Iris hitam itu memandang air yang mengalir tenang. Angin malam menusuk masuk pada kulit putih lembut meski dirinya sudah memakai baju hangat dan tebal dengan longcoat coklat yang dipakainya cukup untuk menyembunyikan tubuh sempitnya.
Tertawa miris ketika mengingat kehidupannya sekarang. Ah tidak, mungkin ini terlebih tambahan beban dihidupnya. Maniknya menangkap kembali tulisan-tulisan kertas putih yang berada digenggamannya. Pikiran yang rumit untuk memutuskan apa yang terbaik buat kedepannya.
Deringan ponsel pun berbunyi, namja bermanik bulat itu mengangkat telepon dengan penglihatannya yang tak luput dari surat yang di pegangnya.
"Halo?"
'Kookie kau dimana?! Aku sudah menunggumu setengah jam disini!' namja manis itu terkekeh kala mendengar pria diseberang teleponnya yang menanyakan keberadaannya. Ia bisa tebak jika saat ini dokter muda itu wajahnya sungguh memerah.
"Aku sedang dijalan, lima belas menit aku akan sampai" balasnya. Dokter muda itu menyuruhnya lagi untuk segera ke rumah sakit, Jungkook tentu saja mengiyakan.
Sambungan pun berakhir. Jungkook beranjak dan memasukkan kembali surat itu kedalam amplop coklatnya. Melangkah menjauh dari area Sungai Han untuk segera sampai kerumah sakit.
.
.
."Aku sungguh memberinya uang sesuai yang diberi Appa!" elaknya. Wajah frustasi ia tampilkan kala sang ayah yg menuduhnya tak memberi uang saku yg cukup untuk sang adik.
'Tapi dia meminta lebih Taehyung, karena itu appa bertanya padamu' pria pemilik bermata hazel itu menarik nafas jengah.
"Kenapa tak tanyakan langsung saja pada orangnya?" menurunkan nada bicaranya, ia lelah terus-terusan memikirkan hal seperti ini.
'Ponselnya tak aktif. Beri saja ponselmu pada Jungkook, biar Appa bertanya' Taehyung kembali melirik pintu yang tertutup rapat di seberang pintu kamarnya.
"Sepertinya dia tidak ada, kamarnya sangat sunyi" Taehyung mendengar nada kekhawatiran dari yeoja diseberang teleponnya.
'Apa Jungkook memberitahumu dia pergi kemana?'
"Tidak. Mungkin itu sifat aslinya yang suka berkeluyuran malam-malam" remehnya menarik tipis sudut bibirnya.
'Dia tak se-nakal itu Tae.. Baiklah, lusa Eomma dan Appa akan kembali untuk mengurus barang yang tertinggal. Sepertinya Appa akan lebih lama disini' manik tajam itu memandang datar ponselnya.
'Terserah" mematikan sepihak lalu meletakkan kasar di atas nakas.
"Cih! Apa peduliku? Belum dan sesudah nikah pun dia sama saja hanya memikirkan pekerjaanya-"
Jam yang sudah menunjukkan pukul 8 malam. Dirinya beranjak turun sekedar mengisi perut yang sedari tadi berbunyi. Melihat diatas meja makan yang tersedia banyak makanan.
"Apa dia memasak ini semua?" bingungnya. Tak ambil pusing, ia pun memakan makan malamnya. Mengabaikan perasaan aneh yang sedari tadi berada di pikirannya. Entahlah, mungkit ia terlalu memikirkan perkataan ayahnya.
---
"Akhirnya kau mau juga!" senyum bahagia dokter muda dihadapannya membuat dirinya turut merasakannya. Memerhatikan namja manis nan tampan itu dengan berkas-berkas pasien yang lainnya.
"Kapan aku akan memulainya?" tanyanya. Seokjin, selaku dokter yang mengurus dirinya itu kembali memandang dirinya dengan senyum lebar.
"Kau bisa melakukannya besok Kookie.. Pulang sekolah segera kesini, aku akan mempersiapkannya" jelasnya dan mendapat anggukan paham dari yang lebih muda.
KAMU SEDANG MEMBACA
My hyung or ?
Aléatoire"Eomma! Apa hyungku sangat keren? Apa dia bisa melindungiku seperti hyung hyung yang lain? Aku tak sabar untuk bertemu eomma!" . . "Hyung.. aku tak apa kau tak menyukai ku. Tapi aku takkan menyerah untuk mendekatimu, dan merasakan bagaimana senangny...