Dokter muda ini menatapnya jengah, sedang sang empu membalas tatapan itu dengan manik bulat yang terlampau tenang.
"Mau sampai kapan?"
"Sampai aku tak bisa bertahan" yang lebih tua memberi keterangan riwayat diatas kertas lebar.
"Kau sadar kalau ini sudah diluar batas?" namja yang terduduk tenang itu mengangguk.
"Tapi aku masih bisa menahannya" Seokjin, dokter muda yang telah mengawasi kesehatan seorang pemuda manis dihadapannya. Sudah dianggap seperti adik sendiri, jadi ia sendiri yang turun tangan menangani perawatan dari seorang Kim Jungkook. Matanya kembali menyayu. Ia tahu Jungkook kuat terbukti sampai saat ini anak itu masih bisa berjalan kesana kemari, namun tidak dengan tubuhnya yang kian waktu menjadi menurun.
"Kookie– hyung mohon.." lirihnya.
"Berikan aku takar tambahan saja hyung. Aku janji, jika sudah tak bisa menahannya aku akan melakukannya" tawarnya. Seokjin memijat pelipisnya, baru kali ini seorang pasien yang mengatur kesehatan nya sendiri.
"Kenapa tidak kau saja mengurus diri sendiri, tak usah repot datang kesini jika kau tak mau diatur!"
"Aishhh.. hyung jahat sekali~" berakting memegang dada kirinya seakan tertembak ribuan panah menyakitkan. Seokjin menghela nafas berat.
"Baiklah– untuk kali ini" sambil menunjuk peringatan dengan jari acungnya. Jungkook mengangguk mantap dan menyengir tanpa berdosa, tak tahu saja jika kelakuannya membuat seseorang senam jantung.
.
.
.Setelah kejadian dirinya yang merusak tugas Taehyung. Ia tak pernah melihat Taehyung dirumahnya, ingat? hanya dirumah. Masih bertemu tentunya jika di sekolah, itu pun jika bertemu keduanya saling acuh. Jungkook tau hyungnya itu pasti menginap di salah satu temannya, ia tak akan ambil pusing. Mulai saat itu ia tak akan terlalu mengalah, menahan sakit yang di deritanya sudah cukup terlampau merepotkan. Ia akan bersikap sewajarnya saja. Menertawakan dirinya kala mengingat kalimat Taehyung yang ingin dirinya cepat mati, astaga rasanya sakit sekali.
Tak terasa dirinya sampai di depan gerbang mansion Kim, melihat motor Taehyung yang terparkir apik.
'Apa Tae-hyung di dalam?'
Melanjutkan untuk membuka pintu, mendapati ruangan yang teramat sepi. Dirinya heran tentunya. Setelah kedua orang tuanya pergi, mengapa para maid juga ikutan menghilang?
Melangkah kedapur untuk menyimpan makanan malamnya, untungnya dirinya membeli porsi lebih berjaga-jaga jika hyungnya pulang.
"Wah wah.. kau pulang malam sekali~" Jungkook melihat atensi pemuda jangkung yang bersedekap dada di tangga menuju kamarnya. Melanjutkan aktivitas meletakkan barang bawaannya, menata serapih mungkin karena ia berniat membersihkan dirinya terlebih dahulu.
Sedangkan Taehyung yang diacuhkan merasa jengkel, namun ekspresi wajahnya masih setenang mungkin. Jungkook melangkah dari sana untuk pergi kedalam kamarnya. Berpapasan dengan Taehyung pun ia hanya melirik dan melanjutkan langkahnya.
"Kau berani mengacuhkanku?" Jungkook menulikan pendengarannya, lalu masuk kedalam kamarnya. Taehyung menyusul, berjalan cepat dan membuka pintu kamar sang adik. Terlihat Jungkook yang sedang membuka hoodie hitamnya,
"Akan aku adukan kau. Ternyata anak kesayangannya lebih buruk dariku" ancamnya. Jungkook menoleh, menggantung hoodienya dan memandang Taehyung.
"Apa maumu?" Taehyung mengernyit. Ada yg berubah dari namja di hadapannya inu.
"Kau mati" entengnya.
"Kalau begitu, tunggu sebentar lagi" melenggang pergi memasuki kamar mandinya. Taehyung menatap tak suka. Apa katanya tadi? Sebentar lagi huh?
KAMU SEDANG MEMBACA
My hyung or ?
Random"Eomma! Apa hyungku sangat keren? Apa dia bisa melindungiku seperti hyung hyung yang lain? Aku tak sabar untuk bertemu eomma!" . . "Hyung.. aku tak apa kau tak menyukai ku. Tapi aku takkan menyerah untuk mendekatimu, dan merasakan bagaimana senangny...