya dengan kelakuan saudaranya.
"Sabaaarr! Gue tuh cuma--"
"Cuma apa? Cuma kepo?"
Nathan mendesah merasa jengah dengan kelakuan dua kawannya, dan sayangnya dia justru ikut andil dalam aksi konyol kawan-kawannya untuk mengikuti ke mana perginya Abian. "Kita nggak ada kerjaan lain apa selain ngikutin Abian diem-diem kayak gini?"
Lantas Janu terdiam, kelihatan sedang berpikir. "Enggak. Gue gak ada kerjaan lain kayaknya, alias gue gabut." Dengan lagaknya yang sontoloyo, ia terus menatap ke depan seakan sedang menonton drama layar tancap, seraya terus menyendok es podeng pada gelas plastik di tangannya. Beberapa orang tidak percaya jika mereka sudah memasuki usia remaja menuju dewasa. Ingat-ingat, mereka mahasiswa sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
3726 MDPL [Jung Jaehyun]
Romance[Part 7 ke atas sedang direvisi] Saat kalian membaca cerita ini, mungkin kalian akan membenci satu pihak. Tapi percayalah, tidak ada yang mudah ketika menjadi mereka. "Karena setiap perpisahan itu luka. Dan setiap luka butuh obatnya." "Selamat berke...