"Appa! Kau bercanda?! Kau tahu Eomma baru saja pergi, dan apa maksud ini semua?!". Suara lantang itu memenuhi seisi mansion besar di ruangan yang tersaji makanan diatas meja. Seorang namja berumur sekitar 18 tahun itu terus menatap kearah seorang namja paruh baya yang terduduk di sebrang si penanya dengan berekspresi menuntut penjelasan.
"Appa tahu, Appa hanya ingin menghidupkan suasana seperti dulu lagi. Kau tahu sendiri, Eomma-mu dulu sibuk berbisnis di butik nya hingga lupa kesehatan nya sendiri. Appa berjanji kali ini akan membuat keluarga kita menjadi lebih hidup". Senyuman tipis namja paruh baya itu pun muncul ketika menatap putranya. Ia ingin meyakinkan anak semata wayangnya yang terus menuntut tindakan dirinya.
"Ck Appa kira menghadirkan orang asing akan memperbaiki suasana tempat ini? Asal appa tahu, aku memang sudah terbiasa dengan keadaan ini. Mau kau ada atau tidak pun disini, itu tak akan mengubah suasana seperti yang kau inginkan Tuan Kim!"
Brakk
Gebrakan sendok dan piring terdengar begitu nyaring, meranjat pergi menjauh ke pintu utama mansion meninggalkan Sang Ayah yang menatap punggung nanar pemuda Kim, menunduk memijat pelipisnya sambil menghela nafas.
At School
Suara bel memenuhi seisi sekolah, mengakibatkan para murid harus untuk segera memasuki kelas nya masing-masing. Sekolah yang terkenal dengan kualitas dan kuantitasnya, murid berprestasi dan murid yang memiliki lebih kebutuhan ekonomi-nya. Bighit Bangtan's Army School, salah satu sekolah berlokasi di Seoul terpilih menjadi sekolah yang banyak menampung anak calon penerus Perusahaan atau pun pendiri Perusahaan.
Keadaan kelas 11-2 memang selalu ricuh. Apa lagi kehadiran Prince School yang duduk di pojok kelas menghadap jendela dengan memakai earphone. Disampingnya sahabatnya yang memang selalu di dekatnya.
"Yakkk Alien! Kau tuli?! Bel sudah berbunyi!". Sarkas namja imut berpipi bulat sambil menarik earphone dari telinga yang berkulit tan.
"Aishhh Bantet! Kau tinggal menepuk pundak ku!" Timpal nya dengan tak kalah sarkas.
"Mwo?! Kau tahu? Pipi bantet-ku menghasil-kan coklat kotak di sini!" Tunjuknya ke perut ratanya.
Yang berkulit tan hanya mendengus kesal, ia berpikir mengapa memiliki sahabat yang kelewat cerewet. Sedangkan dirinya melihat hidup seseorang aja tak minat.
Tak lama datang lah seorang ssaem memasuki kelas. Kelas yang ribut pun mendadak hening dan sepi. Tak terkecuali dua namja yang sedari tadi berbeo. Jam pelajaran pun dimulai dengan keheningan hingga bel jam makan pun berbunyi.
Di lain tempat...
"Eomma?". Panggilan lembut dari namja imut dengan mata berbinar nya sambil sedikit mengintip di pintu dapur.
"Eoh kookie? Masih letih hm?". Gelengan di dapatnya, Nyonya Jeon pun menghampiri nya lalu mengusak pelan rambut nya. Yang di usak hanya menampilkan gigi kelinci nya dengan gemas.
"Aigoo~ Eomma ragu kau berumur 16 tahun kheukheu~" Sang atensi hanya mencebikkan bibirnya, melenggang duduk di kursi makan.
"Eomma, apakah kita jadi pindah malam ini?" Tanyanya kepada sang Eomma.
"Kookie sudah tak sabar bertemu dengan Hyung juga Appa, eoh?" Anggukan antusias di dapat sang Ibu. Mata binar yang tak pernah redup, senyum yang selalu menghiasi wajah gemas dan imutnya. Namja yang berhati makaikat ini benar-benar tampan dan cantik secara bersamaan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My hyung or ?
Random"Eomma! Apa hyungku sangat keren? Apa dia bisa melindungiku seperti hyung hyung yang lain? Aku tak sabar untuk bertemu eomma!" . . "Hyung.. aku tak apa kau tak menyukai ku. Tapi aku takkan menyerah untuk mendekatimu, dan merasakan bagaimana senangny...