Chapter 17

131 13 4
                                    

"H-hyung? A–apa yang—"

Srakk

"Kau bisa membaca itu sendiri." dinginnya.

Manik bulat itu beralih menatap map coklat di meja depannya, meraihnya untuk membuka dan membacanya perlahan wajah yang terkejut itu ditampilkan dan kembali menatap takut pada namja di depannya.

"Ini bukti yang lain" Taehyung menyodorkan ponselnya untuk menekan playlist rekaman.

Jungkook mematung, mendengar semua percakapan dirinya dengan Bambam. Tentang bagaimana dirinya berbohong dan berakting akan ingatan yang lupa.

"Ku kira kau tak semunafik itu Jung, kau benar-benar– hahhh..."

"Hyung tidak– aku tak bermaksud—"

"Tak bermaksud? Kau membohongiku selama itu!" sentaknya rendah. Wajah yang datar terkesan menahan amarah.

"Kau tak tahu aku harus berbulak-balik  ke rumah sakit karena memastikan kondisimu, menyangkal semua perkataan Seokjin hyung karena aku mempercayaimu, bahkan hatiku beribu-ribu sakit ketika kau semakin jauh dan terus berpura-pura. Kau tak mengerti Jung–"

"Aku melawan egoku agar tak terlalu jatuh dalam dirimu, karena aku pun sama mencintaimu, Kim Jungkook–"

Jungkook terkejut kala melihat cairan bening itu turun dari rahang tegas milik si pria Kim. Dalam hidupnya, untuk kali ini ia melihat Taehyung yang serapuh ini. Bahkan di pemakaman ayahnya, Taehyung tak menangis.

"Sekarang aku mengerti tujuanmu, kau ingin melupakanku kan? Aku akan mengabulkannya–" Jungkook menggeleng ribut.

"H-hyung jangan–"

"Apa? Belum cukupkah ini? Kau tak tahu rasanya hidup dilingkupi rasa bersalah–"

"Maaf— maafkan aku, hyung–" Jungkook terisak, bukan seperti ini maksudnya. Dirinya hanya belum siap dengan jawaban namja di depannya, mendengar percakapan sang kakak dengan kekasihnya tempo hari membuatnya berkesimpulan bahwa sudah jelas Taehyung tak mencintainya.

"Aku muak denganmu–"

.
.
.

Setelah kejadian tak terduga itu, Taehyung kembali bersikap dingin pada adiknya. Berbicara seperlunya dan kembali seperti awal.

Jungkook sering mengajaknya berbicara meski tak digubris, bahkan namja manis itu hanya menerima lirikan yang sudah menonjolkan rasa tak suka dari yang lebih tua.

"Hyung? Apa kau akan menjemputku nanti?"

"Aku sibuk, kau di jemput supir seperti biasa."

"Tapi hyung–"

"Berhenti kekanak-kanakan Jungkook, kau sudah dewasa" Taehyung beranjak dari meja makan dan pergi kedalam mobilnya. Jungkook hanya menatap sendu mobil yang kini pergi keluar kawasan mansionnya.

Malam pun tak jauh berbeda dari pagi hari, Jungkook terus berusaha meraih atensi yang lebih tua.

"Hyung? Aku akan pergi keluar untuk menemui teman-temanku–"

"Keluarlah, jangan terlalu larut."

"Kau tak mengkhawatirkanku?"

"Kau bisa menjaga diri sendiri, jauhi yang tak penting dan pulang jika acara selesai." Jungkook yang mendengarnya pun tersenyum miris dan melenggang pergi.

Hingga berbulan-bulan lamanya, keduanya menyiksa dirinya masing-masing. Taehyung yang mulai menjauh dan Jungkook yang terus berusaha mencuri atensi si dominan.

My hyung or ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang