•8•

58 22 14
                                    

Daren dan Aska hendak melontarkan protes saat Ersa membohongi Reizo saat di UKS tadi. Cowok itu bilang bahwa Erlang memanggil bos karena bercanda— tentu saja keduanya kesal. Tetapi keduanya tidak jadi protes saat melihat anak Omorfos lainnya yang saling memandang satu sama lain. Daren sengaja memangil ke-enam anak Omorfos, kecuali Reizo.

"Lo pada gimana sih? Harusnya Rei tadi dikasih tahu aja, soal dia amnesia, bukannya lo pada malah ikut-ikutan nyembunyiin kayak gini." Daren menyuarakan pendapatnya saat para anak Omorfos sudah duduk setelah menarik kursinya masing-masing. Mereka berada di markas yang sudah di dirikan satu tahun yang lalu.

Di meja ada beberapa camilan ringan dan minuman soda yang Miza bawa, tadi sepulang sekolah dia sempat mampir di supermarket untuk membelinya. Perasaannya campur aduk, merasa tidak enak dengan perkumpulan hari ini. Dia takut jika para anak Omorfos berantem—seperti Rei dan Daren beberapa jam yang lalu, meski Daren dulu yang memulainya karena salah paham.

"Gini bro, kita nyembunyiin ini juga terpaksa. Lo tadi denger sendiri kan? Rei bahkan nggak inget kenapa dia di panggil bos oleh Erlang—" Ersa membuka suaranya.

"Dari pada dia tambah marah, bukannya kita ikutin aja permainannya ya?" Kevin menyelutuk.

"Dengan cara kita ngasih tau dia, nggak menutup kemungkinan bahwa Rei akan ingat lagi pada kita." Dika ikut menyuarakan pendapatnya.

Erlang terkekeh. "Semua butuh proses, nggak ada yang instan. Bilang hari ini terus dia langsung ingat? Lelucon macam apa itu?"

"Lo bilang gitu karena lo mikirin perasaan Zeyya kan? Udah lah bro, santai aja. Bahkan saat Zeyya pacaran sama sahabat lo sendiri, dia juga nggak pernah merasa bersalah sama lo tuh? Mungkin ini yang di namakan karma, dengan Rei amnesia, Zeyya bisa ngerasain apa yang lo rasain selama ini—"

Damn! Perkataan Dika barusan berhasil membuat emosi Daren memuncak. Dia tidak suka jika pujaan hatinya di bawa-bawa seperti barusan. Dia terlalu cinta dengan cewek itu hingga dia mengabaikan rasa sakitnya saat pujaan hatinya berbahagia dengan cowok lain yaitu sahabatnya sendiri.

Situasinya memang menyakitkan, tetapi Daren bukanlah tipikal orang yang pemaksa, dia membiarkan pujaan hatinya bersama orang lain, asalkan dia bahagia. Itu saja sudah cukup baginya. Dia kehilangan kendali dan langsung menarik kerah seragam Dika, hingga cowok itu mau tidak mau harus bangun.

"NGOMONG APA LO BARUSAN? GUE YANG DISAKITIN SAMA DIA, TAPI KENAPA LO YANG NGGAK TERIMA?!"

Daren mudah sekali terpancing emosi ketika pujaan hatinya di omongin seperti barusan. Terdengar sangat menyakitkan, tetapi dia juga tidak bisa mengontrol dirinya sendiri ketika tersulut emosi. Para sahabatnya boleh saja menyalahkannya, namun jangan sesekali mereka menyalahkan pujaan hatinya.

"LO KENAPA JADI BAWA-BAWA PUJAAN HATI GUE? LO BOLEH AJA NYALAHIN GUE, TAPI JANGAN SESEKALI LO NYALAHIN ZEYYA!"

Dika hanya terdiam saja tanpa berniat melawan. Dia tidak menyalahkan Zeyya sama sekali, dia bahkan berniat baik untuk menyadarkan Daren yang sudah buta akan cinta. Dia sebenarnya merasa kasihan dengan cowok itu yang terus menerus menahan perasaannya, Daren bahkan tidak berniat mencari cewek lain lagi, sebenarnya banyak yang suka dia, tetapi dia tidak mempedulikannya, dan hanya peduli terhadap Zeyya seorang.

Meskipun Daren sering di buat luka oleh Zeyya, cowok itu tetap berlaku baik kepada Zeyya—seolah melupakan apa yang sudah terjadi diantara keduanya. Zeyya juga tampaknya biasa saja dan tidak merasa bersalah sedikitpun kala dia menerima perasaan cinta Reizo dan menolak Daren begitu saja.

"Hadehhh... Kenapa malah berantem gini sih?" Aska berusaha melerai dan menarik lengan Daren hingga cowok itu melepaskan cekalannya pada kerah baju seragam milik Dika.

Erlang menghela nafas. "Lo mending diem dulu deh Ka, dari pada Daren tambah emosi begini."

"Udah-udah, mending kita bersikap biasa aja, seolah nggak terjadi apa-apa,"

"Gue rada kesel sih sama maknya si Reizo, masa anaknya kecelakaan nggak ngasih tau kita-kita? Kita semua kan sahabatnya si Rei," Aska menimpali.

Benar perkataan Aska barusan. Saat Reizo kecelakaan, maminya Reizo tidak memberi tahu ketujuh anak Omorfos— bahkan salah satu saja tidak ada yang di beritahu. Entah apa alasannya, mungkin saja maminya Reizo menginginkan bahwa anaknya lupa dengan para sahabatnya.

"Kebangetan banget tuh maknya si Rei, seenggaknya dia ngasih tahu kalau anaknya amnesia lah!" Kevin ikut geram.

"Mungkin maminya Rei nggak pengen anaknya waktu itu di jenguk sama kita-kita?" Dika menyuarakan pendapatnya lagi.

"Bisa jadi sih!"

"Tapi gue ngerasa gagal jadi wakil ketua Omorfos, gagal ngelindungin ketua kita."

"Harusnya waktu itu kita tetep ngotot buat kawal pak bos sama bu bos—" sambung Aska lirih.

Miza mengendikan bahu acuh. "Kalau di pikir-pikir, nggak ada gunanya juga kita menyesal, semua udah terjadi."

"Kalau bisa tukar posisi, gue pengen gantiin Rei aja, biar gue amnesia dan bisa lupakan Zeyya dengan mudahnya," Daren tertawa lirih, meski hatinya sedang tidak baik-baik saja.

"Jangan gitu lah bro, lo bisa dapetin cewek yang lebih baik dari pada dia kok, mungkin nggak sekarang, tapi nanti—" Ersa turut prihatin.

"Tapi hati gue udah stuck sama dia, andai waktu bisa di ulang, gue juga sebenernya nggak mau terjebak dalam cinta segitiga ini," lirih Daren. Dia benci perasaan cintanya kepada Zeyya yang tidak memudar juga, padahal dia sudah berusaha mati-matian untuk melupakan Zeyya selama satu tahun akhir ini tetapi hatinya tidak bisa melupakan cewek itu dengan mudahnya.

"Tapi kayaknya selama Rei pacaran sama Zeyya, dia menganggap bahwa lo udah bisa move-on, ya nggak sih?"

"Andai move-on semudah itu, tapi bagi gue, Zeyya cewek yang paling beda dari yang lain."

Daren langsung mengeluarkan ponselnya ketika merasakan getaran ponsel di celana saku celananya. Takutnya penting, jadi dia langsung saja membuka ponselnya. Alisnya mendadak menyatu ketika membaca siapa yang mengirimkannya chat barusan. Dia adalah Zeyya.

Zeyya:
Ren?

Daren:
Ada apa Zey?

Zeyya:
Maaf ganggu, kalau lo nggak sibuk gue minta lo buat dateng ke rumah gue ya?

Daren tersenyum samar hingga para anak Omorfos tidak ada yang menyadari bahwa dia sedang tersenyum. Tidak biasanya cewek itu mengirimkannya chat, Daren jadi teringat akan minggu lalu, dimana Zeyya mengirimkannya chat untuk meminta tolong menjemputnya menuju arena balapan untuk menonton sang kekasih.

Daren menyimpan ponselnya kembali sebelum beranjak dari duduknya, dia meraih tas ransel yang dia taruh di atas sofa yang berjarak tak jauh dari mereka berkumpul. "Gue pulang dulu, lo semua bisa pulang sekarang, kalau masih mau ngobrol ya nggak apa-apa sih." Setelah menyelesaikan perkataannya, Daren segera melangkah menuju parkiran.

o0o

TBC!

EVANESCENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang