Manik bulat itu perlahan terbuka, mengerjap pelan seraya mencoba menerima cahaya yang masuk dari luar jendela.
Dirasa pinggang yang begitu berat, namja manis itu menoleh kebelakang memastikan siapa yang melingkarkan lengannya pada perutnya.
Wajah tegas dengan manik yang berbulu lentik, Jungkook tak mungkin tidak tahu siapa pria yang dibelakang nya yang sedang tertidur nyaman. Tidak, ia tak berniat membangunkan. Biarlah seperti ini dulu hingga Taehyung tersadar sendiri.
Mengingat kejadian semalam, Jungkook memang orang yang ceroboh untuk terlalu percaya pada orang yang baru dikenalnya. Niat pergi ke taman dibelakang tempat pesta dimulai, justru Jacksom membekapnya dan membawa dirinya kedalam mobil.
Memberontak pun percuma, Jackson dibantu oleh beberapa orang berbadan besar yang memegangi seluruh badannya.
Jika saja Taehyung tak datang, jika saja saat itu ia nekad pergi sendiri tanpa Mingyu. Mungkin ia tak mungkin berakhir disini, mungkin dirinya tak akan bertemu lagi dengan orang-orang yang menyanginya. Bukankah dia egois?
Cairan bening itu terlihat menerobos keluar dari ekor matanya, bisakah ia berharap untuk mampu menghentikan waktu? Demi Tuhan, waktu sedang mempermainkannya sekarang.
"Mianhae.." cicitnya menenggelamkan wajahnya pada dada bidang pria dominan sesudah dirinya berbalik menghadap yang lebih tua.
Yang tertidur pun merasa terusik, menyusul membuka matanya kala merasakan getaran kecil dan sedikit basah pada bagian dadanya.
"Kau sudah bangun bunny?" suara berat khas bangun tidur itu terdengar. Menyapu manja rambut yang lebih muda sekedar menenangkan, ia sadar adiknya sedang menangis.
"Lupakan kejadian malam, sekarang kau aman bersamaku." ikut mendekap kembali menenggelamkan namja manis dipelukannya, memejamkan matanya seakan mengingat kenangan dirinya dulu yang sangat buruk pada adiknya kini.
Hening yang mengisi lama, hingga Jungkook memutuskan untuk bangun dan menyenderkan badannya pada dashboard ranjang. Yang lebih tua ikut membenarkan posisinya menjadi menyamping, sambil menumpu kepalanya dengan lengan satunya.
"Mianhae hyung.." sang dominan terdiam, membiarkan namja manis di depannya yang menunduk untuk berkesempatan berbicara panjang padanya.
"A-aku melibatkanmu pada masalah yang sangat berbahaya. Aku sungguh minta maaf." Taehyung tersenyum, begitu akhirnya? Apa adiknya ini sudah menyerah?
"Kau tahu jika aku sangat kasar padamu, tapi— mengapa kau masih menolongku?" pria berkulit gelap itu mengernyit tak suka dengan kalimat yang dilontarkan namja manis ini.
"Mengapa kau bertanya seperti itu?" Jungkook menatap manik tajam pria bersurai mullet, rambut yang sedikit ikal benar-benar menambah kesan manly.
"Kau adikku, dan aku harus tetap melindungimu." senyum miris ia tampilkan, sudah dibilang bukan? Bahwa Jungkook benar-benar sensitif dengan sebutan tadi.
"Apa semalam juga termasuk perbuatan wajar kakak kepada adik?" pria dominan itu terkejut, namun tetap menahan wajahnya agar terlihat lebih tenang.
Membenarkan posisinya kembali menjadi ikut menyandar pada dashboard, menghadap sang adik yang kini kembali menundukkan wajahnya.
"Maaf tentang semalam. Aku terlalu bingung untuk melakukan apa ketika kau tersadar dan mengatakan panas pada seluruh tubuhmu. Aku pun sama marah ketika tahu bahwa kau sudah di cekok obat perangsang berdosis tinggi." menghela nafasnya, ia kembali melanjutkan sambil menggenggam jari yang kini terlihat basah.
"Aku juga minta maaf, Jungkook. Untuk yang kesekian kalinya. Meski kau tak mengingat sebelumnya aku pernah meminta maaf seperti ini." miris, Taehyung benar-benar sakit ketika harus mengetahui bahwa adiknya melupakannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/237417579-288-k304973.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My hyung or ?
Random"Eomma! Apa hyungku sangat keren? Apa dia bisa melindungiku seperti hyung hyung yang lain? Aku tak sabar untuk bertemu eomma!" . . "Hyung.. aku tak apa kau tak menyukai ku. Tapi aku takkan menyerah untuk mendekatimu, dan merasakan bagaimana senangny...